Sang Gagah

101 33 52
                                    


Semua mata lurus tertuju
Berpusat pada yang satu
Sebagai kiblat segala penjuru
Dalam khidmat persembahan syahdu

Tiada lekang dimakan jaman
Semua insan rela berkorban
Segala upaya tlah direncanakan
Hanya untuk satu tujuan

Begitu gagah tinggi menjulang
Di antara tiang-tiang penopang
Membuat takjub mata memandang
Menatap lekat tiada berbilang

Berduyun-duyun insan berpadu
Meskipun berat tetap tertuju
Menuntun pada kerinduan kalbu
Mengurai sesak rasa tak tentu

Bisikan hati mulai resah
Melihat ulah para jama'ah
Mengusap khimar maupun jubah
Mengharap berkah dari sang gagah

Jikalau raga bisa berbuat
Namun akal cepat mencegat
Ingatan diri segera siuman
Ikuti jejak yang tlah diajarkan

***

Ka'bah sebagai Kiblat umat Islam dalam menjalankan sholatnya. Sebagai poros bumi. Berduyun-duyun orang datang ke sana untuk melaksanakan ibadah Haji maupun Umroh.

Namun terkadang ada niat yang kurang lurus. Mengusap-usapkan jubah maupun khimar ke dinding Ka'bah, memeluk erat Maqom Ibrahim dengan tidak lupa mengusapkan apa saja yang dia kenakan dengan alasan ngalap berkah (mengharap dapat berkah).

Sungguh miris memang, untuk dapat mencapai Ka'bah dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah, terutama bagi yg berpenghasilan pas-pasan atau masih kekurangan. Mereka rela berhemat dan menabung supaya bisa sampai kesana.

Sayang seribu sayang, setelah perjuangan yang tertatih, apa yang dilakukan di sana tidak sesuai ajaran.

Ada yang rela tidak mencuci jubah maupun khimar dengan alasan supaya aroma Ka'bah tetap melekat, akan dibawa pulang ke kampung halaman untuk dijadikan jimat.

Nabi Muhammad S.A.W tidak pernah mengajarkan itu. Disemua literatur cara berhaji dan umrah tidak satupun rangkaian ibadah yang menyebutkan untuk mengusap maupun mengelap Ka'bah dan Maqom Ibrahim. Namun kenyataan yang terjadi, banyak sekali yang melakukan.

Rindu Bait MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang