Lara

30 3 3
                                    


Pohon-pohon begitu rindang. Cahaya matahari tampak malu-malu menyusup ke celah-celah rimbunnya dedaunan. Suara simfoni burung begitu indah di tangkap indra pendengaran. Aroma ini begitu khas. Aroma hutan yang belum terjamah oleh tangan usil manusia.

Aku berjalan semakin jauh. Jauh ke dalam hutan belantara yang tak kukenal. Auman binatang yang ntah apa itu, terdengar nampak mengerikan.

Suaranya begitu aneh di telinga. Suara itu semakin mendekat. Aku pun bergegas melangkahkan kaki sejauh mungkin. Namun, entah mengapa auman itu terasa semakin dekat dengan jarakku saat ini. Aku pun menambahkan kecepatan lariku. Meliuk-liuk disela pepohonan dan semak belukar. Aku melihat di depan sana. Di bawah cahaya, ada sebuah bayangan. Seperti seorang manusia. Aku pun lantas bergegas menghampiri bayangan itu. Berharap ada orang yang akan menyelamatkanku dari auman aneh yang mengerikan itu.

Saat telah sampai di tempat di mana aku melihat bayangan itu. Betapa terkejutnya aku.

Itu bukan manusia. Bukan pula binatang. Dia menyerupai manusia dengan kedua kaki dan kedua tangan. Berpunggung sedikit membungkuk, dan kuku yang tajam. Aku tidak tahu bagaimana bentuk rupanya karena makhluk itu berdiri membelakangiku.

Dengan kesadaran yang masih tersisa, aku segera berlari menjauh dari tempat itu.

Namun, naas. Sebuah ranting terinjak oleh kakiku. Akibatnya membuat siluman itu menoleh karena bunyi dari ranting yang ku injak.

"Arghh! Sial." Aku lantas segera bergegas lari. Aku sempat mendengar geramannya yang begitu mengerikan, dan dia mengaum. Mengaum layaknya seekor serigala yang lapar. Oh Tuhan. Bagaimana ini. Suara auman mengerikan yang mengejarku tadi begitu terasa sudah mendekat di depanku dan auman serta geraman mengerikan dari si manusia serigala itu juga sudah semakin dekat di belakangku.

Aku segera membelokkan arah lariku. Meliuk-liuk di bawah lebatnya hutan dan semak belukar. Sesekali tubuhku yang hanya terbungkus pakaian tidur tergores duri tumbuhan yang kulalui. Aku tersandung. Tersungkur di samping sebuah pohon yang besar dengan akar yang mencuat ke luar. Sial! Sial! Sial! Aku memaki diriku sendiri akan hal itu.

Rambutku yang terurai panjang sekarang terlihat berantakan dan kotor bercampur dengan pelapukan dedaunan yang membusuk bersama tanah. Aku melihat ke belakang.

Hanya si manusia serigala yang mengerikan itu yang mengejarku. Jaraknya semakin menipis. Hanya tinggal beberapa meter saja dariku. Bahkan dari tempatku terjatuh sekarang, aku dapat merasakan setiap getaran yang dia ciptakan dengan kedua kakinya.

Kuseret tubuhku kesisi pohon yang akarnya tumbuh sampai di atas kepalaku. Aku tertunduk. Bersembunyi di celah akar pohon yang besar. Berharap siluman itu tak dapat menemukanku. Oh Tuhan. Ku mohon lindungi aku. Jarak siluman itu semakin mendekat. Kupejamkan mataku serapat mungkin. Berharap ada seseorang yang datang menolongku dan melindungiku.

Suara endusan terdengar di belakangku. Kurasa siluman itu sedang mengendus bau tubuhku. Kurapatkan sedalam mungkin tubuhku ke kulit pohon besar ini. Berharap bau tubuhku tersamarkan. Aku melirik ke samping. Manusia serigala itu berada di sampingku. Dia begitu besar. Bahkan lebih besar dari yang pertama ku lihat.

Aku meluruhkan tubuhku perlahan tanpa menimbulkan suara. Berlindung di balik akar pohon pohon ini. Memeluk erat tubuhku yang dingin bercampur keringat yang bercucuran di tubuhku. Segala pikiran negatif berkecambuk di benakku. Bagaimana jika aku mati dan tak dapat kembali. Bagaimana aku nanti pulang. Bagaimana dengan orangtuaku. Bagaimana, bagaimana, dan bagaimana.

Manusia serigala itu menoleh tepat ke arahku. Berhasil menemukan tempat persembunyianku. Dia mendekat. Semakin dekat, dan aku pun lantas memejamkan mata serta memeluk tubuh mungilku semakin erat. Mencengkram bajuku seerat mungkin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lara #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang