New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat metropolitan yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Sebuah kota global terdepan, New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Kota ini adalah tempat markas terbesar perserikatan bangsa-bangsa.
Diseluruh jalan New York, terpangpang poster-poster yang menampilkan sebuah informasi yang membuat seluruh dunia tercengang. Bagaimana tidak? Sepasang suami istri-yang berstatus sebagai profesor menciptakan sebuah mesin baru yang belum ada sebelumnya. Mesin yang sebenarnya tak masuk akal, tapi dapat diciptakan dengan mudah oleh mereka berdua.
Andrew Wiles dan Callie Bellvania adalah dua profesor yang telah mengubah dunia. Mesin waktu yang mereka ciptakan sejak dua tahun yang lalu, kini telah selesai dan dapat digunakan. Dengan tangan ajaib mereka dan otak canggih mereka, mesin ini akan segera diresmikan tahun baru ini. Dan, mereka akan dinobatkan sebagai profesor terdepan dan terjenius.
***
Saat ini sedang diadakan pesta keberhasilan Andrew Wiles dan Callies Bellvania di Empire State Building-gedung pencakar langit. Seluruh ilmuan dari belahan dunia pun ikut menghadirinya. Mereka ingin menyaksikan bagaimana bagaimana mesin itu bekerja. Mesin terbaru dari yaang baru. Mesin tercanggih dari yang canggih. Mesin terhebat dari yang hebat.
Andrew Wiles dan Callie Bellvania menaiki panggung beriringan. Tersenyum dan melambaikan tangan. Lantas membawa microfon yang diberikan sang pegawai.
"Selamat malam semuanya" ucap Andrew membuat semua yang ada disana, mau tak mau harus memperhatikannya. "Puji Tuhan, kami-saya dan Callie- bisa berdiri disini, dan bisa menyelesaikan sebuah rancangan yang akhirnya menjadikan kami mendapat gelar sebagai profesor terbaik sepanjang masa. Kami tidak akan menjadi seperti ini tanpa dukungan yang kuat dari kalian. Terimakasih"
Callie ikut memegang microfon. "Kami berusaha keras. Mengabaikan semua cemoohan orang yang menganggap kami gila. Mengambil semua resiko yang sangat berbahaya. Namun, ya ini jadinya" Callie tersenyum haru dengan buliran air mata. "Kami berhasil"
Sejenak semua orang bertepuk tangan sembari berteriak ria.
"Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang senantiasa telah memberi dukungan. Terutama untuk sahabat saya, Aldrich Frederick Arnan dan Agatha Adonia Arnan yang telah banyak membantu" Callie melambaikan tangan kepada mereka berdua, sedangkan mereka berdua yang tengah terduduk langsung berdiri dan membungkuk hormat.
Andrew dan Callie saling tatap sebelum akhirnya "Silahkan dinikmati hidangannya, peresmian akan dimulai sekitar dua jam lagi. Tepat tengah malam"
Merekapun berbaur dengan para professor yang lainnya. Berbincang perihal mesin waktu. Tertawa terbahak-bahak sampai menangis karena haru. Hari ini, semua perasaan tercampur. Antara bahagia dan tak menyangka.
Tanpa mereka sadari, di sudut ruangan ada seseorang berjubah hitam. Ikut berdesakan dengan para professor. Perawakan laki-laki berjubah itu cukup tinggi dan gagah. Laki-laki itu membawa segelas minuman dari meja minuman dan meneguknya sampai habis. Lantas dia berjalan menuju ruangan dimana mesin waktu disimpan.
Ruangan itu terkunci rapat dan dijaga ketat. Tapi hebatnya, dia bisa melewati berbagai tantangan itu dengan mudah hanya dengan menyuntikkan obat ke tubuh para penjaga dengan gerakan yang cepat. Dia juga mempunyai kunci cadangan ruangan itu, entah dari mana.
