Revenge

106 9 3
                                    

Disclaimer: Mystic Messenger © Cheritz

Cover art © darkgreyclouds

This fic, Revenge, is owned by me (Hanihaa) without gain any profit.

Warning: Mengambil latar di Rute Seven Day 10 setelah nelepon Yoosung yang lagi mabuk, ada kemungkinan OOC dan garing.

.

.

"Serius, kamu ini ngapain sih? Jangan ngerepotin MC, Yoosung!" tegur Zen begitu mendapati Yoosung masih saja berbicara meracau mabuk pada sambungan telepon dengan MC.

"Oh iya, aku mau ngomong apa ya...." Tanpa sadar Yoosung menggantung ucapannya. "Saeyoung dan kamu..., kalian... berbahagialah." Akhirnya ia melontarkan ucapan terakhirnya, sebelum kemudian menutup sambungan telepon.

.

.

Zen mengacak rambut Yoosung, berusaha menghiburnya. Diam-diam hatinya ikut merasa miris sepanjang ia mendengar percakapan Yoosung dengan MC di telepon tadi, meski malah obrolan mabuk Yoosung yang mendominasi.

"Sudah Yoosung, berhenti minum bir. Mendingan kamu tidur sana, besok kan party."

"Zen...." panggil Yoosung pelan dengan ekspresi wajah yang masih terlihat mabuk.

"Apa?"

"Kita pergi ke penthousenya Jumin, yuk?"

"Kau gila, ya?! Ngapain? Ini udah tengah malam, Yoosung! Besok party!" Tanpa sadar Zen meninggikan suara saking kagetnya.

"Entah kenapa aku jadi khawatir pada Jumin yang lagi sendirian. Aku yang sejak awal benci pada V saja bisa merasa kecewa sampai segininya, apalagi Jumin yang sejak kecil berteman dengan V." Raut kesedihan menghiasi wajah sang pemuda berambut pirang itu. "Lalu aku juga mau memberikan titipan dari ibuku untuk Jumin."

Bukannya Zen tidak paham dengan perasaan Yoosung sih, tapi kan....

"Kau tinggal telepon aja Jumin, atau titipannya bisa sekalian diberikan besok habis party."

"Bentar, kok Zen. Lagian naik motor bisa ngebut kan? Jalanan juga sepi."

"Enggak! Aku males ketemu dia!"

"Zen, ya? Please?"

Mendadak Yoosung berjalan agak sempoyongan sambil mendekati Zen, kemudian memeluknya kembali seperti saat awal mereka mulai mabuk sebelumnya, namun kali ini lebih erat.

"Lepasin, Yoosung! Apes banget aku dipeluk dua kali sama cowok!"

"Gak bakal aku lepasin kalau kamu gak nurutin permintaanku, maniak selfie!"

Zen meneguk air liurnya begitu melihat ekspresi serius agak mencurigakan milik Yoosung. Inikah yang disebut Saeyoung sebagai mode yanderenya Yoosung?

"Hahhhh baiklah baiklah! Gaaaah! Beneran sebentar tapi!" Akhirnya Zen mengalah, ini lebih merepotkan dari yang ia duga.

"Oke!" Yoosung segera melepaskan kedua tangannya dari tubuh sang pemuda yang berusia tiga tahun lebih tua darinya itu.

"Buruan siap-siap cuci muka sana!" Zen memberi komando. "Dan jangan sebut aku maniak selfie lagi!"

.

.

.

Zen benar-benar mengendarai motor kesayangannya dengan kecepatan penuh, Yoosung sampai harus memegang erat pada pinggang Zen karena kalau tidak bisa-bisa ia akan terbang dan kemudian jatuh tersungkur di aspal. Membayangkannya saja sudah membuat Yoosung bergidik ngeri. Gak lucu kalau dia meninggal saat itu juga, dia kan masih jomblo, belum kawin—eh, nikah!

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang