Too Late

4.2K 90 14
                                    

cerita ini judul awalnya is it too late, dan skrg aku hapus isinya karena... god, cerita itu abal banget. aku mau ganti alur, judul dll. 

ya, ini sama aja kayak yang dihapus, ga bekelanjutan. semacam oneshot.

but, plis, give me your vomment(s).

bakalan berarti banget kalau ada 1 vote atau 1 comment di notif. 

dan satu lagi, ini satu-satunya cerita di works-ku yang castnya bukan personel cjr. aku mau coba semacam one shot teenfict. jadi nama tokohnya aku mengarang ;)

thankies!x

*


"Kamu kenapa sih?! Aku kan cuma ninggalin kamu sebentar, buat ngambil minum doang. Tapi kenapa harus nangis?!" 

Bentakan Bian membuat Elsa menunduk dalam. Gadis itu ketakutan. Walau sering mendapat bentakan dari Bian, Elsa masih tetap takut. Bahkan ketakutannya malam ini lebih dari hari-hari sebelumnya.

Bian dengan setelan jasnya menatap garang Elsa yang sudah didandani cantik ditambah dress yang membalut tubuh rampingnya. Dengan marah, Bian mengangkat dagu Elsa yang sedaritadi terus menunduk.

"Kalau aku ngomong, bisa kan tatap matanya? Yang sopan!" 

Tanpa bisa dicegah, air mata menuruni pipi Elsa. Tak seperti biasanya. Bian sering membentak Elsa karena hal kecil, tapi Elsa tak pernah menangis seperti ini. 

"Aku gak minta kamu nangis, Els." 

Elsa mengusap air matanya. Matanya kini sudah berani menatap Bian. Ia mengambil nafas lalu meraih tangan Bian. "Pulang yuk," ujarnya serak.

Bian menepis tangan Elsa, ia masih tak paham kenapa Elsa bisa cengeng malam ini. "Kamu kenapa harus nangis sih?! Lemah banget tau gak?!" 

Elsa menghela nafas, matanya terlihat lelah. "Bi, aku capek. Pulang yuk."

"Kamu cuma aku suruh tunggu sebentar! Duduk doang! Capek apanya?! Terus kenapa nangis?! Gara-gara aku bentak? Cengeng banget sih!" 

Bentakan demi bentakan terus keluar dari mulut Bian. Bukannya membela atau apa, Elsa justru setia mendengarkan bentakan yang Bian lontarkan untuknya. 

Tak ada kata mengeluh yang keluar dari mulutnya. Semua bentakan ia dengarkan dengan sabar. Walau fisiknya benar-benar butuh istirahat, nyatanya ia tetap berdiri di halaman depan rumah Reza yang mengadakan pesta sambil mendengarkan Bian tanpa kantuk.

"Kamu tuh sadar gak sih, yang kamu bisa lakuin cuma nangis? Aku capek Els! Aku capek marah-marah terus sama kamu! Aku pengen tuh, gak usah dibentak dulu kamunya biar bisa ngertiin aku!" 

Tanpa diduga, Elsa mendongkakkan kepalanya. Menatap Bian tepat di matanya. "Aku nangis, apa kamu peduli sebabnya?" Bian tersentak. "Nggak, karena yang kamu bisa cuma ngebentak. Kamu berlaku seenak yang kamu mau."

Bian membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu. Tapi sebelum Bian sempat berbicara, Elsa lebih dulu memotong. "Kamu tahu kenapa aku nangis?"

Bian terdiam di tempatnya, tidak menjawab. Pundak Elsa bergetar saat ia menundukkan kepalanya lagi. "R-riko ...," katanya sambil terbata-bata. Dengan susah payah ia berusaha menatap Bian. "Dia nyaris perkosa aku."

Mata Bian lantas membulat. Tak percaya dengan apa yang baru saja Elsa katakan. "Kamu jijik sama aku, Bi?" tanya Elsa dengan nada pelan.

Bian hendak membuka mulutnya, tapi dengan segera ia membatalkan keinginannya itu. Elsa mengalihkan pandangannya, lalu tertawa miris. "Aku juga, Bi. Aku juga," tangisannya pecah seketika. "A-aku juga j-jijik, Bi."

Refleks, Bian mengangkat tangannya hendak menyentuh pundak Elsa. Yang langsung diresponnya dengan menarik tubuhnya ke belakang. "Jangan, Bi. Nanti kamu jijik."

"Gak seharusnya aku ada di deket kamu. Aku cuma bisa bikin kamu jijik sama diri aku sendiri," Elsa mundur ke belakang tanpa tahu apa yang ada di belakangnya sekarang.

Bian menggeleng-gelengkan kepalanya, tanpa bisa berbicara bahwa ia tidak merasa jijik terhadap Elsa. Sampai telinganya mendengar suara klakson yang kencang--cukup untuk mengetahui bahwa suara klakson itu bukan berasal dari mobil biasa--barulah mulutnya seketika bersuara. "ELSA, AWAS!"

Langkah Bian tanpa sadar sudah berlari ke arah jalan. Tapi, langkah itu baru saja terhitung 3 saat matanya menangkap Elsa sudah terkapar di jalan raya, dengan tubuh penuh darah. Padahal tinggal 2 langkah lagi sampai ia bisa menangkap Elsa dan menarik tubuhnya menjauh dari jalan.

Tapi nyatanya, ia tak cukup cepat.

Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang