*KRINGGGGGGG
Bunyi bel pelajaran kedua sudah berkumandang tandanya Pak jihoon selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama harus mengakhiri penjelasannya yang tepotong oleh bel.
"Baiklah, untuk penjelasan selanjutnya kita bahas dipertemuan pekan depan" kata pak jihoon lalu pergi berlalu setelah mengucapkan salam.
Pelajaran kedua olahraga somi dan teman sebangkunya Tiffany bergegas dari bangku dengan kedua tangannya membawa jinjingan berisikan baju olahraga dan sepatu kets.
Mereka berdua berjalan keluar kelas dan menuju toilet untuk berganti pakaian, setelah sampai ditoilet Tiffany tanpa somi duga dia tiba-tiba menanyakan cowo yang dibawa keruang BP tadi saat upacara.
"Som, cowo yang tadi bawa ke BP dia yang ngegendong lo tadi kan ?" Tanya tiffany sambil sibuk memakai baju olahraga.
"Iya kenapa ?"
"Engga, nanya aja sih hehe"
"Eh tapi, lo ada hubungan apa sih sama cowo tadi kok bisa sih dia berani ngegendong lokaya tadi ?"
"Fan gue aja baru kenal dia tadi, itu juga gara-gara dia yang nabrak gue sampai luka gini"
"Oh gitu, eh tapi lo serius nih mau ikut olahraga ?"
"Iya seriuslah fan, lagian sekarang kan penilaian main bola volly"
"Yaudah yuk balik kekelas fan"
Akhirnya mereka berdua kembali kekelas untuk menyimpan seragam, lalu mulai turun kebawah pergi kelapangan.
Disana sudah beberapa murid yang sudah kumpul dan somi serta tiffany pun menghampiri mereka.
saat somi dan tiffany duduk di lantai lapangan, mereka melihat teman-teman sekelasnya sedang asik bercengkrama dan saat somi mendengar namanya dipanggil dia langsung menoleh dan menatap irene yang memanggil namanya tadi.
"Som, lo kok bisa sih deket sama kak Dean ?" tanya irene sambil menatap lekat kearah somi, somi hanya mengerutkan keningnya tanda tak mengerti apa maksud irene.
"Maksudnya ? Dean ? siapa Dean ?" tanya somi berulang kali dan membuat semua teman-teman yang sedang berada dilapangan menatap somi bingung.
"Yaelah, lo gimana sih ! cowo yang ngegendong lo tadi, kak Dean"
'oh, iya lupa cowo tadi kan ngasih tau namanya ke gue, kalo namanya itu Dean.' batin somi
"Oh iya iya tau, enggak kok gue gak deket sama dia, kenal aja baru tadi pagi"
"Dikira gua lo pacaran sama kak dean, syukurah" kata irene menghela nafas lega membuat somi menatapnya tak mengerti.
*PRIIIITTTTTT
Bunyi priwit pak Bogum membuat para siswa terhentak dan mulai bangun dari duduknya lalu berdiri muali membuat barisan, percakapan somi dan irene pun terputus dan membuat somi bernafas lega.
'Som, yakin ikut olahraga ? sekarang fisik loh ?" tanya tiffany
"Iya som, yakin lah, kalo gua gak ikut nanti gak dapet nilai"
"Kan bisa ditunda som atau ga lu ngerjain tugas ntar"
"udah ah, lagian lutut gua udah mendingan ko, nih buktinya gua bisa jalan" kata somi sambil menggerakan kakinya.
"Iyadeh, iya"
"Udah yuk baris fan"
"Tapi kalo lo gak kuat pas penilaian nanti bilang ke gue ya som ?"
"Iya cerewettt yuk ah baris"
setelah semua siswa berbaris rapih, ketua kelas memberikan instruksi untuk memulai pemanasan, setelah selesai pak bogum menyuruh seluruh siswa duduk berkumpul dipinggir lapangan dan memberikan arahan apa saja olahraga yang akan dilakukan hari ini dan bagaimana sistem penilaiannya, setelah selesai semua siswa berdiri dipinggir lapangan menunggu absen.
Absen pertama hingga lima belas sudah dipanggil dan langsung melakukan olahraga fisik yaitu lari, push up, sit up, skot jump, dan back up satu persatu dilakukan selamat sepuluh menit.
setelah absen satu sampai lima belas selesai pak bogum mulai mengabsen kembali, dari enam belas hingga tiga puluh.
mendengar namanya diabsen somi dan tiffany mulai baris diujung lapangan untuk mulai berlari saat menerima aba-aba dari pak agus dan priwit pun berbunyi semua siswa mulai berlari cepat agar mendapatkan hasil maksimal.
Tak sesuai keyakinannya baru berlari lima langkah lutut somi terasa nyeri dan perih, somi
berhenti sejenak dan mulai berusaha lari lagi, namun saat ia berusaha lari lagi kakinya makin
parah nyeri ia berusaha menahan nyeri dan perih dikakinya dan terus berlari, hingga lima
menit berlalu somi merasa kakinya sudah tak kuat untuk dibawa lari lagi dan dengan dahi
mengucur keringat sambil tangan terus memegang pangkal pahanya agar rasa sakit dikakinya
tak begitu sakit namun saat diputaran ketiga tubuh somi sudah mulai lemas dan
keseimbangannya mulai tak terkendali hingga somi pun tersungkur jatuh ke aspal lapangan
membuatnya meringis perih karena luka dilututnya kembali menyentuh aspal panas itu.
****
Kantor BP
"Ibu harap kamu tidak mengulangi hal seperti itu lagi ya"