"Jangan lama-lama nikah, Shan. Nggak baik untuk kamu. Waktu mama seumuran kamu, mama udah punya Irvan sama Sherly loh."
"Tapi Shanni belum mau nikah, Ma. Lagian gimana mau nikah coba kalo cowok aja Shanni nggak punya?"
"Ya di carilah, Shan. Jangan diam aja. Sampai kapan kamu mau nunggu cowok dateng ke kamu?"
"Loh, mama ngomongnya kok gitu? Bukannya dulu mama yang ngajarin kalo cewek tuh lebih baik diam sementara cowok yang cari pasangannya?"
"Itu kan dulu. Kalo sekarang mama yang pengin kamu cari cowoknya. Kalo kamunya aja diem di tempat, mana ada cowok yang datang kalo kaya gitu caranya? Lagian kenapa sih kamu nolak bantuan kakak-kakak kamu buat cariin kamu pasangan hidup?"
"Bukannya nolak, ma. Tapi Shanni yakin kalo jodoh itu di tangan Tuhan. Nggak perlulah minta tolong kak Irvan dan kak Sherly cuman buat cariin Shanni cowok. Kaya nggak laku aja."
"Hus, kamu kalo ngomong. Lagian ya, mama lihat kebanyakan cewek sekarang malah getol cari cowok loh, Shan. Barangkali aja kalo kamu serius kamu bisa dapetin cowok mapan kaya Selfi anak tetangga kita itu."
Shannita Maharani, atau yang kerapkali di panggil Shanni itu terlihat mendesah. Beberapa kali mengembuskan napasnya saat percakapannya dengan sang Ibu tadi malam kembali mengambil alih pikirannya. Meski ini bukan yang pertama kali, tapi tetap saja Shanni merasa terganggu. Apalagi Ibunya mulai 'meneror' dirinya untuk segera menikah dan mengikuti jejak kedua kakaknya yang sekarang sudah mempunyai anak. Sayangnya Shanni belum berpikiran jauh hingga ke tahap pernikahan seperti mereka.
Gimana mau nikah, calon aja gue nggak punya.
Sebagai anak tengah dari lima bersaudara, Shanni tidak terlalu memusingkan persoalan pernikahan maupun berpacaran. Bisa dibilang dia malah baru dua kali menjalin hubungan dengan seorang pria dan sudah pasti kalah jauh dari kedua adiknya, Haikal dan Rosa, yang dia yakini pasti lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berpacaran ketimbang belajar.
Remaja sekarang kan emang gitu. Dikit-dikit TTM-an, pacaran, trus sengaja nunjukkin pacarnya ke kakaknya yang lagi jomblo deh biar ngiri.
Tiba-tiba Shanni merasa panas sendiri. Tapi benar, zaman sekarang rasanya ga afdhol kalo belum pacaran di usia muda. Mereka bahkan nggak risih lagi berpegangan tangan di depan keramaian meskipun masih mengenakan seragam sekolah. Lalu siapa yang harus disalahkan dari semuanya? Faktor pergaulan atau Orang tuanya kah? Entahlah. Yang pasti, dia tidak termasuk ke dalam kategori orang-orang yang berpacaran di usia muda.
"Shannita Maharani, kenapa pasien di kamar 312 belum kamu kasih makan?"
Shanni menoleh ke asal suara. Tak kaget lagi dengan panggilan lengkap yang seringkali diucapkan oleh Ibu Rina yang menjabat sebagai kepala instalasi gizi. "Maksud Ibu bapak Setiawan, pasien baru itu?"
"Ya siapa lagi?" jawab Ibu Rina sedikit tidak sabar. "Kenapa sampai siang ini Beliau belum makan? kamu nggak lupa order makanan baru ke dapur kan?"
Melihat tulisan di buku laporan, dahi Shanni sedikit mengernyit. "Tapi menurut keterangan di sini Beliau masih puasa untuk CT-scan, Bu."
Perlahan Ibu Rina mendekati meja Shanni. "Kamu udah berapa lama kerja disini sih, Shan? masa kaya gini aja harus diajarin mulu? Harusnya kamu nanya ke perawat yang bertugas apa bapak Setiawan itu udah selesai CT-scan apa belum." ia melihat dan mengganti keterangan P, yang artinya puasa dengan singkatan B, yang artinya makanan boleh diberikan tanpa diet khusus penyakit tertentu. "Lain kali, jangan diam aja di dalam pantry. Nanya-nanya kek ke perawat atau asper yang bertugas biar kamu cepet tahu informasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Impian (UNHOLD)
ChickLitShannita Maharani, staff Instalasi Gizi di sebuah rumah sakit swasta yang begitu mendedikasikan hidupnya dalam pekerjaan selama lima tahun belakangan ini. Namun diusianya yang kini mendekati dua puluh tujuh tahun, ia belum juga menemukan sosok pria...