Langkah demi langkah Ae Ri berjalan dengan melewati tiap anak tangga untuk menuju ke dapur. Sedangkan Jimin yang melihat kedatangan Ae Ri berjalan melewati ruang tv hanya terdiam dan terus menatap Ae Ri dengan lamat. Ae Ri yang tidak menyadari bahwa Jimin berada di ruang tv hanya terus saja berjalan dengan pandangan lurus ke depan.
Ae Ri mulai membuka kulkas dengan berjongkok, sayang sekali dia hanya mendapati tiga buah apel dan sebotol air mineral. "Kau akan mati kelaparan Ae Ri-ah..." pasrahnya mengambil apple dan air mineral.
Saat Ae Ri mulai menggigit apel itu dan hendak berdiri untuk menutup kulkas, Jimin mengejutkannya dengan menegurnya. "Apa kau akan kenyang dengan apel itu?" Jimin terkekeh.
"Ka-kau!" Ae Ri menatap Jimin dengan kesal. Mereka saling menatap, beradu pandang dan saling bertukar pikiran.
Mereka terus beradu pandang hingga suara bel mengejutkan mereka berdua. Jimin yang tersadar akhirnya beranjak meninggalkan Ae Ri di dapur.
Jimin mulai membuka pintu dan di lihatnya pesanannya sudah datang. "Tuan Park Jimin, ini pesanan anda. Dua jjangmyeon, dua tteokbokki dan dua coca-cola," ucap karyawan delivery itu. Jimin mengeluarkan dompetnya dan membayar pesananya. "Silahkan tanda tangan disini tuan," ucap karyawan itu lagi.
"Khamsahamnida..." Jimin menutup pintu rumahnya dan berjalan menuju ruang televisi.
•Ae Ri POV
Aku mendengar suara pintu sudah tertutup, sebenarnya aku ingin bersembunyi untuk menghindari Jimin. Aku takut dia akan memarahiku karena Jungkook mengaku-mengaku mantan kekasihku, aku takut dia akan membentakku lagi, aku takut dia berbuat kasar lagi padaku. Tetapi tadi dia tersenyum, apa dia tersenyum padaku? Atau hanya menertawaiku karena hanya memakan apel? Tck!
Aku berjalan mengendap-endap sambil berjongkok tanpa harus menyadarkan Jimin yang sedang santai di ruang televisi. Tetapi saat aku mulai melewati kursi yang di ruang televisi, aku merasa seperti ada yang mengikutiku dari belakang, akupun berbalik ke belakang dan ternyata benar Jimin juga berjalan jongkok di belakangku, dia yang mengikutiku dari tadi.
Aku berbalik ke depan dan bergumam. "Tamatlah riwatmu Nam Ae Ri."
"Apa kau sudah makan?" ucap Jimin di belakangku. Aku mengerutkan alisku. Kenapa dia? Tumben sekali. Aku pura-pura jual mahal dengan hanya mengangguk. "Jangan berbohong, tadi kau hanya memakan apel. Apa itu bisa di sebut makanan? Itu hanya buah, berdirilah dan temani aku makan."
Aku terpaksa mengikuti permintaan Jimin untuk menemaninya makan, ingat Ae Ri hanya menemaninya. Selebihnya tidak perlu berkata apa-apa lagi padanya, tidak perlu mengajaknya berbicara duluan, tidak perlu menegurnya.
"Duduk disini." Jimin menepuk-nepuk sofa panjang di sampingnya. Aku tidak menghiraukannya dan lebih memilih duduk di kursi yang satunya.
"Habiskan makanan ini, setelah itu kau bisa istirahat," katanya lagi. Aku hanya mengangguk.
Aku akui kau baik sekarang, lihat saja sebentar apa kau akan berubah lagi?
Aku dan Jimin sama sekali tidak saling bertegur, kami sama-sama diam mendiami. Hanya suara gemercik piring dan sendok yang menghiasi ruang televisi. Sebaiknya aku menegurnya duluan, dia sudah menawariku makanan. Ya, aku akan menegurnya duluan.
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya. "Cho.. chogiyo," gugupku. Dia menatapku tajam. Aku berusaha menelan air ludahku. "Kha.. khamsahamnida Jimin-ssi, untuk makanannya." Aku langsung menunduk dan ku rasa sudah cukup bicaranya, aku kembali menyantap tteokbokki pemberian Jimin.
•Jimin POV
Dengan kegugupannya seperti itu, huuh.. kenapa aku masih ingin melihat kegugupannya lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Vault Sky [✔]
RomanceWARNING NC21+ "Dalam hitungan detik berikutnya, aku pasti akan mendapatkan hatimu." -Jimin "Aku rasa kau yang akan jatuh duluan ke dalam pesonaku tuan Park." -Ae Ri "Bisakah kau melupakannya? Aku akan membahagiakanmu, tinggallah bersamaku." -Jungko...