Airiq Putrajendra.

2.8K 510 32
                                    

6 tahun kemudian-
18 Juli XXXX



Setelah melewati 6 tahun yang berwarna, Attariq dan Aidan lulus dengan nilai memuaskan, yang tentu membuat kedua orang tua mereka bangga memiliki mereka.

Hari ini, tepat 18 Juli, setelah libur panjang, mereka memasuki tahun ajaran baru, dan nama mereka sudah terdaftar menjadi siswa di Jakarta Internasional School, sekolah ternama bertaraf Internasional.

Setelah diantar oleh supir dari keluarga Aidan, mereka sampai di JIS, masih memakai pakaian Sekolah Dasar mereka. Celana bahan panjang berwarna hitam, kemeja Putih dibalut almater hitam dengan logo sekolah dibagian kiri, serta tag nama mereka di sisi kanan. Tak lupa dasi panjang berwarna Hitam dengan dua garis berwarna Emas.



"Dan, kira-kira disini banyak Kakel cecan ngga, ya?" Tanya Attariq saat mereka tengah berdiri di di depan pintu Aula yang masih di tutup, berbaur dengan siswa/i lainnya.


"Kata Bunda, jangan ngurusin cewe-cewe dulu, belajar aja yang bener. Banggain Orang Tua, suskes, baru deh cari pasangan." Ucap Aidan sambil menggedikan bahunya, sementara Attariq mengerucutkan bibirnya.


"Wow wow, pahanya mulus banget, Dan! Kaya jalan tol baru di aspal."

"Jangan yang itu, Ta, rambutnya kaya permen kapas, yang biasanya dibeliin Bunda. Masa ada pink-pinknya, gitu."



"Yang itu, Dan! Dia bisa nafas apa, ya? Pake baju sekecil itu."


"Kayanya itu baju dari dia SD, Ta, liat aja ukurannya pas badan gitu. Aurat tau, aurat."



Sedari tadi mereka sibuk berdebat memperhatikan kakak kelas yang mondar mandir yang sedang mencari mangsa, mungkin.


"Hai adik manis!"



Aidan terlonjak kaget, ia langsung berdiri di belakang Attariq. Sementra Attariq terdiam dengan mata yang berbinar semangat.



"Ta, dia siapa?" Bisik Aidan dari belakang, sementara Attariq hanya diam masih dengan ekspresi tadi, lengkap dengan mulutnya yang terbuka sedikit. "Kayaknya bidadari nyasar, Dan..." Ucapnya, tetap tak bergeming di tempatnya.


"Astagfirullah, kalo dia bidadari, artinya kita udah meninggal, Ta, meninggal." Ucap Aidan tidak terima. Attariq mengacuhkannya, sementara segerombol perempuan yang sepertinya adalah kakak kelas mereka, sibuk tertawa.




"Aduh kamu lucu banget sih, kakak jadi gemes."






"AAAAA BUNDAAAAAAA.....!!!"




seperti tersadar akan lamunannya, Attariq refleks menepis tangan salah satu perempuan itu yang tadinya sedang mencubit pipi Aidan.




PLAK








"OUCH!" perempuan itu mengaduh, sementara Attariq buru-buru membawa Aidan pergi dari situ.



















"Masih sakit, ngga?" Tanya Attariq saat melihat Aidan yang sibuk menempelkan kain basah yang ia minta dari UKS di pipinya yang tampak memerah. Kontras dengan kulitnya yang putih.




Aidan mengangguk, "ck, Lemah aekali kamu, Dan." Ucap Attariq gemas, ia dengan kejamnya menekan kain itu tepat di daerah yang memerah, sontak Aidan berteriak lagi.







"SAKIT ATTARIQ!" ucapnya Histeris. Sementara Attariq hanya tertawa terpingkal-pingkal.


Aidan mendengus, sementara Attariq terus-terusan tertawa. Akhirnya, Aidan memutuskan untuk meninggalkan Attariq yang masih sibuk tertawa itu, sendirian di UKS. dia terlalu jengkel dengan sikap Attariq.











**




Taman dibelakang JIS tampak ramai dengan murid-murid baru yang sedang beristirhat setelah mendengarkan ocehan-ocehan untuk Anak Baru, entah itu dari OSIS atau guru-guru sekolah.



Aidan duduk di bawah pohon sambil menyeruput Jus jeruk kesukaannya, serta memakan Pudding Vanila yang biasa Bundanya buatkan, tanpa ditemani Attariq disampingnya. Ia sedang marah kepada anak itu, sementara keadaan pipinya? Mulai membaik, walaupun masih meninggalkan jejak kemerahan.


"Ah bunda, emang paling TOP kalo udah urusan masak," gumannya sambil tersenyum. Mungkin orang-orang menganggapnya aneh, ia lekaki, yang baru ingin beranjak remaja, tetapi masih menbawa bekal kesekolah.


Tetapi Aidan tidak perduli, apapun yang Bundanya buatkan, ia akan habiskan itu. Menyrutnya, masakan terbaik adalah buatan Bundanya, tidak dengan yang lain.


Saat hendak membuang sampah, sebuah pengumuman membuat sekitarnya menjadi hening.





"Panggilan kepada saudara Aidan Rajendra Collen, segera mendatangi ruang Bimbingan Konseling. Sekali lagi panggilan kepada saudara Aidan Rajendra Collen, harap segera mendatangi ruang Bimbingan Konseling."




Detik itu juga, otak sucinya tau siapa yang membuatnya seperti ini.









"Ck, Attariq..."





--
Ruang Bimbingan Konseling.


Aidan menatap takut kepada seorang guru wanita dengan kacamata berframe hitam di depannya, guru itu duduk dengan tenang, namun aura mencekam keluar dari tubuhnya.




"Jadi, masih adakah pembelaan lain, Attariq Putra?" tanyanya tajam.




"Tapi dia duluan yang cari gara-gara, Buk!" ucap Attriq berapi-api. Aidan melirik sohibnya itu, terdapat lebam di tulang pipi kanannya, sementra sudut bibirnya terdapat darah yang mengering. Ia meringis pelan.


"Apa buktinya, Attariq? Jelas-jelas Ibu melihatmu memukulnya duluan,"


Attariq berdecak, lalu memandang tajam guru itu. "Jangan karena dia senior disini, dan orang tuanya penyumbang dana terbesar disini, Saya yang disalahkan. Bahkan jika saya mau, ibu bisa saya jebloskan ke penjara, dengan tuduhan Pencemaran nama baik, dan penerima suap. Apakah ibu mau?" ancam Attariq tajam, sementara guru yang awalnya itu tenang, wajahnya menjadi pucat seketika.


Aidan menggelengkan kepalanya, lalu berdiri dan menarik Attariq keluar, sebelum itu ia mengatakan sesuatu pada guru yang tengah menatung karna shock itu, untuk mengizinkan mereka keluar.










.



"Kan sudah kubilang, jangan bertengkar! Ujung-ujungnya kau juga yang babak belur!" omel Aidan sambil mengobati luka yang ada di wajah Attariq. Sementara yang di omeli malah sibuk cengengesan.



"Gua kan ngga terima lo di fitnah, Dan. Orang dia duluan kan yang nyubit, Lo. Malah ngadu sama pacarnya, dasar Cewe." oceh Attariq tak berdosa.



Sementara Aidan yang kesal pun menekan kapas yang telah diberi obat merah itu di daerah luka Attariq, hal itu menyebabkan Attariq mengaduh kesakitan, sementara Aidan tersenyum penuh kemenangan.


"Sakit, Dan!"




"Biarin aja, iu balesan yang tadi. Dan biar lo kapok berantem."







"Jahat ya kamu,"













-------------
Bersambung.

Jangan lupa vomments ya ヽ•´з'•ノ. Kami senang liat kalian yang bawel ._.


Regards,
A.

AiriqWhere stories live. Discover now