LANTAI 1

1.5K 106 6
                                    

LANTAI 1

⊙⊙⊙


"Ris, kamu ngerti nggak yang aku omongin?"

Pertanyaan dari Ridho yang berada disamping seorang gadis berkuncir kuda tersebut terdengar kesal. Sepertinya dia sedang menjelaskan sesuatu kepada gadis tadi, namanya Marissa.

Marissa mengangguk-anggukan kepalanya, sok mengerti padahal aslinya tidak satupun penjelasan yang keluar dari mulut Ridho bisa dipahaminya.

"Kamu kerjakan dulu, deh. Biasanya Pak Boss sebentar lagi datang."

"Harus sekarang, Dho?"

Ridho menoyor kepalanya dengan gemas. "Iya! Kamu mau dimarahin Pak Boss lagi?"

Marissa hanya nyengir bego. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Habisnya, Pak Boss marahin kita mulu, sih. Setiap hari. Bikin aku kebal akhirnya," curhatnya dengan santai.

"Kamu ini, sudah kerja lima tahun disini, masih aja betah." Ridho masih berpendapat. "Aku yang baru enam bulan sudah mau resign."

"Kamu disini pas Bossnya Pak Darcy. Coba sebelum dia, aku jamin bakal aman, tentram, sejahtera!" komentarnya bangga.

"Habisnya pak Boss galak bener, telitinya bikin stress lagi. Perfeksionis banget."

"Kamu baru revisi dua kali, Dho. Lah, aku? Sama dengan setengah lusin turun-naik lift ke ruangan dia."

"Kenapa nggak minta resign aja, Ris?"

Marissa mengangkat kedua bahunya. "Sayang banget. Gaji disini gede, Dho."

Ridho tertawa mendengar jawaban Marissa. "Apalagi kayaknya cuman kamu disini yang nggak terpengaruh sama tampangnya Pak Boss."

Gadis itu mendecak bosan. "Ngapain nguber-nguber dia, Dho. Mending kita yang di uber kali."

"Apalagi sama peraturan kantor ini yang nggak banget. Sesama rekan satu kantor nggak boleh pacaran atau menikah. Apaan coba? Ngelanggar hak asasi manusia itu namanya!"

"Ya, udah. Kamu lapor aja ke KOMNAS HAM, Dho."

"Ogah, tau-tau aku kena perkara pencemaran nama baik gimana?"

Marissa kembali tertawa. "Yowes, kalau mau pacaran sama anak sini mending kamu resign aja."

"Woy, pada ngegosipin apaan, nih?"

Mbak Maia, auditor senior di kantor ini, menghampiri kubikel tempat Marissa dan Ridho sedang berbicara. Wanita dengan rambutnya yang disanggul rapi ke belakang itu meletakkan sebuah berkas ke meja Marissa.

"Apa ini, Mbak?"

Mbak Maia mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Dari Pak Boss, katanya kamu disuruh periksa lagi."

Marissa terperanjat. "Lagi!?"

Mbak Maia mengangguk. "'Periksa lagi' begitu katanya."

"Darcy kampret! Masak aku sudah bolak-balik nyerahin file ini cuma buat revisi doang!?" umpatnya sebal.

"Wow, ternyata mulutmu tajam juga ya, Ris." Mbak Maia mengomentari.

"Abisnya itu boss nyebelin banget." Marissa cemberut. Dia melempar berkas yang semula berada ditangannya itu kembali ke meja. "Sudah enam kali revisi, masih ada yang salah? Dia ngelantur kali, ya?"

SIX TO SICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang