bagian 1

834 10 4
                                    

Suasana dikampus pagi cukup padat, khususnya dikelas mahasiswi semester 6, yang lagi ngadain rembukan, soalnya pada mau praktek, begitupun juga dengan “ Dina Amaliyah “ mahasiswi terbaik dikampus jurusan Kebidanan Universitas “ UI “ Jakarta, gadis berjilbab nan cantik ini menjadi ketua diskusi para mahasiswi dan dosen-dosen. Akhirnya tempat tugas praktek udah ditetapkan dan Dina mendapat tempat tugas dirumah sakit “ Islami “ Jakarta, kawasan Jakarta Utara.
“Alhamdulillah akhirnya tibalah saat untuk bertugas.“ ucap Dina lirih menyambut tugas yang akan ia laksanakan selama 6 bulan kedepan dengan penuh gembira.
Senin pagi yang cukup cerah secerah hati Dina yang mulai bersiap-siap untuk praktek pertamanya dirumah sakit yang cukup ternama di Jakarta Utara, rumah sakit Islami, dan Dina tidak sendiri, ia dan keenam kawannnya bertugas ditempat tersebut, Lia, Efi, Sinta, Devi, Rohmah.
Setibanya dirumah sakit, mereka disambut dengan ramah, sempat ada interview juga, tapi sayang sang pemimpin alias ketua dokter disana sudah tidak ada, beliau sudah pensiun dan akan segera digantikan oleh putranya yang masih berada si Singapura untuk mengadakan  penelitian  dan study banding disana, baru satu minggu kemudian datangnya. Jadi, Dina dan kawan-kawan tidak bisa praktek hari itu juga , musti nunggu pimpinan dulu, karena beliau yang akan mengatur tugas-tugas mereka. Jadi, hari itu mereka hanya mempelajari keadaan rumah sakit, dan berkeliling-keliling menyapa dan berkenalan dengan seluruh jajaran satf dirumah sakit yang cukup besar itu.
“waaah…rumah sakit ini bangunannya indah sekali ya Din?” ujar Lia seraya mengamati bangunan-bangunan di rumah sakit tersebut.
Dina yang mendengar celotehan Lia Cuma senyum-senyum aja, begitupun juga dengan kawan-kawannya yang lain, maklum, biar udah di Jakarta, Lia yang asalnya dari Madiun ini masih terlihat agak kolot. He…he…he…
1 minggu kemudian. Dina dan kawan-kawan sedang menunggu diruang meeting yang ada di rumah sakit tersebut sambil berharap-harap cemas, semua pada diam.
“Din…?!” Sandra memulai pembicaraan.
“ya San ada apa?” Sambut Dina ramah, ia memang memiliki sifat yang ramah, lembut, supel, sehingga Dina mempunyai banyak sekali teman.
“kira-kira tugas kita ntar berat gak ya?” Sandra cemas.
“Tenang San, insya Allah apapun itu, kita pasti bisa melewatinya, selama kita benar-benar mau berusaha.”
“Oh…gitu ya Din, makasih!”
“Kira-kira ketua rumah sakit ini sapa ya?” Devi penasaran. “Alaaah…paling-paling juga udah bapak-bapak, udah tua, aduh…moga-moga gak galak aja, kalo menurut bayangan gue sih, ini pak ketua orangnya pasti gemuk, kumisnya tebal, galak…aduh enggak banget deh.” Sinta membayangkan, teman-temannya pun pada cekikikan.
Tak berapa kemudian, tiba-tiba saja terdengar suara pintu dibuka, lalu…
“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh, selamat pagi!” Sapa pak ketua.
Dengan serempak mereka menjawab
“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.”
Dan betapa terkejutnya mereka menatap sosok pria yang berada dihadapan mereka bukanlah seorang bapak-bapak tua yang gendut, berkumis tebal dan galak, seperti apa yang telah dibayangkan oleh Sinta, melainkan seorang pemuda tampan, berkacamata, putih, tinggi, tegap, tubuh atletis, berkumis tipis, ditambah lagi dengan bibirnya yang yang merah tipis dan janggut didagunya yang sedikit tak telalu tebal, wajah-wajah agak Chinese gitu deh….
Kontan semua cewek-cewek yang masih duduk dibangku kuliah itu pada tertegun dan terpesona dibuatnya. Apalagii pemuda tersebut terlihat sangat ramah, disiplin, rapi, wangi, dan santun, friendly banget lagi…waaah gak kukuh.
“Mari silahkan duduk!” Pemuda tersebut mempersilahkan, dan semuapun mulai duduk dan pada interview, dengan introduction terlebih dahulu.
“Perkenalkan nama saya Muhammad Fahmi Ar.Royan, panggil saja Dr.Fahmi,  saya bertempat tugas disini baru 1 tahun, sebagai dokter umum dan juga spesialis anak. Mudah-mudahan selama mbak-mbak bertugas disini bisa merasa nyaman, tenang, dan puas kalopun ada hal-hal yang kurang difahami nantinya tidak usah sungkan-sungkan untuk bertanya dan saya juga mohon maaf karena terlambat menyambut anda semua disini karena saya masih ada tugas diluar negeri.”
“Ah…gak apa-apa kok Mas, eh maaf dokter!” Celutuk Efii sekenanya.
Semua pada tertawa mendengar celutukan Efi.
“Untuk tugas-tugasnya sudah saya serahkan kepada Ibu Latifah, beliau adalah dokter spesialis kandungan terbaik dirumah sakit kami, dan anda juga bisa menghubungi Ny.Lasmi selaku bidan disini, oh ya perlu anda semua ketahui bahwasanya disini kami juga memiliki beberpa peraturan yang harus ditaati oleh semua karyawan, pekerja, dan staf dirumah sakit ini yaitu yang pertama adalah : setiap waktu sholat tiba, kami mengadakn sholat jama’ah secara bergantian, kecuali yang beragama non islam dan bagi semua karyawan dirumah sakit ini yang muslimah kami wajibkan untuk memakai jilbab, kecuali yang non muslimah, bagaimana? Sanggup?” tanya dokter Fahmi, seraya melirik Sandra, Sinta dan Evii yang tidak mengenakan jilbab,
Mereka bertiga hanya menjawab dengan angggukan kepala saja, walau sebenarnya mereka agak keberatan juga.
“Baiklah kalau begitu, cukup begini saja dulu, mengenai hal-hal lain yang belum anda semua pahami, bisa ditanyakan kepada Ny.Latifah dan Ny.Lasmi selaku pembimbing anda semua nanti. Selamat bertugas dan semoga sukses!” Sambut Dr.Fahmii mengakhiri,
Tiba-tiba Sinta nekat mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Dr.Fahmi, namun sayang Dr.Fahmi menyambutnya hanya dengan mengatupkan kedua tangannya, sebagai tanda bahwa ia tidak terbiasa dan tidak bisa berjabat tangan dengan lawan jenisnya yang tidak mahrom. Sintapun mengerti, ia Cuma cengingisan aja dan jadi tersipu malu.
“Asslamu’alaikum!” Lanjut Dr.Fahmi seraya meninggalkan ruangan diskusi.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab 6 gadis tersebut serempak.
Ketika si dokter tampan udah pergi, gadis-gadis itupun pada ngerumpi
“Uhh…dasar tuh orang, sombong banget sih? Udah bikin aku tengsin lagi.” Ucap Sinta yang lagi ngedongkol, dan kawan-kawannya pun pada ketawa-ketiwi.
“Lagian kamu, ngapain sih pakek nyulurin tangan segala!” sambung Efi.
“Ih…sebelnya peraturannya itu loh yang musti ngewajibin kita pakek jilbab, aku kan paling gak suka, udah gerah, panas lagi, jadi gak kuat lagi deh rambut indahku ini, mana abis rebonding lagi.” Sandra ngomel.
“Sabar San, coba aja dulu, secara perlahan-lahan, insya Allah kamu bisa kok!!!” Nasihat Dina.
“Eh…eh…tapi tu dokter tampan banget loh…waaah…jangankan 6 bulan, 6 tahun atau bahkan sampai 60 tahun gue betah pastinya lama-lama tugas disini?” Devi menghayal.
“Huh..mimpi kali yee…..langkahi dulu mayatku” balas sinta, “alah….kalian apa-apaan sih, paling-paling dia juga udah punya anak punya istri dan………aku mau loh…..jadi istri keduanya hihihihi……..”sambung Rohmah mengharap,
sementara Dina cuma senyum-senyum saja mendengar kawan-kawannya yang lagi ngerebutin Dr. Fahmi,
“Eh….Din, loe kok diem aja sih?” Tanya Sandra yang dari tadi cuma senyum-senyum saja.
“Gak ah…aku gak ikutan” ucap Dina seraya tertawa pelan, meski sebenarnya ia agak kagum juga sama dokter tampan dan sopan itu,
“tapi….jaman kayak gini jarang sekali ada cowok yang nolak bersalaman dengan cewek, malah kebanyakan si cowok dulu yang mulai hmmm…..bener-bener alim kayaknya pemuda itu” pasti beruntung sekali wanita yang bisa mendampinginya” Dina bergumam dalam hati.
Tak terasa satu bulan telah berlalu, Dina dan kawan-kawan pada sibuk dengan tugas-tugasnya memeriksa ibu-ibu hamil, merawat bayi-bayi yang baru di lahirkan, memeriksa balita-balita yang sedang sakit, bahkan sampai membantu proses persalinan, dan Efi, Sandra serta Sinta, merekapun telah berjilbab. “Din..ternyata pake jilbab itu enak ya? Adem banget rasanya, kepala juga gak kepanasan kalo pas lagi kena sinar matahari langsung,” ujar Sandra suatu ketika,
”Alhamdulillah…seneng deh rasanya, akhirnya kamu pake jilbab, itu memang kewajiban kita untuk pake jilbab menutup aurot kita San” nasehat Dina lagi.
“Ntar ajarin aku make jilbab yang bener ya Din?” pinta Sandra,
Dina yang sedari kecil udah terbiasa memakai jilbab, mengiyakan permintaan Sandra, begitupun juga dengan Efi dan Sinta, Sejak bertugas di rumah sakit ini, hati aku jadi merasa tenang banget Din, apalagi sejak kita di wajibkan sholat berjamaah bareng-bareng tiap waktu, aku jadi on time juga sekarang sholatnya “
“Jujur aku dulu suka bolong-bolong sholatnya,” Efi berkisah,
“Alhamdulillah ada hikmahnya juga kita bertugas disini, Allah udah memberikan hidayah-Nya kepada kita semua,” sambut Dina lega melihat perubahan-perubahan  positif pada teman-temannya.      Saat lagi asyik ngobrol pada jam istirahat, tiba-tiba terdengar suara bedug yang sudah bertalu-talu dari masjid sebelah rumah sakit yang sudah di bangun oleh si empunya rumah sakit itu.
“Eh udah waktunya sholat, kita sholat yuk ?”, ajak Rohmah,
mereka pun bersama-sama berjalan menuju masjid, sementara Lia, ia lagi nunggu dan duduk-duduk di taman deket masjid, karena lagi berhalangan, lagi dapet cuti gitu deh…
Bangunan masjid dan rumah sakit tak kalah megahnya, interiornya begitu indah, dinding-dinding yang di hiasi dengan keramik berwarna coklat, lantainya pun di beri permadani yang indah pula, membuat siapapun yang beribadah disana merasa nyaman dan dapat beribadah dengan khusyuk, ditambah lagii dengan suasananya yang sejuk nan teduh karena di sekitar masjid ada pohon-pohon besar yang cukup rindang, kebersihannya pun terjaga dengan baik.
Saat lagi pada sibuk melepas sepatu, tiba-tiba muncullah sosok sang idola, siapa lagi kalo bukan Dr. Fahmi, terlihat ia lagii buru-buru dengan wajah yang masih agak basah karena habis wudhu’, serta tetesan-tetesan air yang sesekali masih menetes darii sebagian rambut kepalanya yang agak jabrik, menambah ketampanan sang dokter, ia berjalan terburu-buru menuju masjid, sementara tangan kanannya terlihat membawa Alqur’an kecil.
“Eh…..eh itu kan si Mr. tampan”, ujar Devi memberitahukan kepada semua teman-teman,
maklumlah walau bekerja dalam satu rumah sakit, mereka jarang bertemu, apalagi Dr. Fahmi sangat sibuk sekali, ia mempunyai banyak sekali pasien, apalagi sebagai dokter umum dan dokter specialis anak, pelayanannya terkenal sangat ramah, sabar, baik dan telaten pada semua pasien-pasiennya, begitupun sebagaii pemimpin , ia sangat tegas, mandiri, ramah, rajin serta disiplin, sosok pekerja keras, ia juga dikenal sangat ramah kepada semua orang, pada saat lagi bertugas, ia benar-benar tegas dan disiplin, sedang di luar tugas, Dr. Fahmi juga di kenal humoris dan suka bercanda.
“Assalamualaikum” sapa Dr. Fahmi,
“wa’alaikumsalam”, sahut enam gadis itu,
setelah menyapa enam gadis tersebut, Dr. Fahmi langsung pergii seraya tersenyum, ia pun langsung masuk ke dalam masjid, rupanya ia mau mengaji sebentar sebelum adzan dii kumandangkan.
“Idih….tuh orang kok kayaknya cuek gitu sih ama cewek?”, seloroh Devi,
”iya tuh” sambung Sandra,
sementara Dina, ia kagum,
“Hari gini masih ada pemuda yang mau meluangkan waktunya untuk membaca Alqur’an sebentar di sela-sela kesibukannya”, kata Dina di dalam hatinya walau sebenarnya ia juga suka mengaji.
Setelah selesai sholat berjama’ah, sebagian karyawan dan pekerja dirumah sakit itu pada makan siang di kantin rumah sakit, kantin khusus para karyawan, Dina dan kawan-kawannya pun ikut makan siang di kantin, setelah memesan makanan, merekapun duduk berkelompok, tak di sangka-sangka terlihat Dr.Fahmi lagii jalan bareng Dr. Daniel, sahabat karibnya sejak masih duduk dii bangku sekolah SMA, rupanya sang dokter lagi memesan secangkir kopi,mereka asyik bercanda, bahkan saking asyiknya, sesekali terlihat Dr. Daniel usil menggelitiki pinggang Dr. Fahmi yang suka geli, melihat pemandangan seperti itu, enam gadis tersebut jadii ikutan cekikikan,
“Eh liat tuh Dr. Fahmi, dia lagi kegelian, lucu ya?” komentar Devii seraya tertawa,
“ Eh …eh   denger-denger kalo cowok ataupun cewek suka geli, pasangan hidupnya ntar dapat yang cantik atau tampan” sambung Lia,
“ Ah masak sih ?” komentar Rohmah
“ eh Dina kan gelian juga” Rohmah mengingatkan,
“apaan sih?” Dina membantah,
“waaaahhh….serasi nih yeee….”, seloroh Sinta,
mereka pun asyik bercanda juga dan gak di duga-duga Dr. Daniel dan Dr. Fahmi nyamperin mereka,
“assalamualaikum!”, 
Ke enam gadis itu pada terkejut,
“ waalaikumsalam” jawab mereka,
“ lagi pada makan siang ya?” sapa Dr. Fahmi,
“ iya dok” sahut Lia,
“ dokter udah ?” sambung Efi,
“ sudah nih” jawab Dr. Fahmi singkat seraya menunjukkan rantang makanan bontotannya,
“oh…..lagi menikmati masakan istri ya dok?” lanjut Efi,
Dr. Fahmi yang mendengar pertanyaan Efi langsung tertawa seraya melirik Dr. Daniel tanpa menjawab, Dr. Fahmi langsung pamit untuk kembali melanjutkan tugasnya,
“ saya duluan ya? Assalamualaikum !”,
“waalaikum salam!” jawab enam gadis itu serempak.
“Dr. Fahmi itu masih lajang, dia belum punya istri, makanan yang dia makan itu masakan bundanya, dia orangnya gak suka makan diluar, biasa….anak mama” kisah Dr. Daniel yang juga ramah,
“ waaaahhhh….beneran dok? Dr. Fahmi masih lajang ? kirain……” sambung Sandra.
“Iya dia masih lajang, memang sih usianya udah 27 tahun dan bundanya masih suka maksa dia buat segera menikah”,
”masak sih dok?” Rohmah semangat,
“kenapa? Kamu mau?” sambung Dr. Daniel,
merekapun pada ketawa,
“ogah ah dok, saya sih udah punya tunangan” kisah Rohmah, “kalo Dokter udah punya istri?” Tanya Sinta, dengan semangatnya Dr. Daniel menjawab
“ udah dong, masak pria tampan seperti diriku ini belum laku?” canda Dr. Daniel,
mereka semua pun tertawa hingga akhirnya mereka kembali pada tugas masing-masing.
Waktu demi waktu tak terasa terus berjalan dan pada suatu ketika……
”Dina?” Dr.Latifah sang pembimbing memanggilnya,
“ iya bu ada apa?”,
“ kita hari ini ada meeting sebentar, kamu ikut ya?” ajak Dr. Latifah, “baik Bu!” jawab Dina mantap,
“ ya sudah kalo begitu kita kesana sekarang, kita sudah di tunggu sama Dr. Fahmi,” ajak Dr. Latifa,
mereka berduapun berjalan bersama-sama menuju ruang meeting, rupanya ada hal penting yang akan di bahas dan rapat pun di mulai…,
Dr. Daniel yang menjadi pimpinan rapat kali ini.
“Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, selamat siang,” “waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh”,
“ langsung saja saudara- saudara sekalian, begini, rumah sakit kita ini akan melakukan pembangunan, kita akan membangun suatu ruangan dimana ruangan tersebut akan menjadi ruangan khusus bagi anak-anak, ada ruang pemeriksaan dan ruang rawat inap, karena kita tahu anak-anak sulit sekali bila di ajak berobat, mereka takut kepada dokter, takut pada jarum suntik dan sebagainya, oleh karena itu kami memiliki suatu konsep model dan bentuk ruangan tersebut, yang di dapat dari Dr. Fahmi, beliau sempat berkonsultasii dengan para arsitek ternama disana, untuk gambaran jelasnya biarlah Dr. Fahmi yang akan menjelaskan,
“ silahkan Dr. Fahmi ?!’,
“terima kasih Dr. Daniel, Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh………”,
Dr. Fahmi pun menjelaskan rancangannya yang ia gambarkan melalui proyektor dari laptopnya, setelah menjelaskan bla….bla…bla, Dr. Fahmi pun membuka ruang diskusi, mempersilahkan para karyawannya untuk berpendapat atas rancangannya itu. Semua bertepuk tangan dan bangga,
” wah….bagus sekali Dok,” puji Dr. Latifah,
tapi tidak dengan Dina, ia pun segera menyampaikan aspirasinya, “instruksi Dok”, ujar Dina seraya mengacungkan tangannya,
“iya mbak silahkan”, Dr. Fahmi jadi terkejut,
“ begini Dok, saya mohon maaf sebelumnya jika pendapat saya ini kurang berkenan, tapi menurut pendapat saya rancangan itu terlalu mewah, terlalu canggih pula, memang bagus, tapi pastinya akan membutuhkan dana yang cukup besar pula, dan rancangan itu kurang sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih gemar bermain dan sebagainya, ini menurut saya”, ujar Dina tegas, “Hmmmm….anda punya konsep rancangannya?” Tanya Dr. Fahmi ramah,
Dina pun terkejut, ia sama sekali tidak memiliki konsepnya,
“maaf saya tidak punya Dok”, sahut Dina seraya menggigit bibirnya,
tapi ia benar-benar gadis yang cerdas, berani memberikan kritik tapi ia juga bertanggung jawab,Dr. Fahmi jadi heran,
” terus?” Tanya Dr. Fahmi,
“ begini Dok, kalau saya di beri kesempatan, saya akan membuatkan konsep rancangan bangunannya, bagaimana?” Dina menawrkan diri,
“Hmmm…baiklah kalau begitu saya beri anda waktu satu hari satu malam untuk membuatnya, dan besok anda sudah harus mempunyai konsepnya,karena proyek ini akan segera di laksanakan sekitar 3-4 hari lagi dan saya juga sudah menghubungi arsiteknya, bagaimana mbak? Bisa ?” Tanya Dr. Fahmi,
Dina bingung,
“apa? Cuma satu hari satu malam? Bagaimana bisa aku menyelesaikannya dalam waktu sesingkat itu?, tapi apa boleh buat, dia harus melaksanakan tugas itu sekaligus sebagai penunjang nilai-nilai akademiknya supaya bisa lulus,
” baik Dok, akan saya usahakan,” sahut Dina tegas.
Seusai rapat, Dina langsung mengutak-atik laptopnya, merancang rancangan yang sesuai dan dengan dana yang tidak terlalu besar.
Sampai malam harinya Dina masih juga belum mendapatkan ide, padahal jam udah menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari,
“ aduuuuhhh….gimana nih, padahal besok pagi udah mestii presentasi,
“ya Allah…..”, Dina bener-bener bingung dan ia memutuskan untuk sholat tahajjud terlebih dahulu, matanya terasa panas sejak sore tadi, ia sibuk melototin laptopnya, kepalanya juga pusing, hatinya gundah……Dan……..
“Alhamdulillah….akhirnya kelar juga”, ujar Dina,
“ yess….besok pagi tingaal presentasi, mudah-mudahan hasilnya memuaskan, terima kasih ya Allah…..” dan Dina pun segera beristirahat sejenak sebelum subuh tiba.
Esok paginya Dina segera menemui Dr. Latifah dan Dr. Daniel, meetingpun kembali dimulai.
“Bagaimana mbak, sudah selesai konsepnya? tanya Dr. Fahmi,
“ sudah Dok, bisa dimulai presentasinya?” tanya Dr. Fahmi lagi yang udah mulai penasaran dengan hasil rancangan Dina,
“ siap Dok”, dengan membaca Bismillah Dina pun mulai menyalakan laptopnya, ia sambungkan ke proyektor dan ia pun memulai presentasinya, dan hasilnya benar-benar memuaskan, dengan rincian dana yang tidak terlalu besar pula, semua orang dii buat kagum olehnya,pertanyaan demi pertanyaan ia jawab dengan tepat. Hasil karyanya benar-benar memukau, dengan rancangan kamar anak-anak yang di hiasi dengan hiasan dinding tokoh-tokoh kartun kesukaan mereka, tempat tidur yang nyaman, ada tamannya juga dan beberapa mainan, serta para perawat dan dokter yang memakai kostum yang lucu-lucu dengan menggunakan kostum tokoh-tokoh pahlawan ataupun cerita kerajaan, sehingga anak-anak jadi betah hingga mereka sembuh dan tidak takut lagi pada dokter-dokter. Tepuk tangan yang begitu meriah di dapat oleh Dina, ia merasa lega,
“ wah bagus, bagus sekali mbak,” puji Dr. Daniel,
dan sang pemimpinpun memberikan komentarnya.
“Sebelumnya kami ucapkan terima kasih banyak atas usaha mbak Dina yang sudah merancangnya dengan apik dalam kurun waktu yang begitu singkat, tapi kamu juga mohon maaf karena kami tidak bisa……….” Dr. Fahmi menghentikan kata-katanya,
semua orang yang berada di ruang meeting tersebut jadi terkejut, suasanapun menjadi tegang, begitupun dengan Dina, ia yang tadinya lega jadi lesu seketika,
“ maaf kami tidak bisa mengabaikan begitu saja, hasil karya mbak Dina kami terima”, jawab Dr. Fahmi seraya tersenyum, “Alhamdulillaaaah”, Dina jadi lega,
“ selamat ya mbak, kamu hebat”, puji Dr. Latifah dan yang lain.
Tiga hari kemudian tiba-tiba aja Dina di panggil oleh Dr. Daniel ke ruangannya,
“ ada apa Dok?” tanya Dina,
“ begini mbak, Dr. Fahmi sangat sibuk sekali akhir-akhir ini, dan dia butuh seorang asisten, maukah anda jadi asistennya?”,
saya pak?” Dina terkejut,
“iya, Anda, bisa kan?”, Dina bingung,
“ tapi saya kan jurusan kebidanan Dok, bukan perawat ataupun spesialis anak”, Dina menjelaskan jurusannya.
“Iya saya tahu, saya rasa praktek kamu disini sudah cukup, saya juga termasuk orang yang mengatur tugas-tugas kalian semua disini, dan ini tugas khusus buat kamu karena menurut saya  kamu seseorang yang mempunyai kelebihan, bagaimana?” tanya Dr. Daniel lagi,
“ Ah gak begitu juga Dok, tapi terima kasih banyak atas kepercayaan dokter kepada saya, Baiklah jika menurut Dokter demikian, saya akan melaksanakan tugas ini”, sahut Dina, walau dia masih agak ragu juga,
“ oke kalau begitu, besok pagi kamu sudah bisa bekerja di ruangan kamu, disebelah ruangan Dr. Fahmi, dan tugas kamu adalah mengurus jadwal presentasi, membantu pemeriksaan, serta menemani Dr. Fahmi menghadiri acara-acara seminar kesehatan atau bahkan mewakilinya ketika Dr. Fahmi sedang sibuk dan satu lagi membantu menyiapkan segala keperluan Dr. Fahmi, ok?”,
“ baik Dok, terima kasih banyak atas kepercayaannya, saya akan berusaha untuk melaksanakan semua tugas-tugas itu dengan baik”,
“ oke!, dan ini adalah merupakan nilai plus buat kamu karena tugas ini pastinya merupakan tantangan juga kan buat kamu, ya..anggap saja ini adalah kuliah baru buat kamu dan kamu jadii bisa punya pengalaman baru, iya kan ?”, jelas Dr. Daniel.
“Iya… benar Dok, terima kasih Dok”, jawab Dina dengan mantap.
” Hmm……benar juga kata Dr. Daniel ini, bisa jadi pengalaman baru buatku”, kata Dina dalam hati.
Dina pun memasuki ruang tugasnya,ia mulai beres-beres dan bersiap-siap pindah ke ruangan yang bersebelahan dengan
Dr. Fahmi, ia pun sempat ngobrol sebentar dengan kelima temannya.
“Apa ??” Devi terkejut mendengar cerita Dina  yang di angkat jadii asistennya Dr. Fahmi,
“ kok nggak nyambung banget sih ? jurusan kebidanan malah dapat tugas jadi asisten dan perawat anak-anak, gak ngaco apa ya?” komentar Devi,
“ iya tuh Din, salah orang kali tuh Dr. Daniel?”, komentar yang lain,
“ ya enggaklah Vi, salah orang juga enggak mungkin, jelas-jelas aku yang di panggil dan di pilih, udahlah, biar ini jadi tantangan dan pengalaman baru buat aku, nah karena aku dah pindah tugas, sementara ketua kelompok kita biar di gantikan ama Lia aja yah?”
”Okelah Din kalau begitu, tapi selamat ya?! Semoga sukses !”,
Dina pun bersalaman dengan teman-temannya, mereka saling berpelukan, tak lupa Dina juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Latifah pembimbingnya, semua member ucapan selamat kepada Dina,
tiba-tiba Sinta berkomentar,
“ ssssttt………eh…..apa jangan-jangan Dr. Fahmi naksir kali ama Dina dan ini cara dia buat ngedeketin Dina agar lebih mengenall lagi ama Dina”, ujar Sinta berbisik,
“apaan sih Sin?” sanggah Dina,
“  Emmm…udah…gaet aja sob, dari kita-kita kan Cuma elo yang belom punya pasangan, moga jodoh ya?”, canda kawan-kawannya yang lain,
“ hey…hey…stop, please deh jangan ngawur donk, lagian mana mau dia sama aku ?”, balas Dina,
“ hm…. Kalian pasti cemburu ya? Canda Dina,
merekapun semua pada tertawa.
Pagi ini Dina telah memasuki ruang tugas barunya, sebuah ruangan yang cukup besar berada di lantai tujuh rumah sakit itu, ruangan yang bersebelahan dengan ruang kerja Dr. Fahmi, dinding-dinding pemisahnya adalah kaca besar yang cukup bening dan tertutup oleh tirai tipis, selain itu pemandangan kota Jakarta terlihat begitu jelas, karena semua dindingnya terbuat darii kaca tebal nan bening, ditambah lagi dengan AC yang berada di ruangan tersebut, menambah kesejukan di ruangan tersebut, ada televisi dan ruang tamu juga sebagai ruang konsultasi antara dokter dan pasien. Fasilitas di ruangan tersebut cukup lengkap, dii meja kerja Dina juga sudah ada computer dan laptop, jadi ia tidak perlu lagi menenteng laptopnya kemana-mana. Kondisi ruangan inii juga cukup rapi, begitupun juga dengan ruang kerja Dr. Fahmi, terlihat sangat rapi. Kali ini Dina datang lebih awal, rupanya
Dr. Fahmi masih belum datang. Dina mempunyai kesempatan untuk beres-beres terlebih dahulu. Lima belas menit kemudian Dr. Fahmi datang, ia pun menyapa asisten barunya itu,
“ Assalamu’ alaikum, selamat pagi”, sapa Dr.Fahmi,
“ Waalaikumsalam, selamat pagi juga Dok”, sahut Dina,
Dr. Fahmi agak terkejut juga karena Dina yang menggantikan
Dr. Siska, asisten lamanya  yang diangkat menjadi PNS dan bertugas di tempat lain.
“ Loh…jadi mbak yang jadi asisten saya sekarang ?” tanya Dr. Fahmi,
Dina tampak bingung kenapa Dr. Fahmi bertanya demikian,
“iya Dok, memangnya kenapa? Ada apa ?”, tanya Dina.
” Oh….enggak…enggak ada apa-apa, ya… kalo begitu selamat bertugas ya, semoga sukses !”, sahut Dr. Fahmi singkat,
“ baik Dok, terima kasih”, Dina pun merasa lega,
sementara Dr. Fahmi, ia sedang memikirkan sesuatu, seraya memainkan dagunya,
“ ini pasti kerjaan si Daniel”, gumamnya lirih,
ia pun segera keluar kembali dan menemui Dr. Daniel.
“ Assalamu’ alaikum” sapa Dr. Fahmi,
“Wa’alaikumsalam, eh apa kabarmu sob pagi ini?” sahut Dr. Daniel. “Dan, kamu apa-apaan sih? Aku kan minta asisten yang sudah berpengalaman, ya… maksudku ibu-ibu gitu seperti ibu Siska, kenapa kamu malah nyuruh mbak Dina, dia kan lain jurusan ?” protes Dr. Fahmi.
“Oh…jadi pagi ini kamu nemuin aku cuma untuk protes akan hall itu? selera kamu jelek banget sih?” balas Dr. Daniel.
“maksud kamu?” Dr. Fahmi tidak mengerti.
“Fahmi…Fahmi.., masak dari dulu kamu minta ibu-ibu terus, sekali-kali yang muda lah biar refresh, lagian aku lihat mbak Dina itu orangnya cerdas sekali, dia punya potensi yang besar dalam dirinya, ya…aku tahu dia beda jurusan dengan tugasnya sekarang, tapi please kasih dia kesempatan, aku yakin dia pasti bisa menjalankan tugas ini, oke?!,” Dr. Daniel memastikan.
“Yah… terserah kamu saja”, sahut Dr. Fahmi pasrah.
“Udahlah bro, santai aja, gak usah ngedongkol gitu, oke…aku minta maaf,  aku salah, tapi…ya masak kamu gak ada sedikitpun waktu untuk mendekati seorang wanita, kamu kok kayak antii banget sama wanita, sudahlah…lupakan masa lalu itu, tidak semua wanita jahat bro,ini sudah saatnya kamu buka mata hatii kamu, ingat usia kamu, jangan sampai deh kamu jadi perjaka tua yang gak mau nikah”, jelas Dr. Daniel,
sementara Dr. Fahmi cuma diam saja dan langsung beranjak pergi sembari mengucapkan salam.
Dina dapat mengerjakan semua tugas-tugasnya dengan baik, tak terasa sudah tiga minggu ia bertugas sebagai asisten
Dr. Fahmi, ia memang benar-benar gadis yang cerdas dan berdedikasi. Pelayanannya kepada pasien begitu ramah, banyak pasien yang suka di rawat olehnya, terutama pasien anak-anak, karena Dina juga sangat suka dengan anak-anak,
dan suatu ketika tanpa sengaja, Dr. Daniel yang berjalan-jalan menjenguk para pasien, dia melihat Dina yang tengah menyuapii salah satu pasien anak-anak dengan penuh perhatian. “Eh….Fahmi…Fahmi…liat tuh ?!, itu kan si Dina”, ujar Dr. Daniel.
“ Iya benar, memangnya kenapa?”, sahut Dr. Fahmi agak cuek.
“ aku bilang juga apa, liat tuh banyak sekali pasien-pasien yang merasa nyaman di rawat olehnya, terutama anak-anak, dia bisa mengerjakan semua tugas-tugas dari kita, iya kan?, dia sangat berbakat”, puji Dr. Daniel yang melihat Dina dari kejauhan.
“iya”, jawab Dr. Fahmi singkat.
Disuatu siang yang cerah, terlihat ada seorang wanita cantik berjilbab memasuki ruang kerja Dr. Fahmi
”Assalamu’alaikum”, sapa wanita itu,
“ Wa’alaikum salam”, jawab Dina.
“ Dr. Fahminya ada ?” tanya wanita itu seraya membawa rantang makanan, rupanya itu makan siang siang untuk sang Dokter,
“ada mbak”, jawab Dina singkat,
tak berapa lama DR. Fahmi keluar dari ruangannya. “Assalamu’alaikum, hai sayang”, sapa wanita itu.
“Wa’alaikum salam cinta, loh…sama siapa kesini?” sahut Dr. Fahmii seraya langsung memeluk wanita itu dan cipika-cipiki.
“ ya sendiri donk, nih aku bawain makanan kesukaan kamu, wah asik nih, makan bareng yuk cinta?”, ajak Dr. Fahmi,
“enggak ah sayang, aku buru-buru, soalnya ada undangan dii sebuah acara nih, aku pulang dulu ya….jangan lupa makanannya di habisin loh….!”,
“pasti”, jawab Dr. Fahmi dan wanita itu segera pamit pergi.
“ Itu pasti kekasihnya Dr. Fahmi, cantik juga”, gumam Dina lirih, karena biasanya yang mengantar makanan Dr. Fahmi adalah bundanya Dr. Fahmi sendiri, tapi kali ini adalah seorang wanita dan mereka berdua terlihat begitu mesra.
Pas jam makan siang, sehabis sholat, Dina ngumpul bareng temen-temennya.
“Eh gimana? Udah ada PDKT belom?” tanya Sandra pada Dina,
“ hush !….ngawur, jangan bicara sembarangan, Dr. Fahmi itu sudah punya pacar’”, jawab Dina.
“Loh…kok tau?” tanya Devi,
“ iya tadi ceweknya tuh datang kesini nganterin makan siang buat Dr. Fahmi”, Dina berkisah.
“Wah…cemburu ya?”, goda Lia pada Dina.
“Apaan sih, gak lucu tau? Sapa juga yang cemburu”, sanggah Dina,
“wah sayang sekali gak kebagian”, ujar Sandra.

Anugrah TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang