Penghujung Tahun 2014

3.8K 190 32
                                    

Bantu aku membencimu, ku terlalu mencintaimu. Dirimu begitu... Berarti untukku.

Laluna - Selepas Kau Pergi


SEPERTI biasa, aku menyumpal telingaku dengan earphone sambil bergumam kecil lagu yang sedang ku putar. Seperdetik kemudian, bunyi smartphoneku menyadarkan ku dari lamunan semu.

Haris Aryadi
Ra, lo lagi apa?

Zahra Rabbani
Lagi kedip, lo?

Haris Aryadi
Oh, lagi napas gue.
Serius ah.

Entah kenapa, diantara banyak pesan-pesan masuk hanya Haris yang kubalas. Faktor dia temanku yang selama tiga tahun di SMP selalu sekelas atau karena tetangga akupun tak tau. Aku hanya suka saat bibirku berkedut menahan tawa bila berbalas pesan dengannya.

Disaat ia menawarkan dirinya untuk menjemput atau mengantar ku kesekolah aku pun hampir tak pernah menolak ajakannya.

"Wih, jaket Trans tuh?" Ledekku saat ia sampai di Indomart depan sekolah ku.

"Haha, iya dong. Gue mah calon kru disono kan, Ra."

"Ck, kru apaan lo mana ngerti sama soal ngurusin film-film begitu."

"Yailah, lo ngeraguin gue? Guekan udah ditag pasti kerja disana. Sodara gue kan ada yang jadi kru di Trans."

"Heleh, ngareeep," ejekku.

"Iya, katanya gue disuruh maen di acara Dunia Lain kan."

"Hahaha, kok benga dah. Maen di acara begituan bangganyaaa." Tawaku seraya memukul-mukul punggungnya diatas motor.

"Lah iya serius, kita harus mulai semuanya dari nol, Ra." Lawaknya dengan wajah serius yang ku lihat dari kaca spion.

"Oh iya, lo ada yang gangguin lagi gak disekolah?" Tanyanya saat aku sudah berhenti tertawa.

"Ya, gitu deh." Jawabku dengan malas.

Bukan bermaksud sok cantik atau apa, aku sering cerita ke Haris sebagian dari apa yang aku alami sehari-hari. Contohnya, saat aku sering diganggu disaat aku masi menduduki bangku kelas sepuluh di SMK Kesehatan, btw aku mengambil jurusan Farmasi.

"Le, anter gue kekamar mandi yuk?" Ajakku kepada partner yang selalu siap ku ajak keluar kelas, namanya Erlin. Ia pun mengangguk seraya menutup bolpoin gel-nya. Btw, ia dikelas dipanggil bule karena memang wajah putih bersih dan rambut kecoklatan yang ia punya. Ya, walaupun dia tidak ada darah blasteran darimana pun.

Di tengah perjalanan, aku pun melihat banyaknya kakak kelas laki-laki yang duduk dijalan arah kamar mandi. Mereka memanggil namaku, ada yang memberi salam yang ku jawab dalam hati, ada pula yang sekedar bersiul.

Aku pun berjalan cepat agar cepat menyelesaikan niatku ke kamar mandi, bukan maksud takut atau pun menghindar.

Setelah selesai, aku langsung mengamit tangan Erlin dan di tempat yang sama, ada seorang kakak kelas yang mendekatiku dan melihat nametag-ku dengan amat dekat dengan you know lah. Sebelum semakin dekat dan menimbulkan hal-hal yang tak ku inginkan aku pun segera menampar kakak kelas itu. Ya, walaupun hanya pelan dan sedikit rasa takut, ia pun buru-buru mengindar dariku dan diiringi sorakan oleh teman-temannya. Ah, siapa peduli?

Haris pun terdiam saat aku menceritakan tentang itu padanya. Dan lalu berkata,
"Wah wah, belom pernah ngeliat Jawara dari Rawa Belong apa ya? Besok lo gue kasih bacaan-bacaan deh biar cowok gak ada yang gangguin lo," ucapnya seraya menormalkan wajah kagetnya barusan.

"Ah, ogah. Elo mah dukun kan, musyrik."

"Ck, ya udah gue yang bakal jaga lo dari jauh," ujarnya.

Aku pun tersenyum dibalik maskerku.

SESAMPAINYA dirumah, aku melakukan aktivitas ku seperti biasa mulai dari beres-beres rumah, melaksanakan sholat, baca cerita-cerita di dunia oren, dan segala kegiatan lain yang menurutku begitu monoton.

Ya, pasti kalian pikir hidupku ya gini-gini aja. Dari denger lagu, galau, flashback lemah banget kayaknya. Tapi, coba kalian bayangkan dan rasakan. Aku dan Esa yang menjalin hubungan sejak SMP waktu kami kelas delapan. Kami menjalin hubungan manis tersebut hingga sembilan bulan kurang seminggu. Engga itu aja, kenangan kami pun banyaaak dan terlalu manis untuk dilupakan. Hingga saat ini, hampir dua tahun sudah aku masih mengaharapkannya kembali padaku.

Entah saat itu aku sedang iseng atau gabut aku mengambil ponselku yang tergeletak disamping buku-buku atau lebih bisa dibilang Kitab Farmasi yang tebalnya naudzubillah.

"Bantu aku membencimu ku terlalu mencintaimu dirimu begitu..." Entah apa motivasiku update status via BBM kata itu, bila ku pikir-pikir "Alay banget ya gue dulu, jijik sumpah," ucapku dalam hati.

Beberapa menit kemudian, notifikasi pun membanjiri BBM-ku. Entah sahabatku Fania dan Sahila yang mengomentari "Ah flashback mulu lo." atau "Yailah, masih aja, Ra."

Dan yang kulihat chat paling atas itu dia, si Haris. Dia seperti biasa seperti nenek-nenek yang memberi wejangan kiat-kiat move on. Entah bagaimana waktu itu, aku sampai debat hebat dengannya.

Haris Aryadi
Udahlah Ra, gue kenal deket sama Esa. Dia gak bakal mau balik sama lo, dia gak bakal mau yang namanya balik sama mantan.

Zahra Rabbani
Lo sama sekali gak tau apa-apa, Har. Apa salahnya gue berharap walaupun jelas-jelas bertepuk sebelah tangan?

Aku pun langsung mematikan -smartphone-ku dengan mata yang mulai memburam karena menahan buliran air mata.

Aku langsung mengipaskan tangan ke mataku agar buliran itu tidak turun. Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat isya.

Jika tak ada pundak untukmu bersandar, masih ada sajadah tuk tempatmu bersujud. Daripada kau menghabiskan air matamu menangis dibantal, lebih baik terisak mengadu pada-Nya.

Setelah usai melaksanakan solat, aku pun menghidupkan kembali smartphone-ku. Harap-harap cemas, entah apa yang ku cemaskan.

Haris Aryadi
Maaf, Ra. Gue tau gue salah ngomong. Gue cuma gak mau lo disakitin temen baik gue lagi.

Aku lantas tersenyum pedih oleh tutur katanya. Andai hati gue nggak membeku sepeninggal dia pergi meninggalkan gue tanpa alasan yang jelas, pasti gue pun luluh karena tingkah manis lo, Har. Lo tuh ya, di satu sisi bisa naikin mood gue, di lain sisi lo juga mampu menjatuhkan harapan gue. Lirihku dalam hati.

Btw, Haris dan Esa memang berteman baik sejak mereka menduduki bangku SD. Entah karena satu dan lain hal terbentang jarak antara mereka, dan aku tak mungkin membeberkannya disini.


A/n.
Doain aku inget semuanya yaaa.
Maaf kalo awalnya boring, aku susah mengingat, ini juga minta bantuan dia dan teman2 heee.

Chapter awal emang singkat dan boring, tp di next part panjang kok dan banyak humor bertebaran disana!

Choco Berry [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang