Silakan dengan bebas membayangkan untuk siapa hal ini -yang menurutku sebuah ungkapan perasaan para penggemar kepada biasnya- kamu tujukkan.
Dan maaf karena dengan lancang -sepihak- menyimpulkan bahwa semua yang kutulis ini adalah perwakilan dari apa yang kalian tengah atau pernah rasakan.
HimxYou
☆☆☆☆☆☆☆
Bulir yang terus jatuh, tanpa henti menyesakkan dadaku. Mataku memberat, ringisan tangisku membulat. Seakan aku merasa di ambang batas kemampuanku.
Malam menyempurnakan laraku, kesepian menghantamku. Menusukku dengan aroma sepinya, memendamku dalam dekapan dinginnya. Aku yang tersedu - sedan, menyendatkan nafas demi nafas berat, tersiksa dalam penderitaan ambigu.Di mana kau berdiri di sana dengan kokoh, memandang ke depan tanpa aura keangkuhan, berkilauan tertimpa keanggunan, terlihat sempurna dengan berbagai kebaikan, dan seakan menghukumku dengan berjuta perasaan kasih sayangku.
Apakah kau melihatku? Orang yang selama ini merasa bergetar hanya karena menatap punggungmu. Apakah kau merasakanku? Dari berjuta eksistensi sempurna penggemarmu. Apakah kau tahu diriku? Gadis yang menangis dalam senyuman ketika kau isyaratkan cintamu. Masukkah aku dalam kategorimu? Ketika tak satupun upaya kulakukan untuk dapat berlalu sekilas di pandanganmu.
Pernah suatu waktu aku dengan kesal menyalahkan duniaku, yang selalu dan selamanya berbeda 180° denganmu. Menyumpahi, meratapi dan menyesali kehadiranku sebagai bagian tak kasat mata di sudut ceritamu. Namun secepat kedengkianku, kesadaran membawaku kembali.
"Apa yang aku harapkan dari raga tak sempurna ini? " Sembari mengukir rasa gembira palsu pada wajahku.
Oh Tuhan, aku adalah seorang pengecut di antara yang paling pengecut. Bahkan dengan menyebutkan namamu dalam doaku, tanganku selalu bergetar tak terkendali. Hatiku berkecamuk mengatakan bahwa seorang sepertiku tak pantas meminta hal serakah, bahkan jika hanya berupa sekilas mimpi tentangmu.
Dan ketika aku memandangimu untuk lagi dan lagi terjatuh dalam kekalahanku, aku mengakui bahwa kau adalah keindahan abadi dalam memori sepanjang ingatanku. Di sana, jauh sangat jauh dari jejak langkah kaki selama aku hidup, kau yang kuat masih berdiri dengan kilauan agung menyinari keberadaanmu.
Hai kau yang begitu sempurnanya hingga menyakiti hatiku, meracuni pikiranku, menghukum kepercayaan diriku dan mengusik tidur tak nyenyakku. Pernahkah bahkan sekali kau mencoba angkuh dengan singgasanamu? Karena dengan sedih aku mendengarkanmu meratap untuk sesuatu yang tak perlu. Dengan terluka aku melihat ketidakpuasan dalam goresan ekspresimu.
Sadarkah kau, apapun yang kau risaukan tak pernah berharga untuk bahkan menjadi secuil masalah dalam hidupmu. Tak usah kau berkeluh dengan mereka yang membandingkanmu, bukankah sejuta cemoohan tak berarti apa - apa dibandingkan dengan sebuah hati yang dengan hangatnya bersedia menerima lukamu? Karena kau beruntung dengan begitu banyak malaikat penolong di sisimu, bahkan tak terhitung kasih sayang melimpahimu. Seperti mereka yang dengan peluh mengumpulkan kekayaan, hanya untuk membuangnya lagi demi menggapai bahkan bagian ujung dari helaian lengan bajumu. Bukankah semua itu hal yang keterlaluan? Maka setinggi itulah yang ingin kusampaikan, sebagai harga dari begitu berartinya apa yang kusebut dirimu.
Aku bertanya sekali lagi, duka apa yang mampu memberatkanmu? Karena telah banyak doa yang kuharapkan tersampaikan padamu. Untuk membuatmu yakin pada dirimu. Untuk membuatmu sadar bahwa ada seorang gadis kecil di sini, di sisi dunia yang jauh berlawanan dengan tempat pijakanmu terus memperhatikanmu. Terus mengagumimu, terus menangisimu, terus dan terus mendoakan keberhasilan hidupmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious
PoetryHanya sebuah coretan - coretan yang tercipta ketika menyaksikan kebimbangan dalam guratan wajahmu. Detail dirimu dalam pemahamanku. Aku bersama gundahku, dalam setiap kekagumanku padamu. Dan kau bersama kesempurnaanmu, saat di mana aku mencoba berdo...