"Kadang, kebahagiaan datang dari tindakan-tindakan kecil yang tulus, yang mampu menyentuh hati tanpa perlu kata-kata."
Andien melangkah dengan hati yang berdebar saat ia memasuki gerbang SMA Cemerlang Bangsa. Dengan tas ransel yang masih harum bau baru dan seragam sekolah yang belum terlalu familiar, ia merasa seperti petualangan baru akan segera dimulai. Suasana sekolah yang ramai dengan siswa-siswi yang bersemangat sedikit membuatnya merasa gugup, tetapi di dalam hatinya, ia juga merasakan antusiasme yang luar biasa untuk menjalani hari-hari baru.
Saat Masa Orientasi Siswa (MOS) dimulai, Andien dan siswa-siswa baru lainnya berkumpul di halaman sekolah untuk registrasi. Mereka diberi perkenalan oleh panitia MOS dan diarahkan ke kelompok-kelompok yang akan dipandu oleh kakak kelas. Andien yang baru saja memasuki sekolah ini merasa campur aduk perasaannya. Ia sangat bersemangat untuk menjalani pengalaman baru, tetapi juga merasa sedikit canggung karena belum mengenal siapa pun.
Setelah dibagi menjadi kelompok, Andien merasa hatinya berdebar semakin kencang. Dengan langkah penuh antusias, ia melangkah bersama kelompoknya menuju lokasi pertemuan yang terletak di bawah rindangnya pepohonan di sudut halaman sekolah. Suasana sekitar dipenuhi semilir angin yang membawa aroma segar dedaunan, menciptakan suasana yang nyaman dan ramah. Pepohonan memberikan naungan yang sejuk, menyisakan sinar matahari yang bermain-main di antara dedaunan, memberikan nuansa yang hangat dan mempesona.
Saat itu, Andien berdiri di antara orang-orang yang masih asing baginya, merasa sedikit canggung namun penuh harap. Suara ramah memecah keheningan, menyapa Andien dari antara kerumunan.
"Hei, Andien, kan?" sapa seorang pemuda dengan senyum hangat, menonjolkan dirinya di tengah-tengah keramaian.
Andien tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupan di balik senyumannya. "Iya, betul"
Angga, pemuda dengan rambut ikal teratur, memiliki senyum yang menawan yang mampu meluluhkan hati siapa pun yang diajaknya berbicara. Suaranya lembut namun penuh daya tarik, dan tatapannya yang penuh pesona membuat jantung siapa pun berdetak lebih cepat. Wajahnya menunjukkan kepercayaan diri yang tenang, serta kecerdasan yang tersembunyi di balik tatapannya yang memesona. Andien merasakan kekaguman yang tak terelakkan saat Angga mendekat dengan pesonanya yang menawan.
"Andien, kalau ada yang bingung atau butuh bantuan, langsung saja tanya gue. gue bukan cuma teman sekelompok saja kok, tapi juga siap bantu lo" kata Angga dengan tulus, sementara mereka berkumpul di bawah naungan pepohonan yang menambah ketenangan pada pertemuan mereka.
Selain senyum hangatnya, Angga menunjukkan antusiasme yang menular dan semangat yang membara saat bertemu dengan kelompoknya. Setiap kali mendengarkan cerita dari anggota kelompok lainnya, matanya bersinar dan terlihat begitu antusias, memberikan energi positif kepada seluruh kelompok.
Andien merasa hatinya berbunga-bunga, meresapi pikirannya, Wow, Angga sepertinya baik dan ramah. Senang bisa masuk ke kelompok yang hangat seperti ini. Sambil mengamati sekeliling, ia merasa beruntung karena suasana di sekitar begitu alami dan mendukung.
Angga tersenyum lebar, "Relax aja, gaes. Kita bakal jadi tim yang keren di sini."
Andien menangkap kehangatan dalam kata-kata Angga, meskipun ada sedikit kesan bahwa Angga mungkin sedikit terlalu percaya diri. Tapi, kesan itu tidak mengurangi ketertarikan Andien pada pesona Angga.
Di sekitar Angga, ada Maria, seorang gadis dengan senyuman hangat dan mata yang berbinar-binar. Penampilannya sederhana namun menarik, dengan rambut panjangnya yang dikepang rapi, menciptakan gambaran harmonis dengan lingkungan sekitar. Selain itu, Rizky, seorang pemuda yang lebih pendiam, menyertakan senyuman kecil di bibirnya, sementara postur tubuhnya yang tinggi memberikan kesan kelembutan pada penampilannya.
Maria sambil menunjuk ke sekitar, bertanya pada Andien, "Lo suka suasana sekolah yang kayak gini, ga, An?"
Andien tertawa kecil, "Iya, bener banget. Bikin adem gitu."
Rizky menimpali dengan senyum lembut, "Iya, apalagi di bawah pohon kaya gini. Asyik buat ngobrol."
Andien semakin nyaman dengan kelompok barunya, merenung sejenak. Ini pasti akan jadi awal yang baik. Gue harap petualangan ini akan seru. Dalam hati, ia berterima kasih atas suasana yang ramah dan kehangatan yang telah diberikan kelompok barunya.
Hari kedua Masa Orientasi Siswa (MOS), Kelompok Andien mengikuti kegiatan kelompok. Mereka dipersilakan untuk melakukan tugas eksplorasi di sekitar lingkungan sekolah yang mencakup tempat-tempat menarik dan landmark penting.
Angga dengan semangat memimpin kelompok mereka, dan Andien merasa senang bisa menjadi bagian dari kelompok yang dipandu oleh Angga. Saat perjalanan mereka melewati kebun bunga sekolah, Angga tiba-tiba berhenti dan menunjuk pada satu bunga yang penuh warna.
"Hei, lihat ini! Bunga ini cantik sekali, kan?" kata Angga dengan penuh antusiasme.
Andien menyahut, "Iya, benar. Warna bunganya juga bagus."
Angga kemudian tersenyum dan dengan spontan memetik satu bunga untuk diberikan pada Andien. "Nah, ini buat lo. Hadiah kecil dari gue."
Andien terkejut sejenak, dan ekspresi wajahnya langsung menunjukkan kekagetan yang tak tersembunyi. Matanya membesar, dan bibirnya membentuk senyuman kagum yang sulit ditutupi. Hatinya berdegup lebih cepat, tidak hanya karena kejutan namun juga karena rasa spesial yang timbul. Bunga itu mungkin hanya bunga biasa, tetapi tindakan kecil Angga memberikan makna yang luar biasa.
"Terima kasih, Angga," ucap Andien dengan suara yang sedikit terbata, namun dengan senyum yang lebar, sambil memegang bunga tersebut dengan lembut di tangannya. Sorot matanya menggambarkan kekaguman dan kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Andien, sambil memegang bunga itu dengan lembut di tangannya, merenung sejenak. "Ini... tiba-tiba banget. Memang Angga tahu kalau gue suka bunga." Hatinya berdegup lebih kencang, merasa campur aduk antara terkejut dan tersanjung.
"Mungkinkah ini sebuah tanda? Apa ini hanya sebuah kejutan yang manis atau..." Pikirannya melayang-layang, mencari makna lebih dalam dari tindakan Angga. "Tapi sikapnya... tiba-tiba banget. Kenapa dia milih kasih bunganya cuma ke gue?" Andien tersenyum sendiri, merasakan kehangatan dari sikap Angga yang tiba-tiba itu.
"Entahlah. Tapi... entah kenapa, rasanya spesial. Gimana caranya gue jelasinnya? Ini... momen ini jadi lebih istimewa," gumam Andien dalam hati, sambil menyelipkan bunga itu ke dalam saku pakaiannya dengan senyum yang tak terelakkan.
Sejak saat itu, Andien merasa ada kehangatan khusus dalam interaksi mereka. Setiap kali mereka bertemu, Angga selalu menyapa Andien dengan senyuman istimewa dan keceriaan yang membuat hati Andien berdesir. Meskipun tidak pernah diungkapkan dengan kata-kata, namun setiap momen bersama Angga membuat Andien merasa dihargai dan istimewa.
Kejadian kecil tersebut membuat Andien merenung, seraya bertanya-tanya apakah perasaannya terhadap Angga lebih dari sekadar persahabatan biasa. Mungkin karena kehangatan perhatian Angga atau mungkin karena momen-momen indah selama MOS, perasaan Andien mulai berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam.
Andien merasa baper, terombang-ambing di antara perasaan campur aduk. Namun, bagaimanapun juga, ia berusaha menikmati setiap momen bersama Angga, berharap bahwa kehangatan dan keceriaan itu akan terus ada dalam perjalanan panjang di SMA yang baru ini.
~Serumit Itu?~