Berpikir berbeda

663 38 22
                                    

Dibalik semua ketenangan, ketentraman, dan kebiasaan yang di jalani, beberapa orang memiliki sebuah kisah tersendiri dalam masing-masing jalan hidupnya.
Adalah sebuah pilihan hidup dan sebuah dedikasi yang di junjung tinggi.
Kebenaran dan kenyataan, adalah dua hal yang berkesinambungan, namun berbeda secara arah pandang.
Dalam diri seseorang terdapat kebenaran dan kenyataan yang mungkin harus di tutupi, baik kebenaran yang di tutup dengan kenyataan, ataupun sebaliknya kenyataan yang di tutupi kebenaran.
Suatu hal yang mungkin harus dibiarkan terlihat seolah-olah dirinya yang sekaranglah yang asli, namun itu tidak benar sama sekali.

Ini adalah kisah tentang sebuah tanggung jawab.
Ini adalah kisah tentang pengorbanan.
Ini adalah kisah tentang sebuah pilihan hidup.
Pilihan hidup yang di rajut oleh nasib, nasib yang membawa pada sebuah takdir, takdir yang datang mengartur dan memaksa untuk hidup di dalamnya.
Lebih dari itu, ini adalah sebuah kisah tentang bagaimana menjalani sebuah kenyataan untuk menemukan kebenaran. Berpegang teguh pada tanggung jawab dan pilihan hidup. Berjalan melalui nasib menggiring takdir, dan berusaha merubahnya.
Disinilah kisah itu, dimulai..

*****

"Will you marry me?"
Seorang pemuda kurus putih sedikit tampan berlutut di hadapan seorang wanita.

"What? Kau melamarku dengan sebotol kecap? Udah ah musa bangun gaenak dilihat orang!"
Wanita itu membalas perlakuan musa, baron musa, kekasihnya.

"Kamu nolak aku Dee?"
Musa bertanya pada kekasihnya yang bernama diana.

Diana bangun dari kursi cafe yang di dudukinya menarik tangan musa agar bangun dari berlutut di hadapannya di depan umum.

"Teeet!! Peserta berikutnya! Kamu gagal! Udah jangan bikin malu musa! Liat! Kota diliatin orang banyak!"
Berontaknya pada tingkah aneh kekasihnya.

Musa memasang wajah sedih di dramatisir.
Terbatuk-batuk
"Ehm ehm, emang salah ya melamar cewe pake tutup botol kecap cafe?"

"Salah nggak! Gila iya!"
Menarik musa sekuat tenaga sampai musa bangun.

Kemudian bangkit dan berdepat bodoh dengan kekasihnya. Saking asiknya berdebat sampai seorang pelayan datang menghampiri mereka.

"Dee, kalo aku punya cowok kayak dia, udah aku putusin!"
Si pelayan memberikan minuman pesanan diana dan di taruhnya di atas meja.

"Usaha bagus jenny! Dasar provokator.."
Kata musa dengan wajah bodohnya mulai duduk di kursi cafe. Sang pelayan yang masih teman dekat mereka itu berlalu pergi ke dapur.

"Sorry telat yang, tadi disuruh ibu aku anter kain ke suplier."
Jawabnya pada diana kekasihnya.

"Iya gak apa-apa yang penting jangan malu-maluin ah! Mau pesen apa?"
Tanya kekasihnya itu pada musa.

Musa terdiam memandangi kekasihnya yang cantik dengan rambut panjang hitam alaminya tanpa dirusak oleh catokan itu. Melamun memandangnya dan senyum-senyum sendiri.

Plaaak..

Tamparan tidak terlalu keras mendarat di pipi musa yang sedang asik memandangi kekasihnya.

"Ih ganggu aja sih! Orang aku lagi liatin bidadari aku juga!"
Jawab musa kesal setelah menerima tamparan kekasihnya.

"Bidadarimu yang menampar! Mau pesen apa!? Di tanya susah banget jawabnya."
Diana menyodorkan menu pada musa.

SELECTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang