CHAP : 4

52 4 0
                                    

[H. MIKUO] 


"Haloo!" Panggilku kedua kalinya.

Seriusan ini aneh. Telfon tanpa nama tadi kujawab tapi si penelepon sama sekali tidak menjawabnya hanya terdengar suara napasnnya saja.

"Haloo? Ini siapa ?" Sahutku mulai kesal.

Apa ini hanya kerjaan anak-anak untuk mengusliliku? Tapi apa alasan mereka juga, kalau mengingat kalau mereka semua sedang galau menggalau akibat kehilangan Kaito. Mungkin ini hanya prank yang tidak tau dari mana. Baru saja aku ingin memutuskan sambungan..

"MIHAEL.."

Tubuhku membeku total. Nama MIHAEL disebutkan diujung telfon. Suaranya yang pelan dan halus menandakan kalau si penelefon itu perempuan.

Disaat-saat seperti ini yang paling tak inginku dengar adalah namaku sendiri yang dipanggil secara misterius seperti ini! Tapi kenapa sekarang ada yang memangilku seseram ini. Arghh!

"I...Ini siapa? Kenapa kau memanggilku dengan nama MIHAEL?" tanyaku berusaha menutup rasa takutku.

"MIHAEL.." Ia kembali mengucapkan namaku dengan halus. Hiii! Aku benar-benar merinding sekarang.

"Apa mau..."

"Kita akan bertemu sebentar lagi!"

"Hah!?"

"Mitsuketa!"

Kali ini suaranya bukan berasal dari telfonku. Melainkan dari belakangku. Aku berharap itu suara Miku yang memanggilku. Tapi suara ini... bahkan lebih halus dari suara Miku. Aku berbalik dalam keadaan ketakutan.

Kulihat gadis berambut hitam pekat digerai dengan mata merah mencolok berdiri sambil memegang telefon. Ia tersenyum lebar menatapku. Sungguh! Senyuman itu hampir merobek mukanya!

"MIHAEL-sama!"

Demi! Kakiku sudah tidak dapat digerakan lagi mendengar namaku dipanggil oleh si gadis sadako ini! Mulutku bahkan sudah tidak dapat mengeluakan sepatah katapun.

Beberapa detik kemudian kusadari Hpku berdering. Kulihat, tercantum nama papa disitu. Baru saja hendak kuangkat. Tanganku sudah ditahan dari depan. Sontak aku melihat ke depan – melihat muka si gadis sadako sudah tinggal 5 cm menyentuh mulutku. Hiiii! Kini ia betul-betul mirip hantu sadako dan Ju-On!

"MIHAEL-sama!" Serunya riang. "Mari kita bermain!" Bermain!? Bermain apa!? Bagaimana aku bisa bermain dikeadaan seperti ini!

Ia langsung mengambil Hpku, menjatuhkannya ke lantai dan diinjak olehnya. Dengan satu kali injakan Hpku hancur tak berbentuk. "Aku tidak bisa membiarkan seseorang mengganggu permainan kita MIHAEL-sama."

Aku menatap mata gadis sadako lekat-lekat. Pasti dia si pembunuh Kaito! Seharusnya aku bisa membalasnya sekarang atas kematian Kaito. Tapi kakiku lesu tak dapat bergerak sama sekali karna tatapan tajamnya yang seperti menghipnotisku. Aku menggeretakan gigiku. Tidak. Aku tidak boleh lengah dari si sadako sialan ini. Aku harus bisa menangkapnya. Membalaskan dendam Kaito!

Aku menatap tajam gadis sadako. Si gadis sadako merasakan kalau tatapanku sudah berubah dari sebelumnya. Ia mundur selangkah dari tempat awal dia berdiri. Aku berlari ke si gadis sadako – mengangkat tanganku hendak memukulnya. Aku tak peduli walaupun dia seorang perempuan. Tetap saja dia yang telah membunuh Kaito.

Aku tidak akan memaafkannya!

Jleb!

"Arghhh!..." Rintihku.

Aku terjatuh ke lantai. Aku melihat kalau perut kiriku.... Ditusuk menggunakan gunting! "Huaaaaaa!" Pekikku ketakutan. Aku langsung mundur dengan cara menggeset tubuhku kebelakang. Sejak kapan ia membawa gunting?

"MIHAEL nakal sih! Jadi aku harus bermain kasar sedikit."Aku melihat si gadis sadako tersenyum lebar. "Tapi tidak apa! Kita bisa meneruskannya!"

Aku terus mundur dari si gadis sadako. "Me...Menjauh!" Seruku ketakutan. Aku memegang perutku yang ditusuk gunting. Sial! Ia menusuk bagian fitalku, membuatku susah bergerak. "MIHAEL –sama" Ia kembali memanggil namaku – mengeluarkan sesuatu dari god! Itu parang. Yang benar! Si gadis sadako ingin mencincangku!?

Baru aku mau berusaha melawan, ia langsung menahan tanganku menggunakan kakinya. "Kau tidak bisa lari MIHAEL.." Ucap gadis sadako. "Permainan baru saja dimulai.."Ia mengangkat parangnya – menggores bagian dadaku. Darah bercucuran dimana-mana menodai sergam putihku. "Aaaaaarghhh!" Aku memekik kesakitan.

Aku menatap gadis sadako yang sudah mengangkat parangnya. "Tidaakk..." Sahutku ketakutan. Sayangnya sebelum aku dapat bertindak, kurasakan kaki kananku sudah terlepas. Aku kembali memekik ketakutan dan kesakitan. Air mata mulai keluar dari kelopak mataku. Tidak! Tidak mungkin ini terjadi!

"Hahahahahahaha!" Tawa gadis sadako.

Aku melihat si gadis sadako penuh permintaan pengampuanan. Aku tidak ingin mati sekarang! Tapi suaraku tidak dapat keluar. "Ureshi! Mari kita lanjutkan MIHAEL – sama!"

A...APAA!?

Ia mencengkram kepalaku kuat. Mengarahkan parangnya kepadaku. Ia menusuk bagian luar mata kananku – mencongkel mataku mengeluarkannya dari ronggganya.

"Tidaaak!..." Rintihku kesakitan tak bertenaga. Aku melihat meggunakan mata kiriku dengan buram karna air mata sudah terkumpul. Ia memegang mata kanan biruku. "Matamu indah MIHAEL – sama!" Serunya.

Entah itu merupakan pujian atau apa. Otakku sudah tidak dapat bekerja. Sedangkan air mata sudah keluar terus menerus dari mata kiriku, mata kananku penuh dengan darah.

"Ahahahahahahahaha! Berteriaklah! Merintihlah! Biarkan aku mendengar suara penuh kesakitan itu!" Aku dapat mendengar suara si gadis sadako tertawa di depankku. Aku merasakan bahwa nyawaku benar-benar sudah di ujung tanduk.

"Mari kita lanjutkan MIHAEL – sama!" Serunya riang.

Aku tidak tau apa yang terjadi lagi setelah itu. Pastinya ia juga mencincangku layaknya Kaito.

Tunggu, apa aku pernah melihat si sadako itu ya...

Callous Murder [ Vocaloid Fanfiction ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang