Lumina POV
Dentuman high heels setinggi lima sentimeter menggema disepanjang koridor Rumah Sakit. Ada beberapa agenda dan berkas lainnya yang kugenggam di tangan kananku, sementara tangan yang satunya lagi menjinjing tas Gucci abu-abu. Bau obat-obatan menusuk tajam di hidung setiap orang yang memasukinya. Para perawat yang berpapasan denganku menyapa sopan. Sebagian dari mereka ada yang mendapatkan shift malam, aku tahu itu sebab raut wajahnya nampak letih sekali dengan kantung di bawah kelopak matanya. Aku sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini. Para perawat itu persis seperti zombie tetapi mereka pintar menutupinya dengan riasan wajahnya, terlebih lagi perawat perempuan.
Aku membuka pintu ruang praktik kedokteranku, tempat dimana aku membangun relasi dengan pasien. Tertera namaku di depan sana.
Dr. Lumina Miquella Callie,
SPECIALIST in ORAL & MAXILLOFACIAL SURGERY
Ya, aku merupakan seorang dokter spesialis yang menangani hal-hal yang berkaitan tentang perawatan kelainan di rongga mulut seperti gigi bungsu yang terpendam atau tumbuh miring, implant gigi, kecelakaan yang menyebabkan patah tulang rahang dan sebagainya. Jadi bila kau mengalami hal-hal yang kucantumkan di atas, silahkan datang dan berobatlah kepadaku.
TOK TOK TOK. Seseorang mengetuk pintu ruang praktikku.
"Silahkan masuk." Kataku pada seseorang diluar sana.
"Selamat pagi dokter. Bagaimana kabarmu?" Ujar seorang perawat perempuan masuk. Amber, panggil saja begitu. Ia berasal dari Jerman dan memiliki aksen yang sangat unik. Dia lucu, dan aku menyukainya. Lalu Amber berjalan kearahku untuk menyerahkan sesuatu.
"Selamat pagi, Amber. Kabarku baik. Bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat, dokter. Aku sangat sehat. Baiklah, ini daftar pasienmu hari ini beserta riwayat penyakit mereka" Sahutnya sambil menyerahkan berkas tersebut.
"Apakah hari ini ada pasien yang harus ku operasi?"
"Untuk sekarang kau hanya ada jadwal untuk operasi kecil, dok. Kau bisa melihat siapa pasienmu di daftar itu."
Aku mengangguk pelan. "Baiklah. Terimakasih Amber. Sudahkah kau sarapan pagi ini?" Tanyaku lagi, basa-basi.
"Memangnya ada apa, bu? Aku akan berkata 'Belum' jika saja kau akan mentraktirku sarapan pagi." Candanya.
Aku berdecak. "Yang benar saja. Itu tidak akan terjadi jika kau masih disini. Sana lanjutkan pekerjaanmu."
"Hanya bercanda, bu. Mana mungkin aku seperti itu bukan?"
"Kau memang seperti itu, Amber."
"Hanya bercanda, bu." Ulangnya lagi.
"Aku tahu itu." Aku tertawa kecil.
"Aku keluar dulu. Akan kupanggilkan pasien pertamamu pagi ini. Bersiaplah dokter. Semoga harimu menyenangkan." Amber berjalan keluar dan menutup pintu.
"Ya, kau juga." Gumamku setelah punggung Amber sudah tidak terlihat lagi.
Baiklah. Siapa yang akan mendapatkan perawatan hari ini?
Aku membaca daftar pasien yang sudah memiliki janji denganku. Syukurlah hari ini pasienku tidak terlalu banyak, sehingga aku bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Ava. Hanya ada enam orang yang menunggu untuk diobati. Rata-rata hampir semuanya memiliki kelainan pada pertumbuhan gigi mereka. Ada juga pasien yang hanya akan mengontrol tumor yang ada di bagian lehernya. Dan perawatan posisi rahang yang tumbuh tidak tepat ke posisi yang diinginkan - aku harus bekerja sama dengan dokter spesialis Ortodonsia untuk mengatasi hal yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate To Loving You
RomanceAku berjalan sendirian, menelusuri hitam putihnya kehidupan. Terkadang, apa yang di rencanakan tak sesuai dengan angan - angan. Aku masih ingat bagaimana relief wajah tampan lelaki itu. Lelaki yang hanya bisa berjanji tapi nyatanya ingkar. Pergi tan...