XXI : Memori yang disembunyikan

1.1K 114 15
                                    

Leo terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia memandangi Lea sesaat kemudian menengok ke arah yang lain.

"Aku, tidak tahu harus bagaimana," bisik Leo pelan.

"Kenapa tidak tanyakan pada mereka saja?" Usul Lea.

"Kalaupun mereka bisa membantumu." Tukas Leo.

'Karena setahuku, ingatan tidak mudah didapat kembali.' Lanjutnya dalam hati.

~~~~

"Kalian darimana huh?" Tanya Miranda menuntut jawaban.

"Hanya jalan-jalan cari angin, tidak usah sampai kau menginterogasi kami." Cibir Leo.

"Habisnya, kalian menghilang saat makan malam tadi." Ucap Miranda cemberut.

"Aku hanya tidak nafsu makan," kata Lea dan Leo bersama-sama. Sepertinya ikatan batin saudara kandung mereka terlalu kuat.

"Kejadian ini seperti terulang kembali," kata Andrew sedikit terkekeh.

"Mana Vinsen?" Tanya Lea penasaran, sedari tadi anak itu belum menampakkan batang hidungnya.

"Dia bilang 'aku lelah, aku ingin istirahat' like that," kata Miranda sambil meniru suara Vinsen yang membuat mereka tertawa mendengarnya.

"Setelah dari sini, kita masih ada perjalanan lagi ya?" kata Miranda sambil mendesah pelan.

"Yap, mawar kaca yang harus kita cari selanjutnya." Tukas Andrew.

"Sama seperti troll forest, kalung dari Hazel masih belum bisa digunakan. Aku tidak tahu aura apa yang dikeluarkan mawar itu, tetapi salah satu efek mawar itu mampu menangkal segala macam sihir teleportasi." Jelas Leo panjang lebar.

"Penjelasanmu terlalu rinci, membuatku tidak bisa berkata apa-apa." Cibir Andrew.

~~~~

Angin dingin di malam hari, tidak mampu membuat sosok yang sedang berdiri di atap sebuah bagunan, bergerak sedikitpun.

Seakan dia sudah kebal dengan dinginnya angin. Dia menatap bulan dengan tatapan yang memiliki seribu makna, atau tidak bisa diartikan.

Secara perlahan, Lea mendekati Vinsen. Walaupun dia sendiri tahu, Vinsen sudah menyadari keberadaannya.

"Hei!" Sapa Lea.

"Lea," kata Vinsen.

"Kenapa sendirian saja disini? Bukankah lebih baik bersama dengan yang lain?" Saran Lea.

"Aku hanya mencari angin." Bohong Vinsen.

"Kau pembohong yang buruk Vinsen." Tukas Lea.

"Aku tidak tahu, harus mulai bercerita darimana." Ucap Vinsen.

"Waktuku banyak, ceritakan saja semuanya."

"Dulu kita sahabat masa kecil. Kau, aku, dan Leo. Dan setelah penyerangan, kau menghilang. Leo tidak mau memberitahuku, dan kupikir kau sudah mati." Jelas Vinsen panjang lebar.

"Yah, aku juga terkejut setelah mengetahui aku dan Leo saudara kandung. Aku tidak bisa mengingat sebagian besar memori saat masih kecil, dan semoga kau dapat membantuku." Ucap Lea sambil tersenyum.

"Aku akan membantumu sebaik mungkin," kata Vinsen.

~~~~

"Mereka semakin dekat," kata seseorang.

"Biarkan saja, aku tidak pernah memihak dan tidak akan pernah." Ucap lawan bicara sambil memainkan jari-jarinya.

Kalau diperhatikan lebih dekat, dia sedang memainkan sebuah sihir es di jari-jarinya.

"Tapi, tujuan mereka adalah mengambil mawar kaca. Bukankah kau pernah bilang kalau tidak akan menyerahkan mawar itu kepada siapapun?"

"Sepertinya mereka mempunyai potensi yang besar. Dan mereka memiliki beberapa kemampuan yang kusukai," katanya sambil tertawa kecil.

"Bagaimana kalau Cynric mengetahui hal ini? Kau akan dibunuh juga."

"Cynric? Dia tidak akan bisa membunuhku."

Minggu 12 Februari 2017
#50 dalam fantasy

White QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang