-HAPPY READING-
⏳
Pukul 02:00 sore. Bel sekolah SMA HARAPAN BANGSA.
Berdering keras berulang kali, menandakan bahwa jam akhir pelajaran telah usai. Dan di sambut ratusan siswa siswi SMA HARAPAN BANGSA.
Mereka terlihat berhamburan keluar dari kelasnya.
Dari lantai satu, dan dua saling berlarian turun ke lantai bawah, bagaikan semut hitam yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan.Terlihat gadis manis berambut hitam dengan pakaian seragam olahraga. Karla Anditiya. Telah Berdiri di tengah lapangan 15 menit yang lalu, memainkan sebuah remot kontrol yang tersambung ke pesawat modelingnya, yang saat ini sedang melayang di atas langit.
Pesawat mini yang baru saja ia beli, seminggu yang lalu.
Tatapannya menatap arah pesawat modelingnya di atas teriknya matahari sore yang begitu menyengat, yang diharuskannya menyipitkan matanya, agar tidak terkena sorotan cahaya.Karla juga tidak memperdulikan suara bel pulang sekolah yang berdering keras.
Karla begitu menikmati ekstrakulikuler nya itu yaitu Aeromodeling, dimana hari ini Karla berlatih mengendalikan pesawat dengan remot kontrol di tangannya, dia benar benar tak ingin melewatinya, karena ini adalah hal pertama yang Karla lakukan saat mengikuti ekstrakulikuler Aeromodeling di sekolahannya. Menerbangkan Pesawat Mini miliknya untuk pertama kalinya.
Terdengar pula intruksi dari seorang pria bertubuh kekar dan berkacamata yang berdiri tidak jauh darinya. Pak Udin pelatih ekstrakulikuler Aeromodeling sekaligus guru Seni budaya di sekolahannya."Fokus sama pesawatnya, jangan meleng. Jaga kesetabilannya!" intruksi dari pria di sebelahnya terdengar di telinga Karla.
"Iya Pak. " Karla mencoba menyeimbangkan pesawatnya yang terombang ambing oleh angin dengan tombol kontrol di tangannya yang sudah ia pelajari tekniknya sebelumnya.
Tatapannya kembali menyipit saat dirasakan sinar matahari menyorot ke arah matanya.
"Karla, nanti kalo kamu mau landas. Hati hati, perhatikan arah angin datangnya dari mana. Fokus!. ini kan pertama kalinya kamu mau landas, kurangi power secara perlahan jangan menggunakan stick sebelah kanan untuk menurunkan peswat model kamu nanti, kurangi saja throttlenya, pesawat model kamu nanti akan melayang sendiri, kalau pesawat model kamu sudah ada di ketinggian 1,5 meter, potong atau nolkan throttle. Paham!" seru Pak Udin dengan tangannya yang terus bergerak mencoba mengintruksi.
"sebelum pesawat menyentuh tanah, naikin hidung pesawat pada detik terakhir sehingga semua tiga roda menyentuh tanah pada saat yang bersamaan. Tunggu hingga pesawat model berhenti dengan sendirinya. Paham?! ." kembali intruksi dari Pak Udin dengan sedetail detailnya.
Karla hanya menganggukan kepalanya isyarat bahwa ia paham akan instruksi yang diberikan oleh pak Udin.
Karla tau betapa berat resiko menjadi seorang pilot untuk menerbangkan dan melandaskan pesawatnya, lengah sedikit akan mengakibatkan kecelakaan fatal, bisa bisa pesawat modelingnya akan jatuh ke tanah karena tidak terkontrol, dan akan hancur atau kecelakaan, bisa juga mengenai orang di sekitarnya kalau tidak hati hati.
Karla hanya mengangguk anggukan kepalanya saat Pak Udin kembali memberikan instruksi.
Karla kembali fokus ke arah pesawatnya dan tangannya yang masih mengutak atik tombol remot kontrol.
"La, panas nih. Yuk istirahat" terdengar suara ajakan dari gadis berpipi chubby yang tiba menghampirinya. Fanessa sahabatnya sekaligus teman aeromodeling nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG DI HARAPKAN
Teen FictionKarla menelan ludahnya ketakutan, tangannya mulai dingin, dan wajahnya memucat. Tanpa basa basi, segera ia beranjak dari duduknya, dengan tubuhnya yang sempoyongan lemas karena saking takut dan gugupnya. "Mau kemana lo?" tanya Dani melihat Karla b...