satu

238 55 9
                                    

Flashback

"Bunuh mereka,"

2 pembunuh bayaran nya hanya terdiam sebelum pemimpin dari mereka menanggapi suruhan Bos nya.

"Se-semuanya bos?"

"Brengsek! Tentu saja bodoh! Bunuh semuanya! Jangan menyisakan satupun yang masih bernafas dari keluarga itu!" Sang 'Bos' menggebrak meja nya sembari menunjuk-nunjuk ke arah sebuah foto yang di tempel di dindingnya.

"Mereka satu-satunya penghalang karirku, perusahaan ini akan hancur bila kalian tidak membunuh mereka!"

Salah satu dari 2 orang itu hanya menukar pandangan dengan yang lainnya. Pemimpin nya memberi tatapan 'diamlah' dan akhirnya mereka keluar dengan tergesa-gesa sesudah membungkuk ke 'sang bos'

Dan tanpa mereka sadari, seorang lelaki mendengarkan dari balik pintu ruangan itu dengan tangan terkepal.

Namja itu memegang dadanya erat, sakit. Ia pergi dari tempat itu, menyesal telah mendengarkan sesuatu yang sangat berdampak buruk
baginya.

•••

"Yak! Bagaimana ini Kai?"

"Apa maksudmu? Tidak ada pilihan lain, mari kita bunuh mereka,"

"Termasuk... Seul?"

Kai mengurut kening nya pelan, dia terdiam sejenak dan memegang pundak teman partner pembunuhnya.

"Dengar, Sehun. Aku tau ini berat, Seul teman kita tapi sebagai manusia normal aku tidak mungkin menukar nyawaku dengannya!"

Sehun tergagap,

"Ta..ta..tapi Kai, Chanyeol akan membunuh kita setelah itu,"

Kai, untuk kedua kalinya menghembuskan nafas kasar,

"Maka kita akan pergi dari perusahaan ini, menghilang."

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

"Harun heulleoga chalnaui sungancheoreom
Ani mae sungan ginagin yeongwoncheoreom
Barabolsurok deo ppajyeodeureoga
Neoran sigan soge you're my"

"Akh," Chanyeol menggeram pelan, dia mematikan alarmnya. Chanyeol merasakan seluruh badannya sakit lantaran ketiduran di meja belajar.

Chanyeol menutup buku catatannya, dan menyimpan pulpennya di samping meja. Dia menulis cukup banyak tadi malam,

Kejadian lusa kemarin dengan Seulgi membuat Chanyeol lebih banyak diam, dia tidak masuk sekolah untuk hari ini, dan dia juga tidak menghadiri rapat perusahaan ayahnya itu.

Tok tok!
Ketukan pintu kamarnya terdengar, itu pasti pelayannya.

"Tuan?"
"Sarapan sudah siap tuan, mau saya antarkan ke dalam atau Tuan yang turun ke ruang makan?"

Chanyeol berusaha mendengar suara samar-samar pelayannya. Ini semua karena kamarnya yang terlalu luas, jarak meja belajar ke pintu kamar cukup jauh untuk standard kamar lelaki.

"Biar aku yang kebawah."
Chanyeol menyambar handuk dengan kasar dan menutup pintu kamar mandi.

"Hm? Baik tuan,"
Si pelayan, Kasper hanya bertanya-tanya lantaran normalnya si Tuan Chanyeol ini jarang sarapan di bawah.
Kasper hanya mengendikkan bahunya tidak peduli dan pergi ke kamar lainnya di lantai bawah. Sang kepala keluarga yang bernotabene pemimpin perusahaan paling konglomerat di kota Seoul ini baru saja pulang dari luar kota.

Chanyeol's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang