Rumor itu tidak semata-mata hilang dalam hitungan detik namun Daniella sudah memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan omongan itu. Fokusnya hanya satu, dia harus berhasil semester ini apapun yang terjadi. Baru saja Daniella meninggalkan perpustakaan, langkahnya tertahan. Dihadapannya ada setidaknya tujuh cewek yang berdiri mengepungnya.
"Ada apaan nih?" tanya Daniella menatap mereka satu per satu.
"Lo yang namanya Daniella?"
"Iya gue, kenapa ya?"
Salah satu dari kerumunan itu menarik tangan Daniella agar mengikuti langkahnya yang berjalan jauh ke depan. Daniella berusaha membebaskan tangannya namun tangan lainnya ikut-ikutan diseret cewek lain.
"Hei apa-apaan sih nih," protes Daniella hingga kerumunan itu berhenti didekat gudang bangunan kampus. Daniella merutuk dalam hati, sejak kapan hidupnya berakhir seperti ini.
"Kita semua mantan, Emmanuel!"
"Terus?"
"Kita mau lo putus dari Manuel."
"Apa untungnya buat gue putus dari Manuel? Gue masuk geng kalian?" tanya Daniella memerhatikan wajah cewek yang membentaknya. Tak disangka itu adalah sosok senior yang dulu sempat mengOSPEK dirinya saat masuk. Daniella mencibir Emmanuel dalam hati. Bagaimana bisa cowok macam itu menarik perhatian hingga senior segala. Dasar, player.
"Mulut lo lancang juga yah, asal lo tahu sejak jadian ama lo perhatian Emmanuel jadi berkurang ke kita. Kita semua disini fine-fine aja ama statusnya dia. Semua kita juga tau, dia player. Tapi dia selalu ada kesempatan jalan ama kita-kita. Cuman sejak jadian ama lo, dia nggak pernah nyapa kita lagi bahkan ketemu dijalan pun hanya senyum doang."
"Dan ini semua gara-gara lo, kita jadi penasaran servis lo gimana ama dia, ampe dia ninggalin kita."
Daniella menahan emosi yang mendadak bangkit dalam dirinya. Minggu kemarin kata murahan yang dia dapat, hari ini ditanya soal servis. Entah besok apa lagi.
"Perlu lo semua tahu, gue bukan cewek seperti itu. Hubungan gue ama Manuel bukan sesuatu yang pantas buat kalian tahu. Kalo kalian mau complain, kenapa nggak langsung ama orangnya. Bukannya malah datengin gue rame-rame kayak gini."
"Udah kita duga, lo emang songong jadi orang. Lo pikir dengan prestasi lo yang tinggi itu kita buta apa. Lo juga jual tubuh lo ama pak Paris kan? Teman-teman sekelas lo jadi saksi lo sering dapat tugas tambahan. Apa sih yang bagus dari lo?!"
Daniella memejam mata sesaat. Dia tidak tahu bagaimana akhirnya tetapi yang pasti kesabarannya tiba-tiba menghilang siang itu. Dia tidak ingat lagi bagaimana sampai dirinya berakhir pada kantor kesiswaan keesokan harinya. Gagal sudah harapannya meningkatkan Indeks Prestasi semester ini.
*
Paris menutup laptop setelah menyelesaikan slide terakhir untuk bahan ajarnya. Dia meluruskan pandangan dan mengamati wajah tertekuk milik Daniella.
"Jadi kamu dihukum,"
Daniella memilih menatap kemana saja asal bukan ke arah Paris. Dikepalanya dia sudah tahu, pada akhirnya dia akan menemui masalah seperti ini. Kasus itu membuatnya tidak boleh masuk kelas dan mengikuti midtest sementara waktu. Daniella benar-benar frustasi. Dia pikir Emmanuel akan menemuinya atau setidaknya bertanggungjawab dengan mengurus cewek-cewek ganjeng itu tapi kenyataannya Emmanuel belum memunculkan batang hidungnya beberapa hari terakhir. Setidaknya sejak dia menyatakan perasaan bodohnya dan membuat Daniella tidak tidur berhari-hari karena memikirkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Better Enemy
RandomEmmanuel Juan adalah musuh abadi Paris. Dia akan melakukan apapun agar bisa melihat kembali luka dimata sang kakak atas kesalahan dimasa lalu keduanya. Termasuk menyeret Daniella mahasiswi idaman sang kakak ke dalam pusaran permainannya. Dia berhara...