(B)apak

742 11 0
                                    

Bapak berdiri dihadapanku, memandangku dengan seluruh kekecewaan di alam semesta.

"Maaf, pak", bibirku berkata lirih.

Bapak menangis, tak pernah seumur hidupku melihat pria sehebat bapak mengeluarkan air mata.

Bahu bapak berguncang, tangannya yang dulu selalu kuat menggenggam tanganku kini bergetar.

"Pak?", ujarku sembari berdiri dan menopang tubuh bapak.

Ruangan itu pun sepi, hanya terdengar isak tangis bapak. Pria yang selalu tegar menghadapi apapun. Aku dan Nirina, kami hanya terdiam dengan seluruh perasaan bersalah.

"Duduk", ujar bapak, aku segera menuruti perintahnya.

Bapak mengusap wajahnya, aku bisa melihat jelas setiap kerutan di wajahnya yang mulai menua. Sekarang aku tak bisa menahan air mataku.

"Nak", ujar bapak. tangannya mengelus kepalaku, demi Tuhan, tak ada lagi yang bisa membuatku menahan tangisku lebih lama.

"Maaf, pak", kini bahuku bergetar kencang, bapak menatapku, tangannya memegang bahuku.

"Dengarkan bapak", kini aku menatap kedua mata bapak. Biasanya kedua mata itu hangat, menatapku dengan penuh semangat dan cinta. Penuh dengan keyakinan dan kepercayaan padaku, anak laki-lakinya, satu-satunya kebanggaan dalam hidupnya.

Aku memberanikan diri untuk terus menatap mata itu.

"Wanita, seharusnya diperlakukan dengan penuh kehormatan", bapak berkata, kini ia menatap Nirina. beberapa saat kemudian ia kembali menatapku.

"Bapak kira sudah berjuta kali bapak katakan padamu, tapi bapak akan mengingatkanmu sekali lagi. Wanita adalah makhluk yang spesial. Seorang pria yang hebat adalah dia yang bisa memperlakukan wanita dengan sebaik mungkin, sesopan mungkin, selembut mungkin dan seterhormat mungkin. Harga diri wanita adalah yang membuat mereka berharga. Ketika seorang pria mencintai seorang wanita, maka yang harus ia lakukan adalah mempertahankan harga diri wanitanya. Setiap kata yang keluar dari mulut seorang pria, setiap sentuhan dan setiap perbuatan, sudah seharusnya tidak merendahkan seorang wanita."

Nirina mulai terisak disampingku, kedua tangannya mengelus perutnya. Anakku, ada di dalam situ.

"Sekarang, bapak memang kecewa. Sangat sedih, karena artinya bapak gagal mendidik kamu menjadi seorang pria. Tapi, jika kamu meminta maaf, maka katakanlah pada wanita disampingmu. Berjanjilah, mulai saat ini, kamu akan ada disampingnya, melindunginya dan menghormatinya. Karena sudah sepantasnya wanita mendapat kemewahan seperti itu".

Bapak,

Nirina,

Maaf.


A Book Full Of Thought (bahasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang