Chapter 1: The First Time I Meet Her

73 7 11
                                    


Awan suram menggantung di langit. Angin lembut yang menggoyangkan pepohonan menambah suasana suram. Suasana yang tepat untuk menggambarkan suasana hati Dean.

Dean menutup buku. Ia bergegas menyimpan buku yang ia baca. Tak lupa, ia menyimpan dompet pada tempat yang aman di tasnya. Menyimpannya agar aman dari dedemit-dedemit penggangu hidupnya. Ia pun menyampirkan tas ranselnya pada pundaknya.

Belum beberapa menit ia berjalan, ia segera 'disambut' oleh beberapa dedemit-dedemit yang memasang muka sangar, yang bagi Dean seperti muka anjing gila, dan berdiri menghalangi jalannya.

Ck, menggangu. Batin Dean.

Ia mengira kalau ia pulang lebih telat dari sebelumnya maka ia dapat pulang dengan tenang. Rupanya mereka sengaja menargetkannya. Ia heran bagaimana mereka mendapatkan kesabaran untuk bersusah payah menunggunya keluar dari kelas selama dua jam.
"Biasa," ucap salah seseorang dari ketiga laki laki yang menghadangnya ini.

Seolah-olah mengerti sepatah kata dari sang penghadang, Dean menjawab dengan datar, "Gak ada."

Tersulut emosi, Jim, menarik kerah baju Dean dengan kasar. Jim ingin mencolok kedua mata Dean ketika melihat pandangan lelaki itu menatapnya seolah-olah dia bukan apa-apa di balik kacamata lensa tebalnya. Jim melepaskan kerah baju Dean hingga membuat Dean termundur ke belakang.

"Geledah tasnya," perintah Jim kepada temannya.

Rei, teman Jim, melaksanakan perintah Jim. Ia menarik paksa tas yang ada di bahu Dean, lalu menumpahkan isi tas itu ke lantai. Rei kemudian menendang buku-buku yang bertumpuk. Ia menggelengkan kepala, memberi tanda bahwa ia tidak menemukan barang yang dicarinya.

Melihat itu, Jim mendengus kesal. Ia kembali menghampiri Dean dan melayangkan sebuah pukulan ke wajah Dean dan menyarangkan tendangan ke ulu hatinya. Dean terjerembab. Kacamata yang ia kenakan terlepas. Dengan susah payah, Dean berusaha meraih kacamatanya. Namun, ketika tangannya hampir meraih kacamatanya, tangannya diinjak oleh Jim.

"Kau sudah berani bermain-main denganku. Lain kali aku akan benar-benar mengirimmu ke rumah sakit," ancam Jim seraya memberi tendangan penutup ke kepala Dean. Lalu, ia meninggalkan Dean yang diikuti oleh kedua temannya.

. . .

Dean berdiri di depan kaca etalase sebuah mini market. Ia mengamati seorang penjaga kasir yang sedang melayani pelanggannya. Penjaga kasir itu tersenyum hangat kepada sang pelanggan setelah transaksi dilakukan. Diam-diam, Dean tersenyum kecil. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam mini market dan segera menghampiri penjaga kasir yang tampak sibuk merapikan barang barang di atas meja kasir itu.

Merasa ada yang menghampirinya, gadis yang merupakan penjaga kasir itu mengangkat kepalanya. Senyum manis langsung hilang melihat seorang yang menghampirinya. Gadis itu mendesah lelah, lalu berbalik mengambil plester luka. Sang pemuda hanya tersenyum kecil.

Gadis yang bernama Cherilyn itu, meletakkan plester di atas meja dengan kasar dan segera diambil dengan cepat oleh pemuda dihadapannya.

"Pemegang sabuk hitam karate babak belur karena dihajar oleh berandal-berandal yang hanya tau main pukul," sindir Cherilyn, "mau sampai kapan kamu dihajar terus? Lawan mereka Dean. Emang kamu mau ngabisin uangmu cuma untuk beli plester?" Sang gadis itu mencibir.

Bukannya menjawab, Dean menghadiahi cubitan pada pipi sang gadis. Cherilyn menatap Dean dengan kesal. Sementara itu, Dean mengambil dompetnya yang selamat dari dedemit-dedemit pemeras uang dan memberikannya kepada Cherilyn dengan santai seolah tak terpengaruh oleh tatapan kesal sang gadis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Innocent StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang