Yoongi duduk terdiam di dekat eomma Mark menatap yeoja paruh baya itu dengan tatapan sendu. Di depannya terpajang foto Mark yang sedang tersenyum. Yoongi tersenyum miris melihat foto sahabatnya itu. Bak seperti terhantam badai tanpa tujuan."Ikutlah denganku Yoon". Yoongi menurut dan mengikuti langkah nyonya Tuan.
Yoongi melangkah masuk ke dalam ruang kamar Mark, aang ibu memeberikan sebuah book note berwarna hitam.
"Terakhir kali aku melihatnya menuliskan sesuatu sebelum peristiwa itu, kuharap dengan ini pelakunya dapat tertangkap". Yoongi mengangguk menggigit bibir bawahnya menahan isakannya yang inging menyeruak setelah melihat ibu Mark menangis kembali.
Yoongi bisa merasakan perasaannya kini pun kacau. Lagi-lagi dalam benaknya masih terus berpikir dan berpikir. Apa yang sebenarnya dicari sang pelaku?.
Keluarga Min nampak menyemangati ibu Mark, ayah Yoongi mencoba memberi semangst dan ibunya memeluk ibu Mark untuk menenangkannya.
Sorenya Yoongi beserta keluarga pamit akan kembali ke seoul, sebenarnya Yoongi berat hati meninggalkan bibinya yang tengah berkabung itu, akan tetapi sekolahnya tak dapat ia tiggalkan begitu saja.
Jimin, Taehyung dan Namjoon nampak berwajah cemas menanti kedatangan Yoongi. Setelah ketiganya mendapat berita mengejutkan itu, mereka nampak kaget dan overprotectif dalam menjaga Yoongi.
Bahkan disekolah terang-terangan Jimin dan Taehyung akan membuntutinya bak seperti Bodyguard.
Yoongi merasa jengah, pengap akan tindakan mereka yang berlebihan. Tapi dalam hati ada sesikit perasaan senang dihawatikan oleh mereka.
Kini Yoongi duduk bangku atas roftop. Ia tak mengatakan pada siapapun saat pergi kesana, bahkan terhadap Jimin dan Taehyung sekalipun.
Yoongi menghela napas sebelum mulai membuka buku note milik Mark. Yoongi akui ia tak cukup berani beberapa hari kemarin untuk membukanya, barulah sekarang hatinya telah mantap dan ingin mengetahui apa yang ditulis olehnya.
Srek... ceklik..
Yoongi menggeser lembar kertas pertama. Matanya mulai membaca tiap baris dan bait yang tetulis, ia geser kembali lembar demi lembar. Kadang sesekali ia tersenyum mendapati tulisan Mark yang menurutnya lucu.
Hingga lembar terahir dimana terahir kali juga Mark menulis.
"Pria berjaket hitam, memakai topi bundar dan masker, memiliki bekas luka di punggung tangan"
"Menelpon seseorang, 'akan membawa bocah itu'"
"Apa yang dilakukan di rumah Yoongi aku penasaran"
Yoongi tercengang, dirumahku pikirnya?. Apa ini ada hubungannya dengan hyung dan eommanya.
Yoongi menutup note itu dengan cepat dan berlari menuju kelas. Perasaannya masih tak karuan. Setelah membacanya semua nampak terngiang dalam otaknya.
Jimin berjalan mendekat dengan wajah marah dan siap untuk mengumpat. Namun niatnya urung tatkala melihat namja kesayangan yang tengah melamun.
"Hei, berhentilah memasang wajah seperti itu. Kau ingin dimakan?". Yoongi menoleh malas mengetahui siapa disebalhnya yang dengan beraninya berbisik seduktif dengan tubuh sedekat ini. Tak lain dan tka bukan adalah namja pendek yang menyebalkan, heol dia memang adalah Jimin. Untung saja yang satu lagi tak mengikutinya, Yoongi sungguh pusing menghadapi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Bother (Minyoon)
Fanfictionperasaan berat sebelah.. aku menyukaimu.. yah! memang kau menyukaiku, tapi menyukai diriku yang lain.. myg - pjm - kth bl loves ( yaoi )