karosel pink

450 82 34
                                    

Jung Wooseok fotograper freelance  yang sering dipanggil untuk acara-acara amal. Hari ini menerima pekerjaan mendokumentasi audisi model catwalk untuk merk pakaian ternama.
Ayolah meskipun bertentangan dengan prinsip 'berjuang untuk negara tercinta' Wooseok tetap butuh uang untuk kelangsungan hidup dan perawatan kamera mahalnya.

Kalau biasanya Wooseok menjadikan hewan yang hampir punah sebagai objek foto, kali ini dia harus membidik wajah primata tingkat atas yang berkaki panjang dan berparas rupawan. Bukankah terlalu kasar menyamakan manusia dengan primata.

Wooseok memotret ekspresi setiap model dan cara berjalan mereka. Berusaha mengambil angel terbaik dan seobjektif mungkin. Wooseok tidak peduli bagaimana hasilnya,  dia hanya perlu memotret dan memberikan hasilnya pada panitia.

"hei menurutmu bagaimana? model mana yang terlihat cocok untuk pakaian musim semi perusahaanku"

Wooseok sedikit melirik lembaran foto dan biodata para model yang diperlihatkan rekan bisnisnya.

"terserahmu saja, jangan lupa transfer uangnya ke rekeningku sore ini. aku bisa tinggal dijalanan kalau sampai nanti malam kau tidak mengirimnya", Wooseok tinggal sendiri di Seoul. Menyewa sebuah kamar di flat bobrok yang hanya disambanginya saat malam hari untuk tidur.

"makanya kubilang tanda tangangi kontrak kerja di perusahaanku,  bukannya keluyuran memotret panti jompo"

Wooseok hanya menaikkan bahunya tak peduli mendengar omelan temannya. Memang beberapa kali teman kayanya itu menawarinya pekerjaan tetap sebagai fotografer majalah,  tapi Wooseok menolaknya karena dia ingin bebas.

Wooseok keluar dari ruangan temannya, setelah ini dia harus mengerjakan beberapa artikel tentang foto yang kemarin dia ambil. Wooseok bisa melihat kerumunan orang-orang berkaki panjang mengerumuni sebuah papan pengumuman. Melihatnya mengingatkan Wooseok pada papan pengumuman ujian sekolahnya dulu.

"Ah kamu tidak lolos Shinwoni? sayang sekali"

Wooseok tersadar dari lamunannya mendengar kalimat barusan. Kalimatnya bernada prihatin tapi intonasi suaranya terdengar sangat bangga pada dirinya sendiri. Kenapa ada orang semunafik itu.

"ah tidak apa-apa, semua orang terlihat sangat bagus. Aku akan berusaha lebih baik dilain waktu"

Wooseok menaikkan alisnya lebih tinggi saat mendengar balasan dari orang yang tadi dipanggil Shinwon. Wajahnya tersenyum lembut tapi nada perkataannya terdengar kecewa dan rendah diri. Ah padahal kalau dilihat-lihat, Wooseok pikir orang itu....

"good posture and cute expression", kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Wooseok saat melihat ekspresi malu-malu Shinwon yang 'dibohongi' temannya.

Wooseok cepat-cepat tersenyum tipis dan sedikit menganggukkan kepalanya saat kepala orang yang sedang diperhatikannya menoleh dan menatap kearahnya. Suaranya tadi terlalu keras?.

"bahkan senyum simpelnya terlihat lebih lucu dari bayi orang utan kalimantan", kembali Wooseok bergumam saat Shinwon membalas senyum tipisnya dengan senyuman kecil sebelum berlalu bersama teman-temannya.

Ini pertama kalinya Jung Wooseok ingin melihat ekspresi apa saja yang bisa ditampilkan wajah tampan sekaligus cantik dengan tulang pipi menonjol dan sinar mata yang terlihat tulus. Tapi apa mau dikata, pria itu tidak lolos audisi dan Wooseok mungkin tidak akan mengambil pekerjaan seperti ini lagi. Pria itu,  Shinwon.... Wooseok bahkan tidak tahu nama lengkapnya, hanya akan menjadi bagian short memory. Akan hilang dari kepalanya setelah beberapa hari berlalu.

Wooseok tidak pernah percaya kalimat 'kebetulan adalah awal sebuah takdir'. Kebetulan ya kebetulan.

Wooseok masih mengotak-atik kameranya saat sebuah buku menu terulur didepan mukanya.

museTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang