Annaya Karenina[TAHAP REVISI]

Satu

Annaya Karenina.
Hari ini adalah hari ke-102 mama terbaring di rumah sakit. Dokter bilang, katanya mama akan segera pulih. Entah itu hanya untuk menyenangkan hati Naya atau bukan. Yang pasti, Naya teramat ingin mendengar mama memanggil nama Naya dan menjalankan hari hari seperti biasanya bersama mama.

Mama bangunlah, aku merindukanmu. Sangat sangat merindukanmu.

Tak ada permintaan lain kepada Allah saat ini melainkan kesembuhan mama. Banyak hal yang ingin Naya ceritakan. Berbagi keluh kesah, bercanda denganmu, jalan jalan bersamamu, menikmati gado gado kesukaan mama, Naya rindu itu. Sangat rindu. Tidak ada lagi gelak canda tawa keluarga kita. Naya lebih banyak berteman dengan sunyi dan sepi. Saat ini, Naya seperti buih di lautan, terombang ambing, hanya mengikuti kemana gelombang akan membawa. Naya butuh bimbingan mama dan marahnya mama. Naya butuh senyuman mama. Naya butuh semuanya. Butuh sekali.

Mama bangunlah, apa mama tak sedikitpun merasa kasihan?

Tak terasa air mataku jatuh satu per satu. Ku raihnya tangan mama dan menciumnya sepenuh hati, mengingat kembali dengan jelas peristiwa yang sama sekali tak kuduga akan terjadi. Andaikan Naya bisa mengetahui semuanya sebelum terjadi, mungkin aku tidak akan melakukannya waktu itu. Waktu yang membuat Naya takut setengah mati. Takut sekali. Kejadian naas itu sungguh selalu menghantui Naya setiap hari, datang tanpa mengenal waktu sedikit pun. Naya takut sekali, mama. Kejadian yang membuatmu seperti ini, tidak sadarkan diri.

Oh iya, besok mama ulang tahun yang ke-55 dan besok juga hari pertama Naya sekolah. Entah mama suka atau tidak dengan hadiah yang akan kuberikan besok. Air mataku tiba tiba terjatuh lagi saat mengingat setiap kali melintasi toko toko butik yang ada di dekat pasar, Mama selalu saja melirik salah satu baju di sana. Walau mama tak pernah berkata apa apa, Naya mengerti bahwa mama sebenarnya ingin sekali memilikinya.

Tbc