Setelah berhasil masuk, laki-laki itu tidak lupa kembali menutup pintu. Tangannya lihai mengotak-ngatik mesin waktu. Beberapa kabel terputus dan beberapa alat yang melekat dihilangkan. Semuanya berjalan dengan apa yang dia inginkan. Tak butuh waktu lama dia kembali keluar. Dengan tepukan tiga kali, para penjaga tadi terbangun.
Sedangkan di ruangan dimana sedang berkumpul para professor, sedang menunggu detik-detik pergantian tahun. Beberapa dari mereka menari dengan semangat dan berlari untuk membawa mesin waktu.
Setelah dibawa, mesin waktu disimpan di tengah ruangan. Semua orang yang ada di sana terfokuskan pada mesin itu. Mesin yang masih tertutup kain putih.
Andrew dan Callie beranjak mendekati mesin buatan mereka itu. Dengan bangga mereka tersenyum. Tak terasa, pergantian tahun tinggal beberapa detik lagi.
"Kita hitung sama-sama detik-detik pergantian tahun baru ini" Andrew berteriak lantang. "Sepuluh... sembilan... delapan.. tujuh... enam... lima.. empat... tiga... dua... satu!"
Andrew dan Callie menyingkirkan kain putih yang menghalagi mesin waktu itu. Semua orang bertepuk tangan kecuali orang yang ada di sudut, dia tersenyum kecut.
"Selamat tahun baru dan selamat kepada New York yang sudah resmi mempunyai dua orang professor terbaik sepanjang masa!" teriak hampir semua orang di sana.
"Ada yang mau menjadi suka relawan pertama?"
Semua diam. Saling tatap. Saling menyiku. Sebelum akhirnya, Aldrich dan Agatha, sepasang suami istri sekaligus sahabat Andrew dan Callie, mengacungkan tangan dan melangkah maju.
Aldrich dan Agatha melangkah memasuki mesin waktu yang ukurannya seperti lemari, sehingga bisa dimasuki dengan kapasitas dua sampai tiga orang. Aldrich menekan tombol angka yang mana tombol itu berfungsi untuk membawa ketahun yang dia mau. Setelah menentukan, Agatha menekan tombol hijau. Dan dalam hitungan detik mereka menghilang. Tapi anehnya, mesin waktu itu tidak ikut menghilang.
Andrew dan Callie terlihat panik. Semua panik. Beberapa kali mesin itu di buka, tak ada Aldrich maupun Agatha. Beberapa kali tombol peringatan di mesin itu ditekan, tetap tak memunculkan sosok Aldrirch dan Agatha.
Polisi mulai berdatangan. Mereka memborgol Andrew dan Callie, juga membawanya ke kantor polisi.
Semua disidang. Tak ada yang bisa mengelak, sebab inilah fakta yang terjadi. Aldrich dan Agatha menghilang. Ini adalah sesuatu yang aneh bagi Andrew dan Callie, sebab mereka telah mencoba mesin waktu itu beberapa kali, dan sebelumnya baik-baik saja serta bisa kembali.
Detik tak pernah berhenti. Menit, jam apalagi. Haripun telah lama berganti. Setelah beberapa kali disidang, Andrew dan Callie resmi di penjara. Terkutuk lah mereka. Semoga saja tidak membusuk disana.
Hari-hari mereka menjadi gelap. Tak ada cahaya sedikitpun yang terpancar. Air mata tak berhenti mengalir. Semuanya jelas-jelas ambigu. Ada apa dengan waktu? Dalam sekejap membuat mereka tetrawa lalu didetik kemudian membuat mereka menangis tersedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Làthos
Fantascienza#177 dalam Science Fiction 23 Februari 2017 Kisah ini tentang Adreanna yang kembali ke zaman dimana teknologi belum ada sama sekali. Semua itu gara-gara mesin waktu. Bagaimana Adreanna bisa bertahan hidup? Bisakah dia kembali kemasanya? Lalu, bagaim...