three

15 5 0
                                    

Aku terbangun dengan posisi tertidur di tempat tidurku. Seingatku, aku memakan pizza lalu menonton berita dan aku tidak ingat apa-apa lagi. Atau mungkin aku tertidur di sofa sehingga ada yang memindahkan ku disini. Aku mengeliat ke kanan dan ke kiri. Pintu rapat dan gorden sedikit terbuka.

Harry pasti yang memindahkanku. Apa dia tidak macam-macam saat aku tertidur? Semoga saja tidak.

Lihatlah mimpi buruk selanjutnya, aku akan menjadi gila dan ayah akan  mengurungku dikamar atau rumah sakit jiwa.

Ketika aku ingin beranjak dari kasur, pintu tiba-tiba terbuka dan menampakan seorang yang membuatku hampir gila.

"Hoo.. Ternyata kau sudah bangun," sapanya. Dia mengukir senyuman di wajahnya dan menampakan lesung pipit dikedua pipinya. Manis sekali.  Apa yang baru saja kau pikirkan, Lav.

"K-kau!" aku langsung berdiri dari kasur. "Aku ingin bertanya! Apa kau yang membawakanku kesini?" tanyaku.

"Yeah." aku langsung melototinya dan  –"Jangan kau berfikir yang macam-macam, aku sama sekali tidak berbuat apa-apa selain mengendongmu. Lagian nggak ada yang menarik sama tubuh kau yang kurus tidak berisi." Oh God! Dia sedang menghinaku.

"Kau selalu membuatku kesal!" kataku kesal. "Jadi kau mau apa?"

"Tadinya aku berniat ingin membangunkanmu. Ternyata kau sudah bangun," ucapnya. "Kau terlihat cantik saat bangun tidur dengan wajah seperti nenek lampir" mana ada nenek lampir cantik. Dia ini sedang menggoda atau meledekku lagi?

"Mana ada nenek lampir itu cantik, kau meledekku, huh?" aku melototinya sambil kedua tanganku di pinggang.

"Tidak. Aku tidak meledekmu." katanya.

"Lalu apa? Menghina?" ucapku dengan lantang.

"Aku tidak meledek atau menghinamu. Kalau kau merasa diledek atau semacamnya, aku minta maaf dan berteman atau lebih misalnya..?" aku memutar kedua bola mataku ke kiri dan berdecak.

"Maaf tidak cukup. Aku ingin kau membelikanku es krim kesukaanku." kataku.

"Baiklah. Kesukaanmu?" tanyanya binggung.

"Ya!"

"Tapi apa?"

"Kau cari tau saja sendiri!"

"Bagaimana kalau salah?"

"Aku tidak akan memaafkanmu dan tidak akan menjadi temanmu!" kataku.

"Jadi, jika benar kau akan menjadi temanku?" aku diam menanggapi pertanyaannya.

"Sudah sana! Atau akan kubatalkan?"

Harry akhirnya keluar dengan muka pasrah.

✴✴✴✴

"Bagaimana kau tau ini es krim kesukaanku?" tanyaku penuh selidik setelah aku merampas menyuapkan sesendok eskrim ke mulutku. Bukannya menjawab dia malah melihatku memakan es krim. "Apa kau menanyakan es krim kesukaanku ke ayah?"

Astaga kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku juga. Apa aku sedang bernyanyi?

"Harry? Harry? HARREH!!"

"YA?" dia terlihat kaget saat aku meneriaki namanya. "Apa tadi kau bertanya?"

"Apa tadi kau bertanya?" aku ulang yang dia barusan ucapkan. "Jelas saja aku tadi bertanya dan kau hanya melamun."

"Hei, maafkan aku. Aku hanya melamunkan kau yang seperti anak kecil saat memakan es krim."

"APA KAU BILANG, ANAK KECIL?"

"Jangan teriak-teriak, Lavena. Kau begitu menggemaskan, aku jadi ingin melahapmu! Tapi disisi lain ketika kau marah kau seperti nenek lampir."

Aku tau maksudnya dari 'melahap' itu. Mungkin aku akan menjawab seperti orang polos yang tidak tau apa-apa, "Memangnya aku ini es krim yang sedang ku makan yang bisa kau lahap!"

Dia berdiri dan mendekatiku, "Kau tidak usah berpura-pura tidak mengerti, babe." bisiknya diiringi seringaian. "Lihatlah, pipimu yang memerah seperti tomat! HAHAHAHAA.." Harry tertawa garing. Aku melihatnya yang tertawa terbahak-bahak sampai wajahnya ikut memerah seperti kepiting rebus.

"Hei, wajahmu merah sekali, Harreh! HAHAAAA..." aku ikut tertawa bersamanya.

Kulihat Harry sudah berhenti tertawa dan aku masih tertawa. Sial! Aku tidak bisa mengontrol diriku untuk berhenti tertawa. Lama kelamaan aku akhirnya bisa berhenti dan Harry mengambil air putih di gelas dan memberikannya ke aku.

"Terima kasih." ucapku.

"Makanlah eskrim itu nanti keburu cair!" Astaga aku lupa bahwa aku sedang memakan eskrim. Memang sedikit lagi sudah ingin cair, aku langsung melahapnya lagi. Mengingat kejadian barusan aku merasa senang di dekat Harry walaupun dia begitu menyebalkan. Dan dia sekarang sedang menonton sesuatu di ponsel miliknya.

"Harry?" panggilku.

"Hmm.." gumamnya.

"Tidak."

Aku lupa ingin berkata apa dengan Harry. Aku mengaduk-aduk es-krim yang tersisa sedikit.

"Harry?" panggilku lagi.

"Hm?"

"Aku ada janji sama teman-temanku untuk berkumpul," Harry mendongakkan kepalanya dan memandangku datar. Bersiaplah Lavena, sebentar lagi dia akan ngomel-ngomel.

"Baiklah, kau boleh pergi. TAPI.." aku sempat tercengang karena dia tidak marah malah sebaliknya, tetapi masih ada kata 'tapi' di ucapannya yang membuatku bingung.

"Tapi?" kataku agar dia melanjutkan ucapannya.

"Tapi... Aku akan ikut bersamamu. Dan ku harap kau tidak mengabaikanku." katanya. Sebenarnya itu sangat berlebihan, tapi tidak apa. Ku kira dia akan meminta hal-hal yang macam-macam.

✴✴✴

Chapter 3 is Coming!

PARADISE // H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang