31

8.6K 556 17
                                    



Percayalah, Matahari masih perduli. dia tak membiarkan kamu berada dalam gelap dan sendiri.
dari jarak yang terlampau jauh dia pancarkan sinarnya pada satu Rembulan, dan ribuan bintang hanya untuk menghiburmu agar tak larut dalam kesedihan.
dia masih ada, dia masih saja nyata menemanimu dengan cara yang dia bisa...
-Am-


............

Satria menautkan jari-jarinya dan jari Naira. Menyatu, mengisi dan melengkapi ruang kosong di sela-selanya.

Sebelah tangannya menyentuh lembut kepala, dan turun menuju pipi Naira.
Satria tersenyum manis tanpa bersuara.

Naira terbangun, dia menatap tak percaya. Satria ada di hadapannya saat ini. Satrianya kembali.
Naira memeluknya dengan erat, seakan takut Satria pergi lagi.

"Jangan tinggalin aku, jangan pergi lagi. jangan tinggalin aku lagi."

Perlahan Satria melepaskan rengkuhan tangan Naira. Dia tersenyum menangkupkan kedua tangannya di pipi lembut Naira. sekali lagi dia mengelus kepala Naira lembut, dan menjauh perlahan menjauh.

"Sat kamu mau kemana?"

"Satria jangan pergi, Sat."

"Satria, tunggu Sat, aku ikut"

Tak ada jawaban apapun dari Satria, dia terus saja berjalan mundur dan tersenyum.

Naira berlari mengejarnya sekuat tenaga, tapi Satria justru semakin jauh.

"Sat, tunggu Sat, aku ikut. Satria aku ikuutt."

Naira menangis dan terus saja berusaha mengejar Satria, tapi saat Naira kembali menoleh mencari Satria semuanya lenyap. Satria tak lagi dia temukan. Satrianya kembali menghilang.

"Satria jangan tinggalin aku."

"Jangan pergi, Sat."

"Satriaaaaaa!!!"

Naira terbangun dengan keringat yang benar-benar membanjiri seluruh tubuhnya seakan dia memang baru saja berlari sangat jauh dan kelelahan. napas nya terengah-engah.

Matanya berkeliling, ada dokter Faiz di sebelahnya. juga Bunda, Mama, Papa, Kak Kamila, Mas Alwan, bahkan Fauzan ada disini. Tapi dimana Satria? Satria nya tak dia temukan.

"Satria, Ma, mana Satria? Tadi Satria disini. Tadi ada Satria, Ma."

Mama dan bundanya menangis, tersedu menatap Naira.

"Bun, percaya sama Nai, Bun. tadi beneran ada Satria disini bun."

Naira berusaha bangun dan mencari Satrianya, sebelum itu terjadi dokter Faiz sudah bergerak menahannya untuk tetap berbaring.

"Naira, kamu harus istirahat. kondisi mu sangat lemah saat ini, tolong jangan sakiti diri kamu sendiri, aku yakin Satria tak ingin kamu sakit."

Mendengar ucapan Faiz, Naira kembali luruh di atas kasur.
Dia kembali pada kesadarannya bahwa Satria sudah pergi sejak lama.

Iya, Satrianya tak akan suka jika dia sakit, Satrianya tak pernah mau melihatnya menangis, tapi Satrianya juga yang pergi dan membiarkan semua ini terjadi. Ini bukan kehendak Satria? ini adalah takdir yang sudah tertulis jauh dari sebelum mereka berdua ada.

"Maafin Naira Ma, Bun..."

Ucapan maaf yag tulus dari Naira, maaf karna telah menyakiti semua orang karna rasa sakitnya. Dia tau, bunda dan mamanya bahkan lebih menderita melihat keadaannya.

Seikhlas Langit [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang