"KIM MINGYU!"
Mingyu yang sedang asyik tidur di kamarnya pun merasa terusik oleh pekikan tak berperiketelingaan menyapa gendang telinganya yang—biasanya—bebal.
Suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar menuju ke arah kamarnya. Namun, Mingyu memilih untuk tidak menghiraukan.
Brak!
Pintu di banting dengan nyalang, si oknum pembanting langsung menerjang orang yang ada diatas kasur dengan tangan beringasnya, oh, tidak lupa sebuah sikat kayu yang ia bawa-bawa sejak tadi.
"Mingyu, bangun nggak lo!" dengan penuh nafsu ia menyikatkan sikat itu pada tubuh si Mingyu.
"Eh, eh, anjir! Gue bukan wc anjer!"
"Bodo! Bangun nggak lo, bangun!" pekik si tukang bawa sikat tadi yang sekarang kemarahannya telah di ujung tanduk.
"Iya, iya! Ini udah bangun, apaan sih, hah? Rempong banget lo macam emak gue." cerocos Mingyu yang memang tak terima diperlakukan seperti tadi.
"Lo tuh yah! Sempak lo yang ada -sensor- nya itu, ada di kamar mandi! Bersihin!" teriak Dokyeom—si pembawa sikat—nyalang.
Mingyu mengelus daun telinganya, "Iya-iya! Entar gue bersihin, tapi entar siang." Mingyu kembali menarik selimutnya.
Tak ambil pusing, Dokyeom menendang bokong Mingyu hingga ia terjatuh dari kasurnya.
Brugh!
"WOI!"
"Nggak ada tapi-tapian, gue peperin ke muka lu baru tau rasa!"
Dokyeom pun pergi dari kamar mereka dan kembali ke dapur, sementara Mingyu masih sibuk mengaduh dan mengelus pantatnya yang lumayan sakit.
×××
"Mingyu, bersihin ini. Mingyu, ini, Mingyu itu," ejek Mingyu yang sekarang sedang berjongkok di lantai kamar mandi sambil menyikat celana dalam berwarna putih miliknya dengan suara menyebalkan, mengejek gaya bicara Dokyeom.
Setelah selesai membersihkan noda itu dari celana dalamnya dan menjemurnya, Mingyu pun melangkahkan kakinya ke dapur.
Niatnya ingin mencari makan, namun ia harus bertemu dengan Dokyeom di sana.
"Masak apa lo, ler?" sapa Mingyu, ia menarik kursi untuk ia duduki.
Dokyeom menyeringai keji, "Nasi goreng spesial buat elo, Ming. Mumumumu." Dokyeom memaju-majukan bibirnya ke arah Mingyu, membuat Mingyu bergedik ngeri.
"Si anjeng, jijik, gob!" umpatnya sembari bangkit dan berjalan menuju kulkas.
"Ya elo bacot, njing!" balas Dokyeom tak mau kalah.
Mingyu mengeluarkan sekotak susu coklat segar dari kulkas, "Ya bodo sih." balas Mingyu.
Kini ia—Mingyu—tengah menuangkan susu coklat tadi ke dalam dua buah gelas yang telah ia siapkan sebelumnya.
Dokyeom pun selesai dengan apa yang ia buat dan menyajikannya di atas piring.
Mereka pun makan bersama tanpa bacotan unfaedah.
×××
Hari ini hari sabtu, itu berarti Dokyeom libur kerja dan Mingyu libur kuliah. Yeah, Mingyu dan Dokyeom adalah dua sahabat idiot yang memutuskan untuk tinggal dalam satu apartement dan mencoba untuk hidup lebih mandiri tanpa orang tua, walaupun beberapa keperluan hidup tetap di tanggung oleh orang tua mereka.
Kim Mingyu adalah anak dari pengusaha kaya raya di Seoul, sedang kan Lee Dokyeom sendiri anak dari Presiden Direktur di perusahaan yang diwariskan oleh kakeknya.
Walaupun mereka adalah anak dari orang kaya, namun, mereka tidak pernah pergi ke sekolah menaiki mobil mahal ataupun memakai pakaian bertarif jutaan ribu won. Mereka bahkan menggunakan bus dan lebih memilih bersepeda ketimbang menaiki mobil atau motor yang di sediakan oleh orang tua mereka.
Tak ingin sombong, alasannya. (najis gue ngakak nulisnya)
"Haah, lelah gue, gabut njer!" keluh Dokyeom yang tengah berjalan ke arah Mingyu yang tepar di ruang tengah lalu menumpukkan badannya di atas tubuh Mingyu.
"Allahu, makan apa lo anjir, berat! Banyak dosa lo!" keluh Mingyu yang badannya di tindih oleh Dokyeom.
"Bangsat! Lo kali banyak dosa, badan gue ringan gini lo kata banyak dosa!" ujarnya yang kini telah menarik tubuhnya dari atas tubuh Mingyu.
Mingyu berputar, berganti gaya tidur telungkupnya menjadi telentang.
"Mi—"
ADA TAMU WOI, BUKAIN!
Jangan kaget, itu suara bell apartement mereka yang telah di setting ulang.
Iseng memang, namun itu yang membuat mereka tahu, bahwa yang di tekan bell nya adalah pintu apartement milik mereka.
"Bukain, gih!" titah Mingyu yang kini telah meringkuk di lantai.
"Cot!"
Dokyeom pun berlari tergesa-gesa ke arah pintu, tanpa melihat ke arah intercom ia langsung membuka pintunya dan mendapati Hyorin noona—kakaknya Mingyu—berdiri di depan pintu apartement mereka, melambaikan tangan dengan senyum cerahnya tak lupa juga ia membawa anak laki-lakinya yang telah berumur lima tahun.
"Kalian nggak lagi sibuk, 'kan?" tanya Hyorin tanpa basa-basi.
"Eum ... Iya, kita lagi gabut malah nih, ehe. Kenapa ya, noon?" tanya Dokyeom yang sekarang melirik dan mengedipkan matanya pada Ki Yong—anaknya Hyorin noona—yang tengah tersenyum usil pada Dokyeom.
"Noona nitip Ki Yong disini, yah?"
Dokyeom memaksakan untuk tetap tersenyum,
"Nde?"
Dan cerita yang sebenarnya pun baru di mulai.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] The Baby
FanfictionGimana kalo Seokmin dan Mingyu harus menjadi orang tua dadakan untuk bocah berumur lima tahun yang dititipkan kakaknya Mingyu ke apartement mereka dan udah hampir satu minggu nggak balik-balik buat jemput anaknya. "Dia lulus tk besok, lo harus danda...