2

82 7 0
                                    

Di ruang pojokan sekolah mereka berkumpul, tampak dari wajah mereka ada yang merasa bingung dan bertanya-tanya dan adapula dari mereka yang merasa gugup.

"jujur aja, tadi siapa yang ngerjain cewek di toilet?" tanya rafa sambil menatap orang-orang di depannya. reza yang sedang memainkan handphone nya pun langsung mendongak menatap rafa, tidak biasnya seorang rafa mempermasalhkan masalah sepele seperti ini. 

"sorry fa" jawab doni tidak menatap sosok rafa karena ia tau tentang pribadi rafa.

 "jadi, kami tadi bermaksud ngerjain geng nina karena biasanya juga tiap pagi toilet kayak langganan mereka buat dandan" lanjut ricky tanpa rasa rasa bersalah. 

"eh ternyata kami salah sasaran" lanjutnya. 

Melihat rafa yang terdiam sambil mengepalkan tangannya terlihat marah, reza pun berpikir siapa yang telah mereka ganggu sampai membuat rafa marah. Siapapun juga tidak bisa menyalahkan ricky karena ia belum terlalu mengerti dengan aturan geng tersebut, dia adalah anggota baru. 

"kalian cari data cewek itu, gue tunggu besok" perintah rafa. Ricky yang merasa tidak paham kenapa doni takut dengan rafa merasa aneh, harusnya kan reza yang diikutin perintahnya ini malah rafa. Ricky ingin menyela, namun ialangsung ditarik dari duduknya bergegas keluar dari ruangan tersebut. 

"rick, rafa bukan lah pribadi seperti yang kamu liat dia lebih sekedar itu. di geg ini rafa adalah ketua"

"trus reza siapa?" 

"mereka berdua sama kuatnya, baik dari segi ekonomi maupun fisik. hanya bagi orang-orang tertentu aja yang tau sebenarnya rafa, bahkan kalo dia marah dia lebih menakutkan daripada marahnya reza" 

"oke, gue paham sekarang" jawab ricky sambil mengangguk-angguk.

"sekarang bantu gue nyari cewek tadi" sambil berjalan mendahului dicky.

Ricky dan doni, mereka berdua terlihat kusut. mereka tidak menemukan cewek toilet tadi, karena jangankan tau namanya mereka bahkan tidak sempat melihat wajahnya. dan sekarang detik-detik terakhir bel pulang sekolah. mereka harus nunggu di depan gerbang sebelum siswa-siswa pada pulang dan kebetulannya lagi doni sekelas dengan rafa dan reza. 

Bel berbunyi, doni tampak buru-buru memasukkan semua bukunya ke dalam tas dan tampak rafa berjalan menuju ke mejanya. 

"Dia kelas 12 ipa 3" dan berlalu kembali ke kursinya. Doni sempat terperangah dan ia bersyukur bisa cepat pulang setelah 'bertamu' ke kelas ipa 3. 

*dikelas ipa 3 

"hy ren" sapa doni sambil menepuk punggung rendi. 

"eh, ada apa?" jawabnya cepat ia tidak ingin memiliki masalah dengan salah satu anggota geng reza. 

"tolong kumpulin biodata cewek kelas lo, besok pagi gue ambil" tanpa menunggu persetujuan dari rendi, doni telah melangkah lebar keluar ruang kelas. 

Doni dan ricky tidak biasanya berangkat sepagi ini, apalagi mereka udah duduk-duduk di depan ruang kelas ipa 3. Ya mau gimana lagi, kalo dia ketemu rafa dan belum ada datanya mungkin pulang sekolah dia gak bisa langsung ke rumah, harus mampir dulu ke rumah sakit. Tipe rafa itu, dia tidak akan memukul orang di tempat terbuka apalagi waktu jam sekolah. 

"mana nih si rendi, ni anak mau cari masalah ya?" dia melihat jam di tangannya yang bahkan kurang dari 15 menit lagi waktunya masuk kelas. 

"bener-bener nih anak ya, masuk kelas dulu aja deh. mungkin rafa kasih keringanan sampe nanti istirahat. kayaknya tuh ketua kelas sembunyi di balik guru deh" kata Ricky sambil bangkit dari tempatnya. 

Doni masuk bertepatan saat guru telah masuk ruang kelas, ada seseorang mengetuk-ngetuknya dari belakang karena dia takut rafa jadi dia menoleh ke bangku rafa terlebih dahulu dan lega saat rafa masih di tempat duduknya, baru dia menoleh ke belakang. 

"lo udah dapat datanya, kayaknya tuh anak lagi gak baik deh" tunjuk reza ke rafa. 

"belom, tadi ketua kelasnya gak dateng-dateng lagi. gimana nih rez?" 

"yaudah, waktu istirahat lo langsung aja keluar kelas, nanti gue tahan rafa disini" 

ia bersyukur lega, dan bisa melanjutkan mendengarkan guru dengan sedikit tekanan gak seberat tadi. 

dan reza pun menepati kata-katanya, ia bergegas kabur dari kelasnya. 

"Don, lo disuruh ke ruang pojok sekolah" kata seseorang yang menyusul doni.

dan doni pun bergegas menuju ruang pojok sekolah, dia membuka pintu dan merasa aura aneh disana. Bukan karena apa tapi disana duduk sosok rafa yang membelakangi pintu sendirian. 

"Raf.." panggilnya gak terlalu dekat karena takut langsung diterjang. Dilihatnya tangan rafa mengepal dan tanpa sautan

Possessive and ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang