Love is Memories and Reality

10 0 0
                                    

RecommendedSong: Seo In Guk – I Can't Live BecauseOf You    


"Oppa, kau tau apa yang paling berharga dalam hidupku?"

"apa?"

"Memories. Ingatan dimana setiap detik aku bisa terus mengingatmu oppa. Sebuah kenanngan yang hanya akan ada kau di dalamnya. Hanya dengan ingatan bisa membuatku sangat bahagia. Dan aku akan menderita bahkan seperti mati jika aku kehilangan ingatan itu."

Seorang gadis berumur 14 tahun tersenyum kepada Junwoo lalu melingkarkan lengannya dilengan kanan Junwoo. Junwoo hanya memandang ke depan dan terus melangkah. Sementara Jiah, makin mengeratkan rangkulannya di lengan Junwoo yang jauh lebih tinggi darinya.

"Jun oppa, saranghaeyo." Jiah kecil berterik sekerasnya.

Junwoo terbangun dan perlahan membuka matanya. Sinar lampu yang masuk dari sela-sela pintu dan jendela kamarnya yang gelap membuatnya memicingkan mata. Lalu suara teriakan Jiah kecil yang meneriakan "Jun oppa, saranghaeyo." bergema di seluruh ruang kamarnya.

***

Jiah memapah Hyukjae yang sulit berjalan dengan satu kakinya yang terluka. Tepat di depan     pintu rumah sakit, Jiah tiba-tiba menghentikan langkahnya –lebih tepatnya kakinya tak mampu  bergerak untuk melangkah. Wajahnya seketika pucat pasih. Tubuhnya bergetar dan nafasnya tersendat seolah tak ada lagi oksigen yang dapat dihirupnya. Jiah merasakan suatu ketakutan menyerangnya secara tiba-tiba. Dadanya terasa sangat sakit karena ditusuk-tusuk dengan benda tajam. Kepalanya mulai terasa berputar-putar hingga membuat penglihatannya sedikit gelap.

Hyukjae merasakan tubuh Jiah bergetar hebat. "Kau baik-baik saja?"

"Entahlah." Jiah berusaha mengabaikan semua yang dirasakannya dan kembali melangkahkan kakinya. Tapi kakinya kaku tak dapat bergerak sama sekali.

"Jiah, kau kenapa?" Hyukjae bertahan pada sebuah tiang saat Jiah mulai lemas dan kehilangan keseimbangan.

Jiah memengangi kepalanya dan berusaha bangkit. Hyukjae lalu merangkulnya, mengabaikan  rasa sakit di kakinya. Beberapa detik kemudian terlihat perawat bergegas berjalan menuju Hyukjae dan Jiah yang muncul dari ruang Instalasi Gawat Darurat untuk membawa Hyukjae. Saat itu pula Donghae datang dengan raut wajah yang kentara akan kekhawatiran.

"Donghae-ya, sebaiknya kau temani Jiah. Aku akan baik-baik saja. Ada dokter dan perawat yang akan mengurusku." pinta Hyukjae pada Donghae.

Donghae hanya mengangguk dan membiarkan Dokter dan perawat membawa Hyukjae untuk diobati.

***

Jiah menolak tawaran Donghae yang ingin mengantarnya sampai ke depan pintu apartemennya setelah meyakinkan pada Donghae bahwa dirinya baik-baik saja. Saat berjalan di koridor menuju apartemennya Jiah sempat mengabari Hyukjae bahwa dirinya sudah sampai di apartemen dengan selamat. Beberapa langkah menuju pintu apartemennya Jiah berhenti ketika melihat sosok Junwoo yang berdiri menunggu dirinya.

"Junwoo-ssi?"

Junwoo yang merasa lega melihat Jiah langsung berlari mendekati Jiah dan memeluknya dengan erat. Jiah sempat bingung dan berusaha melepaskan pelukan Junwoo. Namun Junwoo tidak mempedulikannya.

"Syukurlah kau tidak apa-apa. Aku sangat mencemaskanmu." suara Junwoo sedikit bergetar. Ia terlihat begitu mencemaskan Jiah. Seakan ada ikatan antara mereka. Kekhawatiran Junwoo tentang Jiah sangat beralasan.

Jiah hanya bisa membiarkan Junwoo memeluknya sambil bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi dengan laki-laki yang saat ini masih memeluknya. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya? Mengapa Junwoo terkesan berlebihan mengkhawatirkan dirinya? Apa yang sebenarnya tidak ia ketahui tentang Junwoo? Memori apa yang sebenarnya dimiliki oleh Junwoo dan terlupakan olehnya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untitled StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang