Langit sudah gelap dan jarum jam dinding menujukkan pukul sepuluh.
Seorang bocah laki–laki berumur lima tahun tergolek lemas di atas ranjang bersprei putih. Dahinya dibasahi keringat. Nafasnya juga terdengar berat. Sebatang jarum infus menancap di pergelangan tangan kiri mungilnya yang dibebat pada sebilah kayu. Selang bening mengalirkan cairan dari kantong infus yang tergantung pada stiang di samping menuju ke pembuluh darahnya.
Di samping ranjang seorang pria berjas putih yang didampingi wanita berseragam perawat memeriksa kondisi si anak.
"Gimana kondisi anak saya, Dok?" tanya seorang wanita di usia pertengahan dua puluhan yang sedari tadi menanti dengan khawatir.
"Kondisi anak ibu masih belum stabil. Nanti saya kasih resep lagi. Semoga setelah ini kondisi anak ibu bisa lebih baik."
Mendengar kata-kata dokter, wanita itu langsung lemas. Ketika dokter dan perawat keluar dari kamar rawat inap, wanita itu tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya duduk sambil terisak.
Saat-saat seperti ini membuanya ingin bersandar pada suaminya, tapi pria itu harus kembali mempersiapkan diri masuk kantor esok hari. Sudah tiga hari ini laki-laki itu menemaninya menjaga buah hati mereka. Kantor suaminya juga sedang banyak pekerjaan, sehingga dia tak enak hati untuk menambah waktu cutinya lagi.
Malam semakin larut, tapi wanita itu masih terjaga. Dia belum juga bisa memejamkan kedua matanya. Kedua pipinya dibasahi air mata. Tangannya membelai lembut rambut putranya. Suhu tubuhnya masih tinggi. Dalam tidurnya, bocah itu mengigau beberapa kali. Pasti dia merasa tidak nyaman dan juga kesakitan.
Dada ibu muda itu terasa sesak.
Berada dalam satu tubuh selama sembilan bulan membuat wanita itu seolah bisa merasakan penderitaan anaknya.
"...Aku bisa menyembuhkan anakmu..."
Terdengar suara yang entah darimana datangnya.
Si wanita kaget luar biasa. Setiap sudut kamar dia telusuri dengan sepasang matanya. Tak satupun makhluk yang nampak dalam pandangannya. Suara tanpa wujud di malam yang sepi membuat wanita itu ketakutan setengah mati. Wanita itu ingin berlari melarikan diri, tapi melihat anaknya yang terbaring di atas ranjang, niat itu segera dia urungkan.
"Siapa itu? Tunjukkan wajahmu?" Wanita itu mencoba untuk berani.
Dengan lembut, suara misterius itu menjawab pertanyaan si ibu muda. "Tenang Sarah. Aku tak bermaksud menakut-nakutimu. Aku hanya ingin membantu."
Mendengar namanya disebut, Sarah menjadi semakin takut. "D-dari mana kau tahu namaku? Apa yang kau inginkan dariku?"
"Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau inginkan. Bukankah saat ini kau ingin segera menyembuhkan anakmu? Aku bisa mengabulkan permintaan itu."
Tawaran itu membuat Sarah penasaran.
"K-Kau bisa menyembuhkan anakku?!"
"Tentu saja..."
"Tapi kenapa kau ingin membantuku? Apa yang kau inginkan?"
"Aku tak menginginkan apa-apa. Aku hanya ingin membantumu menyembuhkan anakmu. Kalau kau benar-benar menginginkannya, tatap kaca jendela kamar, lalu panggil namaku tiga kali..."
***
YOU ARE READING
DUNYAPALA : GAGAK, HARIMAU, DAN NAGA
Fantastik"...Keburukan akan terus berusaha kembali ke muka bumi melalui cerminan diri. Menebus ribuan tahun yang telah hilang saat mereka sedang terbuang..." ...