Chapter 1

365 44 13
                                    

Cahaya pagi masuk melalui celah-celah jendela di kamar itu, tapi nampaknya tak dapat membangunkan pria berhidung mancung itu dari mimpinya.

"Tok tok tok," terdengar ketukan di pintu kamar.

"Krieeek," pintu pun terbuka menimbulkan suara berderik dan masuklah seorang pria bermata sipit sambil masih mengusap matanya.

"Dokyeom-ah bangun kau harus siap-siap kerja sekarang kalau kau tak mau terlambat," ucap pria itu lagi sambil diguncangkannya tubuh besar pria di kasur itu.

"Hmm hoshi hyung, jam berapa sekarang?" Tanya pria jangkung itu matanya menyipit menghindari cahaya mentari yang menyinarinya.

"Jam 7, bangunlah sejam lagi kita sudah harus berada di kantor," ucap pria bernama hoshi itu sambil berlalu.

Dokyeom pun terpaksa menuruti perkataan hyung nya itu, bila ia tak mau dipecat. Bagaimana pun juga ia adalah pegawai baru dan hoshi adalah atasannya. Pria itu banyak membantunya sejak ia menginjakkan kaki di Seoul untuk memulai kariernya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Pagi," sapa hoshi dan dokyeom hampir bersamaan setibanya di kantor mereka.

Kantor mereka adalah sebuah galeri seni yang berisi karya yang mereka ciptakan sendiri.

Hoshi adalah pemilik galeri ini jadi ia bertanggung jawab penuh mengurus galeri selain itu ia pun memimpin divisi pahat. Ya di galeri ini, masing-masing divisi fokus pada tiap jenis seni, selain pahat ada pula divisi lukis dan patung.

Dokyeom sendiri berada di divisi lukis yang dipimpin oleh woozi, pria bertubuh kecil yang terkenal galak.

"Yak, kau pikir jam berapa sekarang?" Tanya woozi galak pada dokyeom sambil dipukulkannya kuas besar di tangannya ke kepala dokyeom.

"Ah hyung maaf tadi aku ...," dokyeom berusaha mencari alasan.

"Woozi-ah seharusnya aku yang meminta maaf, harusnya kami berangkat lebih cepat tadi agar tidak terkena macet," sahut hoshi membela juniornya itu.

"Ah hmm kalau kau bicara begitu, hmm baiklah," jawab woozi menyerah ia tak mampu melawan bos sekaligus temannya itu.

"Lain kali jangan begitu," tambah pria kecil itu sambil dipelototi junior barunya.

Dokyeom hanya mengangguk sambil meringis meminta maaf lalu ia bergegas berganti baju dengan pakaian kerja dan celemek lukisnya itu sebelum hyungnya mengamuk lagi.

Hari itu di galeri terlihat sibuk, tinggal sebulan lagi akan diadakan pameran dan semua karya yang akan ditampilkan sudah harus selesai, tapi dokyeom bahkan masih belum tahu lukisan apa yang akan ia buat, berkali-kali ia mengganti kanvasnya yang sudah  setengahnya ia coreti.

"Kau masih belum tahu mau melukis apa?" Tanya joshua pria bertubuh kurus di sebelahnya yang tampak serius menekuni kanvas di hadapannya.

"Ya hyung, aku masih bingung," jawab dokyeom ragu.

"Yak kau gila, kau mau disemprot si bos lagi rupanya," sahut seungkwan berbisik dipelototinya wajah dokyeom kesal.

"Tapi aku belum ...,"

"Plaak," lagi-lagi kuas besar mendarat di kepala dokyeom.

"Kerja dengan tangan bukan dengan mulut!" Teriak woozi galak membuat anak buahnya langsung diam mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Sebenarnya woozi adalah pria yang baik hanya saja kalau sudah menyangkut pekerjaan ia akan menjadi sosok berbeda yang benar-benar serius dan tidak bisa menolerir sedikit pun kesalahan yang terjadi.

Please Don't Let Me GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang