Rena dan Deva dan Sepak Bola

123 12 1
                                    

Di suatu masa, hiduplah seorang siswi kelas 11, bernama Rena. Anaknya kurus, pendek dan item. Di sekolah, Rena termasuk murid yang biasa aja. Dia payah di pelajaran matematika, dan hampir nggak punya kelebihan, kecuali bakat menggambar.

Pernah, waktu ulangan matematika, saking nggak bisa jawabnya, Rena malah menggambar wajah gurunya di lembar jawaban. Hasilnya, Rena mendapat nilai -1. Iya, dalam pelajaran matematika, Rena bahkan dianggap tidak pantas mendapat nilai 0.

Selain nilainya yang parah, hampir setiap hari, selama setahun setengah bersekolah di SMA, dia nyaris selalu dibully oleh teman-temannya. Sampai suatu ketika, ada seorang siswi baru yang menyelamatkannya. Seorang cewek manis yang tingkahnya kayak preman, namanya Widi.

Waktu itu, Rena lagi diganggu sama Genk Genma, Gendut Manis. Terdiri dari 3 cewek gembrot tapi merasa manis. Padahal nggak sama sekali. Si ketua genk, nekling kaki Rena sampai jatuh. Lalu dua anggota lainnya menginjak-injak badan Rena, pura-pura nggak tau kalo Rena ada di sana.

Saat itulah, Widi datang. JENG! JENG!

Widi anaknya tinggi (jelas lebih tinggi dari Rena), kulitnya sawo matang, badannya bagus kayak atlet renang, dan rambutnya hitam sebahu.

"APA-APAAN KALIAN! STOP!" Widi membantu Rena berdiri, baju Rena udah compang-camping, dan rambutnya berantakan.

"SIAPA LO? JANGAN MACAM-MACAM SAMA GENK GENMA." Bentak si ketua genk, sambil melangkah maju, ingin menjambak rambut Widi.

Namun, Widi yang tampangnya manis dan lemah lembut itu, dengan gesit menghindar, lalu mendaratkan lututnya ke perut besar si ketua genk. Cewek gembrot itu langsung terkapar di aspal, mulutnya berbusa, dan kejang-kejang. Kedua anak buahnya cuma bengong.

"Kenapa bengong?" Tanya Widi. "Buruan, urus ketua kalian ini. Dan jangan berani-berani ganggu Rena lagi." Bentak Widi sangar.

Kedua anak buahnya pun membantu si ketua berdiri.

Widi mengacungkan tinjunya ke udara, membuat cewek-cewek gembrot itu lari kocar-kacir, lalu Widi berteriak kepada mereka. "Ya bagus, larilah yang kencang, selamatkan diri kalian. Dasar babi-babi gila jelek gembrot terkutuk!"

"Makasi ya." Ujar Rena. "Iya, mulai sekarang lo nggak perlu takut. Ada gue!" Seru Widi.

Begitulah. Sejak itu, Rena nggak pernah dibully lagi. Kalau ada yang berani ngebully, Widi langsung menghajar mereka tanpa ampun.

Anehnya, setelah nggak pernah dibully lagi, Rena tetap saja murung. Widi pun bertanya. "Lo kenapa sih? Naksir cowok?" Celetuk Widi iseng.

Di luar dugaan, Rena mengangguk. Rena pun bercerita bahwa sudah setahun ini, dia suka sama kapten tim sepak bola sekolah, namanya Deva. Deva anaknya tinggi dan putih. Berkat rajin main bola, bodynya jadi atletis, dan perutnya kotak-kotak. Kerenlah pokoknya, kayak artis Korea. Nggak heran Rena suka. Dan perasaan itu semakin bertambah, ketika Deva mendatangi Rena dan minta tolong untuk dilukiskan foto keluarganya.

Dengan senang hati, Rena pun melukis pesanan itu sebaik mungkin, belum pernah dia melukis seserius ini. Bahkan sampai lehernya sakit, dan lupa makan.

Seminggu kemudian, masterpiece Rena pun jadi. Sebuah lukisan yang nyaris sempurna, campuran warnanya indah, paduan antara realis dan abstrak. Dalam lukisan itu, ketiga anggota keluarga Deva tersenyum bahagia. Benar-benar mirip dengan aslinya, bahkan lebih bagus.

Rena memberikan lukisan itu dalam keadaan terbungkus koran, Deva menerimanya. "Makasi ya, Na."

"Iya," sahut Rena.

Baru besoknya Deva datang lagi ke kelas Rena, dan memuji lukisannya. Deva tersenyum, namun matanya berkaca-kaca. Katanya, lukisan Rena memberi keajaiban. Kedua orangtua Deva yang awalnya ingin bercerai, jadi mengurungkan niat mereka itu. Mereka terharu melihat lukisan keluarga yang dilukis oleh Rena, di dalam lukisan itu, mereka terlihat sangat bahagia.

Prekuel GalaupreneurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang