Note: FF ini repost dari FFN. Dulu juga pernah dipost di wattpad.
#-#-#
Langkah seorang pemuda mungil terhenti saat teman di sampingnya menghentikan langkahnya. "Menunggu siapa?" tanyanya.
Pemuda yang mengenakan kemeja berwarna hitam tidak langsung menjawab. Matanya fokus pada layar ponsel di tangannya.
"Menunggu kekasihmu yang culun itu?" tanya si pemuda mungil lagi.
Pemuda berkemeja hitam hanya tersenyum meski sahabatnya lagi-lagi mengejek kekasihnya. Setelah selesai mengetik sebuah pesan, ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Jihoon-ah, aku mau ke rumah sakit. Kau mau ikut atau langsung pulang?"
Jihoon, si pemuda mungil berpikir sejenak. Menimbang antara ikut dengan sahabatnya atau langsung pulang.
"Aku ikut saja Wonwoo-ya," putusnya setelah lama menimbang.
Ke duanya menoleh ke belakang saat ada yang berjalan mendekat. Wonwoo mengembangkan senyumnya. Namun tidak dengan Jihoon. Wajahnya seolah tanpa minat memandang pemuda bertubuh tinggi dengan kaca mata tebalnya.
"Sudah selesai?" tanya Wonwoo. Pemuda yang ditanya menganggukkan kepalanya cepat. Ia hanya menunduk. Tangannya berulang kali membenarkan letak kaca matanya.
Masih dengan menunduk, pemuda bertubuh tinggi itu mengikuti langkah Wonwoo dan Jihoon. Ia berjalan di belakang dengan tangan memeluk dua buah buku. Matanya berulang kali melirik mahasiswa yang berdiri di koridor kampus. Ia merasa tidak nyaman dengan pandangan mahasiswa itu.
Ketiganya berjalan ke arah parkiran. Jihoon menghela nafas keras saat Wonwoo yang mengendarai mobil. Bukan kekasihnya yang seperti dilakukan kebanyakan orang di luar sana.
"Bahkan kau yang membawa mobil," gumam Jihoon.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Wonwoo karena kurang jelas.
"Tidak!" bohong Jihoon.
"Mingyu-ya, kenapa di luar saja? masuklah!" perintah Wonwoo pada kekasihnya. Wonwoo mengerutkan dahinya melihat Mingyu yang tampak gelisah.
"Kenapa?" tanya Wonwoo sambil berjalan mendekat.
"H-Hyung ... itu ... aku-"
"Kau takut?" tebak Wonwoo yang langsung diangguki Mingyu. Jihoon yang melihat langsung menepuk dahinya kuat. Lagi-lagi ia merutuki Wonwoo yang memilih kekasih yang begitu lemah.
"Ada aku. Kau tidak perlu takut." Wonwoo tersenyum lembut. Menarik tangan kekasihnya perlahan agar mau masuk ke dalam mobil.
Di perjalanan, Mingyu tidak banyak bicara. Selain karena sedang sakit, Mingyu juga tidak banyak berbicara saat ada orang lain. Meski Jihoon adalah sahabat Wonwoo, tapi ia masih canggung untuk berinteraksi.
Saat sudah mendapat giliran untuk menemui dokter, Mingyu justru memegang lengan Wonwoo erat. Ia menggeleng dengan wajah memelas. Meminta Wonwoo untuk membatalkan masuk ke dalam ruangan serba putih itu.
"Mereka tidak akan melukaimu. Percayalah!" ucap Wonwoo mencoba menenangkan kekasihnya.
"Tapi ... tapi ... aku takut Hyung!" ucap Mingyu dengan suara teramat sangat pelan. Namun masih bisa didengar Jihoon. Karena pemuda mungil itu tidak melepas kontak matanya dengan sepasang kekasih di hadapannya.
"Aku akan menemanimu masuk ke dalam." Setelah mendengar kalimat Wonwoo, Mingyu melepas pegangan tangannya. Ia mengangguk ragu yang membuat Jihoon setengah mati menahan tangannya. Menahan untuk tidak menyeret Mingyu masuk ke dalam. Karena yang akan mereka temui dokter umum, bukan dokter bedah atau semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boyfriend
Fanfiction[ONESHOOT] Semua orang menilai Mingyu biasa saja. Bagi mereka, Mingyu hanya pemuda lemah yang tidak memiliki daya tarik. Tapi hanya Wonwoo yang tahu bagaimana mempesonanya seorang Kim Mingyu.