01

47 7 4
                                    

Aku terbangun di ruang yang sangat kukenali, yup aku di UKS.

Mungkinkah ketika aku jatuh lalu bisa langsung berteleportasi ke UKS?

Hahaha imajinasi macam apa itu.

Bodohlah, siapa yang bawa aku ke UKS, karena All i need right now is my bed at home.

"Danela, lebih baik kamu pulang saja dari pada kamu disini. Masih sakitkan kepalanya? Lebih baik istirahat saja dirumah." Suara ibu Seska yang menghilangkan kesunyian UKS yang damai ini.

Aku hanya bisa mengangguk kepala sebagai jawaban, aku masih terlalu lemah- eh malas juga sih untuk bicara.

Dengan sekuat tenaga aku bangkit dari tempat tidur yang lumayan nyaman untuk bergegas kerumah.

Ah, i miss my home already. Bantal, kasur, khususnya bantal guling tunggu mama ya sebentar lagi mama akan segera pulang kok.

Brukk

Seseorang menabrakku dengan kuat, dan rasanya tubuhku akan jatuh kembali karena saking kuatnya dia menabrak.

Sudah tau ada orang yang lagi jalan sempoyongan masih aja di tabrak, nggak minta maaf lagi. Ah bodohlah aku cuma pengen pulang rumah dengan damai.

"Pas banget kamu datang, Calum. Tolong anterin Danella ya." Kata ibu Seska yang akupun nggak tau datang dari mana.

Kulihat dia menganggukan kepalanya, tidak menjawab ucapan ibu Seska. Apa dia bisu? Udah nggak meminta maaf padaku, nggak menjawab permintaan ibu Seska lagi.

Diapun hanya pergi melaluiku tidak berkata satu katapun, yah peduli amat mungkin dia tidak mau mengantarku pulang.

Akhirnya sampai juga di gerbang sekolah, dengan perjuangan melewati lapangan upacara, sporthall, koridor yang sangat panjang. Terkadang aku berfikir, ini sekolah atau 2 stadiun Gelora Bung Karno yang disatukan.

Tit...tit..

Suara klakson yang membuat pandanganku teralihkan sekaligus kaget terutama kaget dengan sang pengendaranya.

Ah dia lagi, kalo nggak salah dengar dari percakap- bukan percakapan tapi hanya ibu Seska yang bicara padanya. Namanya Celam eh bukan, Calung? Kayaknya bukan, kalo tidak salah namanya mirip-mirip Colombus, Col..Col..

Oh ia namanya Coloum. Ok lupakan namanya yang mirip tokoh masyarakat yang peduli anak-anak itu.

Kulihat si Coloum menatapku, yah sebagai manusia siapa juga yang nggak ngerasa risih ketika seseorang menatap kalian lama terus tajam pula.

"Kenapa lihat-lihat", tanyaku karena sudah merasa risih.

"..."

What the.. Diam seribu bahasa.

Kulihat jam tanganku sudah 10 menit aku menununggu angkot tapi belum ada satupun angkot lewat. Si Coloum pun akhirnya turun dari motornya dan datang menghampiriku.

Coloumpun sudah di hadapanku sekarang, kutatap dia dan dia memegang tangank- EHH SI COLOUM MEGANG TANGANKU.

"E-eh ngapain lu megang tangan gua?? Please, jangan culik gua, gua masih pengen jadi pramugari terus kepengen makan cilok!!!"

Coloumpun melepas tanganku ketika sudah dekat motor, dia naik di motor tersebut dan dia menatap gua lagi sambil mengangkat alisnya dan menepuk-nepuk tempat duduk belakang dia.

You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang