ALL OF THE CHARACTERS BELONGS TO J.K ROWLING.
Obliviate
5.
Hermione mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, lagi-lagi professor DADA mereka tidak masuk, ini sudah yang kesekian kalinya dia tidak masuk dan tidak ada yang menggantikan. Hermione menghela nafasnya dan membereskan bukunya, lebih baik ia belajar sendiri di perpustakaan.
Ia berdiri dari kursinya dan tidak sengaja menjatuhkan pena di tangannya, ia membungkuk untuk mengambilnya dan beberapa murid laki-laki bersiul-siul melihat bokongnya saat ia membungkuk.
Hermione berdiri dengan cepat, melihat ke sekelilingnya dengan wajah merah. Dua murid Slytherin dari tahun ke tujuh bukan tahun ke delapan bersiul ke arahnya. Jika ada Harry dan Ron disini mereka pasti akan langsung memukuli dua orang itu, tapi tidak, tidak ada siapa-siapa di sini yang bisa melindunginya.
Jadi?
Hermione harus melindungi dirinya sendiri.
Hermione baru akan menghampiri dua orang itu dan marah seperti Molly Weasley, ketika Draco Malfoy memukul kepala mereka berdua dari belakang.
Seisi kelas melihat kejadian itu dengan aneh.
"Kalian membuatku malu, apa kalian tidak diajari sopan santun?" Draco bertanya kasar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Menjijikkan, dan kalian sebut diri kalian pureblood!"
Hermione tidak tahu harus merespon bagaimana.
-Flashback-
"Kalian berdua tidak bisa diam ya?" Hermione berseru kesal pada Harry dan Ron yang terus bercanda dari tadi karena Professor sedang keluar kelas.
Mereka melihat ke arah Hermione sejenak dan kemudian lanjut bercanda lagi. Ron duduk di samping Hermione dan Harry di sebelahnya. Harry tiba-tiba mendorong Ron keras dan Ron mengenai tubuh Hermione dan membuat Hermione menyenggol tempat tintanya.
Suara tempat tinta yang terjatuh ke lantai membuat mereka berdua berhenti dan melihat Hermione dengan mata terbelalak.
Hermione memukul bahu Ron dan berdiri kemudian mengambil tempat tintanya yang terjatuh.
Dan tiba-tiba dua murid Slytherin yang duduk tidak jauh dari mereka bersiul begitu melihat bokong Hermione. Ron dan Harry langsung membalikkan kepala mereka ke arah sumber suara.
Begitu mereka melihat dua murid Slytherin itu tertawa-tawa, mereka langsung melompat dan berlari ke arah mereka dan menarik kerah mereka.
Tidak perlu dijelaskan.
Mereka berempat harus menjalani detensi.
Tapi kemudian saat malam, saat Hermione akan berjalan ke depan ruang kelas dimana Harry dan Ron menjalani detensi mereka, ia berpapasan dengan Draco Malfoy.
Hermione menarik nafasnya dan berjalan melewatinya, berharap tidak ada konfrontasi di antara mereka sekarang, terutama karena tidak ada Harry dan Ron di sini sekarang.
"Granger." Draco berseru saat Hermione tepat melewatinya.
Hermione berhenti, tumben Draco tidak memanggilnya Mudblood.
"Tentang kejadian tadi..." Draco tidak melihat wajahnya hanya terus melihat ke depan. "Aku..." Draco berhenti sejenak. Ia tidak tahu harus mengatakan apa.
Ia dibesarkan untuk menghargai perempuan, jadi tindakkan apapun yang merendahkan perempuan, bahkan jika itu seorang darah lumpur sekalipun, ia seperti sudah di program untuk marah.
Jadi tadi ketika ia melihat teman seasramanya sendiri melecehkan seorang perempuan secara verbal, ia tidak bisa menahan dirinya dan merasa marah.
"Apa Malfoy? Kau senang karena teman seasramamu berhasil menghinaku dan membuat Harry dan Ron terkena hukuman."
"Aku tidak menyuruh mereka melakukan itu." Draco berseru tiba-tiba.
Hermione melihatnya aneh, ia menaikkan alisnya, tidak mengerti apa maksudnya.
"Meskipun kau seorang mud-muggleborn, aku tidak akan menghinamu karena kau seorang perempuan, dan aku juga tidak berniat menghina perempuan manapun." Draco bergumam kemudian pergi begitu saja.
-End of Flashback-
Hermione melewati meja Draco, berhenti sebentar kemudian tersenyum kecil padanya. "Terimakasih Malfoy." Ia berseru lalu berjalan keluar kelas.
Hermione tersenyum mengingat pertama kalinya Draco bicara dengan normal padanya malam itu di tahun ke empat akhir mereka. Ia tersenyum dan berjalan ke perpustakaan, masih ada beberapa jam sebelum makan siang, dan mungkin nanti ia bisa melaporkan keabsenan Professor ini ke kepala sekolah.
.
"Cepatlah!" Theo berseru tidak sabaran dari depan pintu kamar asrama mereka. Ia dan Draco akan ikut latihan Quidditch Slytherin hari ini, bukan karena mereka ingin bertanding dan masuk tim inti, tapi karena mereka ingin berolah raga saja.
Draco tahu tidak adil jika mereka yang disebut sebagai murid tahun ke delapan masih ikut dan masuk dalam tim Quidditch, tanpa mereka saja persaingan untuk masuk ke dalam tim sudah susah, apalagi jika mereka ikut.
Jadi hari ini mereka hanya akan ikut latihan dan memberikan beberapa nasihat di sana-sini, lagipula sekarang sudah tidak ada Potter di tim Gryffindor, jadi mereka punya kesempatan yang lebih besar untuk memenangkan House Cup tahun ini.
"Aku tidak bisa menemukan sarung tanganku." Draco berseru, ia sedang membongkar semua lemarinya dan tidak bisa menemukannya dimanapun.
"Kau sudah liat di kopermu?" Theo bertanya.
Draco bergerak cepat dan menarik kopernya dari bawah tempat tidur dan membukanya, ia melihat kantung hitam kecil dimana ia biasa menyimpan sarung tangan cadangannya, ia punya dua sarung tangan kulit naga, satu ia pakai, satu ia simpan untuk cadangan, mungkin ia meletakkan keduanya di sana.
Saat ia membuka kantung itu, bukan sarung tangan yang ia temukan.
"Woo..hooo..." Theo berseru dari depan pintu begitu melihat g-string berwarna merah keluar dari kantung kecil itu.
Draco terdiam.
Ini celana dalam siapa? Pikirnya dalam hati.
...to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Obliviate
Fanfiction"The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it." -Lois Lowry, The Giver COMPLETED - Mereka bilang ketika orang-orang berubah maka memori tidak akan berubah, tapi bagaimana jika hanya Hermione yang menyimpan memor...