15. Butuh Waktu

20.8K 1.6K 93
                                    

“Mas Reihan ganteng banget ya, Kak?” Tiara menyenggol lengan Ashel yang kini sudah duduk di dalam mobil bersampingan.  Gadis cilik itu juga tak kalah tampak bahagia.

“Beruntung loh cewek yang dapet Masmu.,” sahut Ashel.

“Iya, Kak.  Mas Reihan kan baik, cakep lagi.”

“Hehe...”

Tiara benar, akan beruntung wanita yang memiliki Reihan.  Disamping dia adalah lelaki yang soleh, dia juga berasal dari keluarga bermartabat yang rendah hati dan sopan.

Mobil yang beriringan menuju rumah Ayesha kini berhenti.  Mereka tidak menuju ke apartemen dimana dulu Ashel pernah menjumpai Ayesha, melainkan di sebuah rumah megah yang Ashel sendiri baru kali pertama menginjak ke sana.

Dengan wajah-wajah cerah berbinar yang dipenuhi kebahagiaan demi menyambut hari dimana kehidupan baru akan terwujud, mereka semua berjalan beriringan memasuki rumah setelah disambut oleh pemilik rumah yang juga berpenampilan sangat elegan.  Ternyata para tamu kalah keren, pemilik rumah mengenakan pakaian warna senada, semuanya berpakaian warna gold. 

Semuanya duduk melingkar memenuhi ruangan luas, saling berhadapan.  Ayesha tidak kelihatan arena memang menurut adat, calon mempelai pria belum diperkenankan untuk melihat calon mempelai wanita.  Dan tujuan kedatangan mempelai pria bukan untuk menemui calon mempelai wanita, tapi untuk nyantri.

Disaat kedua keluarga besar tersebut melakukan prosesi nyantri, dimana Reihan sebagai mempelai pria diberi petuah serta arahan dari ayah mempelai wanita, Ashel merasakan ada yang mendesak kuat dari dalam tubuhnya.

Yasalam, kode alam.  Di saat-saat begini si benda cair malah sibuk mendesak mau keluar.  Apakah sopan jika ia ke belakang dan minta ijin untuk buang air kecil.  Bicara sopan atau tidak sopan, akan lebih buruk jika ia pipis di celana bukan?  Mau tidak mau, Ashel meninggalkan ruangan menuju ke pintu samping yang menghubungkan langsung ke ruang tengah.  Ada beberapa orang ibu-ibu di sana yang juga terlihat sangat rapi dengan pakaian kebaya. 

“Ada apa, Neng?” tanya salah seorang Ibu menghampiri Ashel yang terlihat frustasi menahan sesuatu.

“Maaf, Bu.  Saya mau pinjam kamar kecil sebentar, bisa?”

“Bisa, bisa.  Itu WC umum.  Ada di sana.”  Ibu itu membimbing Ashel melewati dua ruangan kemudian menunjuk sebuah pintu bercat pink.

“Terima kasih, Bu,” ucap Ashel yang diangguki Ibu itu kemudian dia pergi.

Ashel lari ngibrit menuju kamar kecil dan langsung membuka pintu, tapi sayangnya pintu tersebut terganjal sesuatu di dalam.  Ashel mendorong sekuat tenaga namun pintu tetap tidak terbuka. 

Itu pintu keganjel truk apa gimana sih?  Berat amat.  Ashel menggumam geram.  Tentu kelihatan lucu jika ada yang melihatnya mendorong pintu kamar mandi bukan? 

Untuk kedua kalinya Ashel mendorong pintu, dan berhasil meski hanya terbuka sedikit akibat pengganjal di belakang pintu begitu berat.  Ashel melewati pintu yang hanya cukup untuk ukuran badannya.

Seketika itu juga Ashel terkejut melihat sosok tubuh tergeletak di balik pintu.  Jadi itu yang sejak tadi dia dorong-dorong?

Ashel kini duduk di sisi ranjang dalam sebuah kamar setelah tubuh Ayesha yang tergeletak di lantai kamar mandi digotong oleh beberapa ibu termasuk Ashel dan diletakkan di atas ranjang.

Ashel bergerak begitu cepat berusaha untuk menyadarkan Ayesha, sebab para Ibu lainnya yang mengelilingi Ayesha kebanyakan bingung bahkan malah pada bengong.  Ashel meminta minyak kayu putih dan menciumkannya di hidung Ayesha.  Masih belum ada tanda-tanda kesadaran pada gadis itu.

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang