Hana hanya melihati apapun yang Dave lakukan didepannya bak mandor yang sedang mengawasi anak buahnya agar jangan sampai lalai dengan tugas yang telah diberikan. Bedanya, apapun yang ia interupsikan, Dave memutuskan untuk pura-pura tuli.
"Kamu mau bawa barang apa lagi, Pearl?" Dave menyelesaikan pekerjaannya dengan menutup risleting kopor extra besar milik Hana.
Di tempatnya duduk, Hana hanya menatap tajam kearah Dave. Hatinya merasa tersayat melihat penampilan Dave yang jauh dari kata layak. Peluhnya berjatuhan dari keningnya menuju lehernya. Kemejanya sendiri juga sudah basah dikarenakan keringat-keringat itu.
"Kemasin semua barang di rumah ini dan aku tetep gak akan pergi barang satu langkahpun." Kata Hana final.
"Pearl, please." Dave memelas. "Kamu tahu kalau keadannya udah gak sama lagi."
"Kamu pikir aku perempuan macam apa yang ninggalin kamu saat kamu kesusahan?"
Dave berdiri dari tempat ia berjongkok lalu mendatangi Hana dan duduk di sebelahnya. Tangannya mengusap lembut puncak kepala Hana. "Aku gak lagi kesusahan. Semua ini Cuma... keadaan yang sedikit berbeda dari biasanya." Kemudian ia memasang senyuman lebar pada wajahnya.
Mata Hana mulai berkaca-kaca. Sekeras mungkin ia berusaha untuk tidak membiarkan air matanya jatuh. "Gak kesusahan kamu bilang?" Kata Hana tercekat. "Ribuan karyawan kita nganggur. Perusahaan kita pailit. Dan itu namanya bukan kesusahan?" Suara Hana meninggi.
Lagi, Dave tersenyum. Seolah ia sedang disambut pelangi dengan berbagai spektrum warna meski sebenarnya yang menyambutnya adalah hujan lebat dengan kilat dan petir. "Semuanya milik Allah, Pearl."
Hilang sudah pertahanan Hana. Tangisnya pecah. Sekonyong-konyong, Dave mendekap erat Hana. memastikan kepada wanita yang paling ia cintai itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Diluar sana hanya ada orang iseng yang lagi mempermainkan kita. Aku hanya minta dua hal sama kamu." Dave membuang napas berat. "Pertama, tolong kamu jaga Kyra dan Jamie dan tentunya diri kamu sendiri untuk tetap sehat dan aman. Aku minta maaf untuk sementara ini aku gak bisa nemenin kamu buat jagain anak-anak."
Tangis Hana tambah pecah. Rasanya seperti Hana akan ditinggal perang oleh Dave dan akan digentayangi rasa was-was apakah Dave akan kembali dengan selamat ataulah tinggal nama.
"Kedua, aku mohon sama kamu untuk percaya sama aku. Apapun yang orang lain beritakan ke kamu tentang aku, aku mohon sama kamu untuk tetap berpikir positif. Dengan kamu mengabulkan dua permintaan aku itu, aku udah merasa kalau kamu sedang mendampingi aku. Aku udah merasa... kalau kamu sedang menyemangati aku. Jadi aku mohon, kabulin permintaan aku."
"Tapi aku mau raga aku juga mendampingi kamu, Dave." Hana bicara tidak jelas. Namun anehnya Dave masih bisa menangkap apa yang Hana katakan.
Dave terkekeh. Entah apa yang dirasa lucu. "Mereka hanya ingin aku sengsara. Mereka akan melakukan apapun supaya aku sengsara. Bahkan meski itu artinya adalah menyakiti kamu, Kyra dan Jamie. Dan itu... adalah ketakutan terbesar aku."
Dave melepas pelukannya. Ia memegang kedua sisi kepala Hana sehingga Dave bisa melihat jelas wajah Hana. Perlahan Dave menghapus air mata yang berjatuhan itu dengan ibu jarinya. Setalah mata Hana kering dari air mata tangisannya, Dave kemudian merapikan rambut Hana. "Kasih aku waktu. Aku janji akan mengambil semua apa yang telah mereka renggut. Selama kamu dirumah Mama dan Papa, aku gak bakal hubungi kamu. begitupun juga kamu. Berjanjilah kalau kalian akan tetap sehat dan selamat karena hanya kalian yang bikin aku semangat."
Dalam linangan air mata yang lagi-lagi keluar, Hana akhirnya mengangguk setuju. Jadi karena inilah mengapa Dave bersikeras ingin mengembalikan Hana ke rumah orang tuanya. Dave hanya tidak mau keluarga kecilnya sampai kenapa-kenapa dan memang hanya inilah yang bisa Dave lakukan supaya keluarga kecilnya tetap aman.
"Kita kemas barang-barang Kyra dan Jamie sekarang?" tanya Dave.
Hana memberikan anggukan sebagai jawaban.
Malam itu, setelah mengemas barang-barang yang akan dibawa, mereka memutuskan untuk tidur bersama di ranjang Dave dan Hana. Keempatnya cekikikan mendengar cerita Kyra dan Jamie di sekolahnya. Hanya cekikikan itu yang memenuhi ruangan sementara diluar rumah sedang hujan. Mereka mendekap satu sama lain dalam kehangatan.
Semua ini akan berlalu. Dan semuanya akan baik-baik saja
TERIMAKASIH SUDAH VOTING
BAKED HEART sudah tamat, Go read them!!
YOU ARE READING
Nobody's Like You season 2
RomanceSequel of Nobody's Like You Hana bersama kedua anaknya-Kyra dan Jamie- kini harus berjuang disaat perusahaan Gradeva Gitara terpuruk. Sementara Dave pergi untuk melalukan hal yang perlu dia lakukan guna memperbaiki semua yang sedang rusak. Dalam tem...