CHAPTER 6

21 5 0
                                    

Seusai seminar, terdengar dengungan suara Putri yang cukup merdu di dekat tangga ketika aku menaiki tangga selepas makan. Sambil menyusuri tangga dengan hati -hati, tiba-tiba pergelangan tanganku ada yang memegang dan sontak aku bertanya "siapa ini?" 2 detik kemudian "ini aku Putri." seraya Putri memengang lengan Andrean untuk membantu nya, ia berkata "boleh aku ngomong sesuatu sama kamu ndre?"
Andrean yang tadinya hanya diam langsung menjawab dengan nada pasti "boleh-boleh, ada apa kok kayak serius banget?"

Tangga terakhir terlewati oleh mereka, Putri langsung mengajak Andrean ke sudut rumah dekat pilar berwarna cream kecoklatan sehingga suasana rumah terlihat sangat elegan.

"Mungkin ini bisa dianggap serius" jawab Putri dengan nada sedikit mengendus. Andrean kebingungan sambil bertanya "haduh, aku gugup jadinya, ada apa sebenarnya?". Aku menyukaimu Ndre, aku tidak tahu kenapa aku menyukaimu, aku sangat nyaman denganmu." Andrean sangat terkejut, dan serontak bicara dengan sangat jelas "aku juga menyukaimu", Putri memegang pipi Andrean dan menghadapkannya ke arah Putri, "apakah kamu serius?" "ya" kepala Andrean mengangguk sedikit.

Bbrrr... Terdengar hujan dari luar jendela yang membuat suasana semakin sejuk, sementara "mereka" masih saling tatap. "Terima kasih untuk menyukaiku yang buta ini, yang sangat membutuhkan pertolongan, tapi seertinya aku tidak pantas untukmu." "mengapa kau tidak pantas untukku?". Kau juga manusia."

Hembusan angin terasa di kulit mereka, tetesan hujan terdengar oleh mereka. Tak lama Andrean angkat bicara "kalau begitu, aku menyayangimu", dengan mendengar jawaban singkat Putri langsung terucap "terima kasih untuk menyayangiku."
Setelah mereka berdua membicarakan hal itu, Andrean langsung menuju kamarnya ditutun oleh Putri. Genggaman tangan Putri begitu terasa hangat dan begitu pula Putri merasakan sebaliknya. "Love you Ndre." Sambil menduduki kursi Andrean menjawab "too" meski berhenti sekolah, ia mengetahui sedikit bahasa Inggris.

Putri langsung meninggalkan kamar Andrean, dan menuju kamarnya, dan segera istirahat karena Putri merasa sedikit capek, sambil jalan perlahan, ia membayangkan adegan romantis tadi yang membuat nya berbunga-bunga. Sesampainya di kamar, ia langsung mengambil telepon genggam yang berada di atas meja belajar dan melompat ke tempat tidur

                              ***

Setelah hari-hari berlalu tak terasa, operasi terakhir Andrean akan terprosesi pada jam 11.30 pagi. Seperti biasa, Andrean dan Putri langsung menuju ke rumah sakit menggunakan mobil. Mengisi kekosongan di dalam mobil, Andrean angkat bicara sebelum Putri memulainya. "Put, kamu gak malu punya pacar seperti aku?" tanya Andrean sedikit ragu. "Kenapa Ndre, cinta itu menurut aku kalo udah nyaman dan memiliki rasa saling sayang, jadi biasa aja." ucap Putri tetap fokus kejalan.

Mendengar ucapan itu, Andre meraba dan dapat, ia mendapati yang ia cari, tangan Putri yang membuatnya merasa nyaman, Putri pun menggemgam tangannya dan berkata "aku mencintaimu". "Aku juga Put".

Sampai di rumah sakit itu, mereka langsung menemui dokter dan melakukan pengobatan Andrean serta meminta ruang operasi. Dokter bilang "operasi nya akan berjalan selama 2 jam, tetapi sebelum itu kami harus memberikan obat kepada ananda Andrean". "Baik dok, saya siap menjalaninya" tegas Andrean. Sementara di sebelah nya ada Putri yang sedang menyunggingkan senyuman manis dan menghadap kepada Andrean.

"Tahan sedikit" dokter itu mengakatan sambil menusukan bius kedalam kulit ku.
"Hmm..." kataku pelan sambil anggukan kepala dan menahan sakit
"Baik, oprasi dimulai 10 detik lagi" itulah kata dokter yang kudengar terakhir

Selama, menunggu diluar Putri menengadahkan tangan dan berdoa kepada Allah, agar operasi berjalan lancar. Setelah berdoa, langsung ia terlamun dalam keheningan di ruang tunggu operasi, ia memikirlan tentang kerja nya yang akan dipindahkan ke luar negeri lebih tepatnya di London, bagaimana Andrean? Bagaimana Andrean mendengar berita ini? Berbagai pertanyaan masuk ke dalam pikirannya.

"Mbak, mbak"
Lamunan Putri langsung terbuyar, dengan sigap ia menjawab "iya?"
"Operasinya sudah selesai," jelasnya, ternyata itu adalah seorang suster yang menjadi asisten dokter. Tak terasa ia sudah melamun selama itu.
"Baiklah suster, dimana pasien nya sekarang?" tanyaku sigap
"Di ruangan 104, lurus belok kiri, dan berada di ujung jalan.
"Terima kasih" jawabku singkat

Life Is ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang