Extra Chapter

11.6K 524 103
                                    

Play mulmed :)
----

14 years later... 


"Abang, buru ih! Nanti telat!" 

"Astaga, sabar yaelah, ini waktunya masih banyak juga, lebay!"

"Tinggal 30 menit lagi, Bang! Apanya yang masih banyak!"

"Lo kesekolah juga palingan 20 menit, ini gue tinggal masang dasi nggak nyampe 5 menit, sabar kek!"

"Ih! Abang mah gitu suka sepele sama waktu."

"Lo ngomel-ngomel dari tadi juga udah bikin gue masang dasi jadi 10 menit cuma karena adu mulut sama lo. Makanya sabar dulu."

"Ck! Cowok dimana-mana emang gitu, sering banget anggap enteng segala sesuatunya. "

"Please Dek, ng--

"Loh, ini kenapa pada berantem dari tadi? Udah pada siap belum?" Akhirnya perdebatan yang tiada tara dan tiada berujung itu berhenti karena ucapan sang Bunda. 

"Ini nih Bun, Bang Alan! Lama banget. Alana padahal udah bilang cepet dari tadi," perempuan bernama Alana itu mengadu dengan wajah cemberut pada sang Bunda. 

"Lagian, Lana juga dari tadi nyerocos mulu Bun, Alan kan juga jadi ketar-ketir masang dasi. Ya udah ayo!" putus lelaki yang bernama Alan itu pada akhirnya setelah dasi yang dia pasang selesai juga. 

Hari ini sekolah Alan dan Alana--sekolah Nusantara--akan melaksanakan acara pensi alias pentas seni. Acara ini memang selalu rutin dilaksanakan setiap setahun sekali, dan acara ini diadakan pada akhir semester satu, seminggu sebelum menerima raport. Sekolah juga mengundang Orangtua murid agar turut serta hadir dalam acara yang diadakan sekolah. 

Hal ini diadakan agar semakin eratnya hubungan antar Anak dan Orangtua begitupun antara Guru dan Orangtua. Dengan adanya hal ini juga membuktikan seberapa pedulinya orangtua terhadap kegiatan anak-anak mereka. Mengingat dijaman sekarang orangtua terkadang lebih memilih pekerjaan daripada anak. 

Pensi dimulai pada pukul 9 pagi, dan diwajibkan murid hadir bersama Orangtua. Murid-murid juga berperan serta dalam acara pensi, mereka telah berlatih jauh sebelum pensi hari H. Hal ini demi menunjukkan penampilan yang maksimal dihadapan para Orangtua dan Guru, serta beberapa undangan yang diundang oleh sekolah. 

"Nes, kita pergi dulu ya? Jaga rumah baik-baik," pesan Della kepada Nesa yang kini bekerja sebagai pembantu rumah tangga dirumah Della--yang sedang membereskan meja makan. Dikarenakan kondisi Bik Siti yang memang sudah tua, dan tak bisa lagi bekerja seperti dulu, maka jadilah Nesa yang menggantikannya. Suami Nesa--Agus, juga bekerja dirumah Della sebagai supir. 

"Iya, Mbak. Hati-hati," ucap Nesa memberi senyum. 

"Dadah, Kakak Nesa," Pamit Alana melambaikan tangan kepada Nesa. 

Waktu terus berlalu, tak terasa memang hingga kini Alan dan Alana tumbuh menjadi sosok remaja dengan umur 15 tahun, yang selalu membuat Della bangga pada keduanya. 

Mendidik Anak seorang diri bukan perkara gampang. Dulu disaat Alan dan Alana masih kecil, Della harus pintar membagi waktu antara bersama dengan sikembar, kuliah, dan mengurus restoran peninggalan Alby. Belum lagi jika Della memiliki banyak tugas kuliah dan keperluan lainnya. Semua memang tak mudah baginya. 

Lambat laun, ia mulai terbiasa, ia juga beruntung ada Nesa yang selalu membantunya mengurus si kembar dan pekerjaan rumah. Tapi bukan berarti Della menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada Nesa, karena bagaimana pun ia lebih ingin si kembar lebih banyak waktu bersamanya. Si kembar lebih membutuhkan sosok dirinya, membutuhkan kasih sayang yang utuh darinya. 

Beloved AlbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang