Aroma coffe latte menguar memenuhi ruangan itu, sang pemilik ruangan Vino fokus membaca berkas di hadapannya, sesekali menyesap minumannya.
Pintu terbuka, Danu masuk tanpa mengetuk, membuat sang pemilik ruangan mendelik.
Danu duduk di sofa disamping Vino, mengusap wajahnya kasar.
"Maaf"
Vino mengernyit, "Hah?"
"Maaf sudah menukar ship, aku terlalu terburu-buru dengan urusanku, sampai melibatkanmu" Danu menyesap coffe milik Vino.
Vino mencebik "Coffe ku" lirihnya.
Danu menatap Vino intens, yang ditatap justru merengut.
"Apa coffe lebih penting dari nyawamu?"
"Hahh??"
Danu mendecak. Apa sebegitu bodohnya juniornya ini. Atau dia sengaja bersikap polos untuk menguji dirinya.
"Pasien yang bernama Bima, apa dia baik saja" tanya Danu.
Vino merengut atas pertanyaan Danu, "Tentu saja, kau pikir pekerjaan ku tidak becus, dia bersikap baik dan biasa saja"
"Syukurlah" Danu menyesap kembali coffe yang hampir habis itu.
"Ck," decak Vino jengkel.
"Kau sudah membaca berkas tentang gangguan jiwa yang di alami Bima"
"Sudah"
Vino berdiri mengambil map berisi berkas dimeja nya, memberikannya pada Danu.
Danu membaca sebentar dan setelahnya ia menghembuskan nafas kasar, memukul pelan wajahnya dengan berkas.
"Kenapa" Vino menatap bingung.
"Ini berkas 2 tahun yang lalu" ucapnya lemah menatap Vino.
Vino terkejut bercampur bingung, astaga ia lalai lagi.
Vino tersenyum kikuk, "Maaf aku salah"
Danu menutup wajahnya dengan sebelah tangan, lalu mengibaskan tangan lainnya. Berlama-lama bicara dengan bocah ini membuatnya cepat naik darah.
"Gangguan jiwa yang dialami Bima bukan gangguan jiwa biasa, aku dan dokter lainnya sudah melakukan tes padanya dan hasilnya positif, Bima seorang... psychopat" Vino tercekat mendengar penuturan seniornya itu.
"Kau baik saja" Danu mengelus bahu Vino.
Vino menganga, jika dari awal dia tau penyakit Bima, ia pasti akan protes dengan pertukaran ship itu, tapi ia juga tidak mau disebut dokter yang pilih-pilih pasien, paling tidak ditemani perawat lain.
"Tapi... saat aku yang menjaganya tidak ada hal aneh yang dilakukannya" ucap Vino.
"Untungnya, dia tidak berbuat macam-macam saat bersama mu"
Danu mengenggam tangan Vino.
"Aku kembali ke rumah sakit dipenuhi ke khawatiran, syukurlah kau tidak apa-apa"
Vino mengganguk, "Kalau sampai aku kenapa-kenapa, kau akan menyesal" Ucapnya mengejek.
"Tentu saja" sela Awang, masuk tanpa permisi.
Danu mendelik pada temannya itu. Bukan tanpa apa-apa Awang bersikap seperti itu, Awang mengetahui segalanya. Segalanya, termasuk perasaan Danu pada bocah yang sedang ia genggam tangannya.
"Tolong dikondisikan, ini rumah sakit jiwa, bukan rumah sakit cinta" celetuk Awang yang sedang menggeledah lemari di samping kulkas mini.
"Aku ingin menebas kepalamu" gertak Danu.
Vino melirik tangannya yang masih digenggam Danu, ingin melepaskannya perlahan, namun gagal saat mendapat tatapan tajam dari Danu.
"Lepaskan, sakit..." lirih Vino menatap Danu dengan puppy eyes nya.
Danu luluh. Melepaskan genggaman eratnya dan meniup-niup tangan Vino.
"Aku seperti sedang menonton drama receh" Awang lari di saat Danu meneriakinya dengan umpatan.
Hubungan antara Vino dan Danu bukanlah sepasang kekasih, namun kepedulian Danu dianggap Vino sebagai pengganti kasih sayang orang tuanya. Terkadang Vino bingung, para perawat, penjaga dan dokter lainnya membicarakan hubungannya dengan Danu seakan mereka dapat memberi restu atau tidak. Vino masih tidak dapat mencerna semuanya, yang ia tau ia sayang pria yang sedang meniup dan mengelus tangannya ini.
⚠⚠⚠
Anyeong eakkk
Anyeong nya inyong typo mak.
Ada yg udah dapet feelnya?
Kira-kira semenya Vino siapa ya?
Vote & Coment (penulis sangat membutuhkan saran dan kritik dalam bahasa sopan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Psycho Guy (bxb)
Teen FictionMenjadi dokter berarti mencoba menjadi teman untuk pasien. Namun apa yang membuat Vino takut menghadapi pasiennya sendiri. Cinta. "Aku tidak butuh semua obat itu, aku hanya butuh kau" --- Pasien gila yang menyukai dokternya. Vino ingin kabur dibuat...