Mengharap

254 64 94
                                    


Ketika tangan menengadah
Dengan penuh pengharapan
Haus akan terkabulkan
Sisa lusuh perjalanan

Pengembaraan tak bertepi
Dalam mengais sejimpit rejeki
Menerjang badai tanpa permisi
Demi mendapat sesuap nasi

Mata hijau melihat bulan
Sungguh indah pemandangan
Namun sayang itu kiasan
Isinya jauh dari kenyataan

Akankan ini kan terjadi
Pada diriku yang hina ini
Sungguh malang nasib hati
Terbelenggu tirani besi

Ketika senja telah datang
Mengganti pagi dan juga siang
Barulah sadar kenyataan
Sia-sialah segala perjuangan

***

Kita sering kali melupakan dari mana asal makanan yang  dicerna. Padahal halalnya dihisab, haramnya diadzab.

Yang penting sekarang senang
Yang penting sekarang menang
Yang penting sekarang bergelimang kemewahan

Aku masih muda
Akherat masih jauh
Yang haram saja susah

Ungkapan tak bertanggung jawab dari segelintir orang yang terlena dengan gemerlapnya dunia.

Suap, kolusi dan korupsi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan sejak zaman Nabi Muhammad S.A.W.

Dahulu pernah terjadi perjanjian damai antara suatu kaum dan Nabi Muhammad S.A.W. Mereka menyerahkan kebun kurma, sebagai tebusan supaya tidak diperangi. Namun menginginkan untuk tetap merawat kebun itu. Maka dibuat kesepakatan setiap panen akan dibagi secara adil kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Waktu berjalan, mulanya kaum tersebut menunaikan kewajiban, namun lama kelamaan sifat culasnya muncul. Mereka hasut utusan Nabi Muhammad S.A.W.

"Bagaimana jika bagian Muhammad setengahnya saja engkau antarkan? Setengah lagi kita bagi dua?" bujuk kaum itu kepada utusan Nabi Muhammad S.A.W.

Marahlah utusan Nabi S.A.W. Dia merasa terhina dengan kelakuan kaum itu. Dengan serta merta dicaci habis-habisan kaum tersebut, membuat mereka tidak dapat berkutik lagi.

Menengok Hadits Arba'in ke-10

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : (إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبَاً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ : ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً ) [المؤمنون : ٥١]، وَقَالَ: ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ) [البقرة : ١٧٢] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاء،ِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ) رواه مُسلِمٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah itu Thayyib (Maha Baik) dan tidak menerima kecuali yang baik. Allah memerintah orang mukmin sebagaimana perintah yang Dia berikan kepada para Rasul. Allah berfirman (yang artinya), Wahai para Rasul, makanlah makanan yang halal dan lakukanlah amal shalih. (QS. Al-Mukminun: 51). Allah juga berfirman (yang artinya), Wahai orang-orang yang beriman, makanlah rezeki yang halal yang kami berikan kepada kalian. (QS. Al Baqarah: 172). Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam menceritakan seseorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakan dan berdebu, dia menengadahkan kedua tangannya ke atas, dan berdoa, Ya Rabbi Ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan? (HR. Muslim)

Bogor, 28 Januari 2017

Rindu Bait MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang