27. Planing 2

159 9 0
                                    

Ini Next episode kemarin yaa 😉😉
Jangan lupa Vote... Coment.... Dengan ceritaku.

*Enjoy......!!!! (・∀・)*

Aku dan James berada di sebuah taman. Seperti janjiku sebelumnya padanya untuk menceritakan masalah pernikahanku dengan Shin.

"Hubungan pernikahanku dengan Shin hanyalah sebuah perjanjian. Yang akan berakhir saat kami telah menemukan seseorang yang tepat untuk mendampingi kami selamanya".

Aku menatap lurus tanpa melihat wajah James yang berada di sampingku saat ini.

"Astaga!". James begitu kaget mendengar penuturanku mengenai hubungan pernikahanku deng Shin.

"Lalu... Apa kalian telah menemukan seseorang itu???". Sambung James setelah beberapa detik kami terdiam.

"Belum". Ujarku datar.

Aku melanjutkan perkataanku padanya.

"Tapi... Shin sepertinya telah menemukan seseorang itu". Aku hanya tersenyum tipis lada James yang berada di sampingku.

"Jadi apa yang akan kau lakukan setelahnya??". Tanya James lagi padaku.

"Tentu saja aku harus berpisah dengannya. Aku tidak ingin terus membebani hubungannya dengan kekasihnya. Hanya karena aku belum menemukan seseorang itu".

Ini adalah pilihan tepat bagiku. Meski aku tahu sendiri hatiku akan sangat hancur dengan semua ini. Tetapi dengan terus mempertahankan cintaku yang sebelah pihak, bukanlah hal yang tepat.

Aku tersentak dalam pikiranku sendiri. Saat sebuah tangan kekar merengkuhku ke dalam pelukannya.

Seperti dugaanku James memelukku.
"Kau tidak perlu cemas. Aku akan selalu ada untukmu. Bahkan jika bisa. Aku ingin menjadi seseorang itu". Gumam James sambil memelukku.

Tak ada perlawanan dariku. Sehingga James lebih mengeratkan pelukannya padaku. Bahkan aku sendiri lebih memilih menenggelamkan kepalaku ke dalam dada bidangnya. Rasanya hatiku sedikit tenang mendapatkan support dari orang lain mengenai masalah yang aku hadapi.

----------

James mengantarku sampai ke apartemen. Perkataan James masih terngiang jelas di telingaku. Mungkin tak ada salahnya mencoba membuka hatiku padanya. Karena sudah tak ada alasan bagiku untuk melanjutkan harapan semu pada Shin.

Sesampainya didalam apartemen. Shin menyambutku dengan senyuman khasnya yang mampu mempercepat ritme jantungku.

"Kau baru pulang?". Tanyanya padaku.

"Begitulah". Ujarku dengan ekspresi sebisa mungkin.

Ini adalah hal yang tak biasanya Shin tinggal di apartemenku dalam waktu yang cukup lama. Karena biasanya Shin sudah pergi dari apartemenku hanya kurun waktu 5 hari. Dan ini malah sudah hampir 2 minggu lamanya Shin masih berada di apartemenku.

"Ohh.. Yaa Shin aku masuk dulu". Setelah berpamitan padanya. Aku kembali ketempat dimana aku bisa sendirian.

Shin menjawab hanya dengan anggukan.

Aku masuk ke dalam kamarku dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuhku dan juga pikiranku.

Setelah selesai mandi dan menggunakan pakaian lengkap. Aku menghampiri Shin yang tengah duduk di atas sofa sambil menonton tv dengan santai.

"Boleh aku bergabung". Tanyaku meminta persetujuan darinya.

"Tentu saja".

Shin menggeser posisinya untuk memberikanku tempat untuk duduk.

Aku menyaksikan acara tv dengan tatapan kosong. Pikiranku saat ini di penuhi kata-kata yang harus aku ucapkan pada Shin. Untuk menghakiri hubungan pernikahan kami ini.

"Shin...". Panggilku padanya yang sedang menyaksikan acara tv.

"Iya ada apa Diz??". Shin melirik ke arahku.

Aku menarik nafasku dalam. Dan berusaha sekuat mungkin untuk mengatakan hal yang telah lama mengusik pikiranku selama ini.

"Shin... Aku rasa sudah saat nya kita menghakiri pernikahan ini". Aku memberanikan diriku untuk menatap Shin dengan begitu lekat. Menunggu responnya.

Shin memandangku dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Apa kau sudah mendapatkan pria yang kau inginkan??".

"Yaa aku telah menemukannya Shin". Jawabku bohong padanya.

Aku berusaha mengindari kontak mata padanya. Aku takut kalau Shin akan dengan mudah mengetahui kebohonganku ini.

"Siapa pria itu??? Apa dia pria yang pernah mengantarmu waktu itu dan yang ada di pesta??".

Perkataan Shin barusan sontak membuatku terkejut. Aku yakin orang yang dimaksud Shin itu adalah James.

Saat ini bukan itu yang terpenting siapa pria yang dimaksud Shin. Tapi bagaimana aku bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat.

"Yaa Shin, Dia orangnya". Jawabku tanpa ragu.

Meski ini adalah sebuah kebohongan. Tetapi bagaimana pun aku tidak bisa mundur. Aku sudah melangkah sejauh ini. Jadi menurutku tidak ada salahnya jika berbohong padanya. Toh nantinya hubungan kami juga akan berakhir.

Aku kembali melirik sosok Shin yang masih menunjukkan wajah datarnya menunggu jawaban selanjutnya.

"Baiklah. Aku akan secepatnya mengurusi surat perceraian kita". Jawabnya tenang tanpa keraguan sedikitpun.

Aku memaksakkan seulas senyuman pada Shin. Entah mengapa perasaanku sedikit kecewa dengan pernyataan yang Shin berikan. Rasanya jawaban ini bukanlah yang ku inginkan.

Tapi bagaimana pun ini sudah merupakan konsekuensi yang harus aku terima. Jadi apa pun yang akan terjadi nantinya. Aku harus siap.

Shin kembali ke kamarnya dan meninggalkanku sendirian di ruang tamu. Posisiku masih sama dengan sebelumnya. Aku menatap lurus ke arah tv. Dengan tatapan kosong. Tanpa berminat menyaksikkan acara tv yang ada di hadapanku saat ini.

Pikiranku berkelana yang aku sendiri pun tidak tahu kemana arah tujuannya. Rasanya seperti terombang ambing didalam lautan lepas.

------------

Pagi ini aku bangun dengan pikiran yang masih berkecamuk mengenai keputusan yang sudah aku ambil. Semalaman aku sangat sulit untuk tidur. Bagaimanapun Ini merupakan resiko yang harus aku terima.

Tak ada tanda-tanda dari Shin pagi ini. Bahkan saat aku mencoba masuk di kamarnya, Shin tidak ada. Aku yakin Shin pergi ke kantor pagi-pagi sekali. Mengingat jam masih menunjukkan jam 7 pagi.

Padahal tadinya aku sempat berharap untuk bisa serapan pagi bersama Shin. Karena ini mungkin menjadi hal terakhir yang kami lakukan bersama.

Sesampainya di kafe. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaan. Aku sengaja melakukan hal ini, agar menghindari Rista yang mungkin saja bisa mengetahui masalahku dan memaksaku untuk cerita.

Bukannya ingin merahasiakan hal ini padanya. Hanya saja aku masih belum siap memberitahukan masalahku ini pada siapapun.

I Hope You Love Me [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang