Ayu sudah terbaring selama hampir satu minggu sejak kunjungannya ke rumah Calum. Setelah Ayu pingsan waktu itu, Keke dan Shere langsung memanggil kembali Om Calum yang ternyata masih berdiri cengo di teras rumahnya. Calum bilang, nggak tahu jalan ke warung.
Akhirnya dengan bantuan Om Calum, Ayu berhasil sampai rumahnya di temani Keke dan Shere. Dan baru siuman pada pukul delapan malam.
Selama satu minggu itu, Shere dan Keke selalu rajin datang menengok Ayu sambil membawakan tugas-tugas sekolah. Itu sebenarnya ide Bunda Keke.
Tante Vicky bilang, mereka kan sudah kelas sembilan jadi harus rajin belajar. Kalau Ibu Ayu sih, terserah Ayu-nya saja. Asal Ayu bisa lulus.
Nggak ada yang tahu kenapa Ayu sampai tetap bertahan diatas kasur selama itu. Padahal Ayu nggak demam atau apapun. Cuma Ayu dan Tuhan yang tahu, alasan di balik itu.
"Yu, tadi pagi Om Calum sms gue. Katanya--kalo mau--les sesi selanjutnya besok, di rumah dia." kata Keke yang lagi duduk sambil baca novel di samping Ayu, di atas ranjang.
Ayu seketika duduk dan menatap Keke kaget. "Terus lo jawab apa?"
"Belum gue bales."
Sesi les selanjutnya. Ayu tertawa dalam hati mengulang kalimat itu. Hari pertama yang seharusnya di pakai les waktu itu saja malah mereka habiskan dengan hal nggak jelas. Ayu nggak bisa membayangkan gimana sesi kedua dari 'les' ini.
"Ya udah, besok kita kesana. Sekalian gue mau tanyain tentang Logaritma. Gue lupa lagi rumusnya." timpal Shere yang sedang tengkurap di lantai sambil nonton live streaming band favoritnya 5 Seconds of Summer di media sosial Instagram.
Belakangan, band asal Australia yang beranggotakan empat orang pemuda itu sering ngode ke fansnya tentang album ketiga mereka.
"Gue nggak yakin mau ikut," kata Ayu dengan ekspresi takut di wajahnya. Keke melirik Ayu tanpa mengatakan apapun, hanya menunggu Ayu untuk melanjutkan kalimatnya. "Gue rasa, Om Calum kerasukan penunggu rumah itu deh."
Sontak Shere menengokkan kepalanya dengan cepat ke arah Ayu. Pipinya tiba-tiba menggembung, dan beberapa detik kemudian tawa Shere pecah. Menggema di semua penjuru kamar Ayu. Ayu dan Keke menatap Shere seolah syaraf di otak anak itu tiba-tiba konslet.
"Kalo menurut gue, Om Calum punya kepribadian ganda." timpal Keke dengan wajah datar. Dan hal itu membuat tawa Shere semakin keras saja. Sampai-sampai kaca jendela kamar Ayu bergetar.
"Ka... haha... lian... pasti... haha... kena... efek... haha... jamur!" Shere tertawa sampai meringkuk sambil memukul-mukul lantai kamar.
Karena Ayu sudah tidak tahan dengan tawa nyebelin Shere, akhirnya dia turun ke lantai lalu membekap wajah Shere dengan bantal. Shere mati-matian melawan. Tangannya menggapai-gapai berusaha menyingkirkan bantal itu dari wajahnya. Tapi tekanan dari tangan Ayu sangat kuat sampai tiba-tiba Shere diam. Kehabisan nafas.
Waduh.
Mati.
Gua bunuh anak orang.
Ayu mengangkat bantalnya dari wajah Shere yang sudah sangat merah. Ayu menunduk diatas wajah Shere, berniat memberikan temannya itu nafas buatan. Tapi tiba-tiba Shere mendorong wajah Ayu menjauh.
"Wah, mau ngapain lu?!" tanya Shere horor. Mata cokelat gelapnya melotot menatap Ayu.
Ayu menyeringai jahil, "Mau kasih lo nafas buatan. Gue kira lo mati."
"Dasar bego. Orang mati nggak bisa di kasih nafas buatan!" semprot Shere.
Diatas tempat tidur, Keke hanya menggelengkan kepala tanpa mengalihkan pandangan dari novelnya yang berjudul Kiki Strike karya Kirsten Miller. Keke nggak rela melewatkan awal seru dari novel itu dimana si pemeran utama menemukan sebuah terowongan misterius hanya demi tingkah bodoh teman-temannya.
---
Dia hampir satu minggu berada 'didalam' tubuh Calum. Dan mulai terbiasa dengan segala hal bentuk kegiatan manusia, termasuk makan, minum, dan tidur. Karena semasa jadi arwah dia nggak pernah merasa lapar, haus atau mengantuk didalam cincin itu.
Tapi ada beberapa masalah yang belum bisa dia selesaikan, salah satunya bekerja. Dia nggak tahu dimana dan apa pekerjaan Calum. Dia sudah mencari hal apapun di kardus-kardus barang yang berhubungan dengan pekerjaan Calum. Tapi hasilnya nihil.
Nggak mungkin dia nanya ke arwah Calum. Calum pasti nggak akan mau jawab.
Dia lalu berpikir, nggak mungkin kalau si Calum itu pengangguran. Selama ini, dari mana Calum dapat uang untuk makan kalau nggak punya pekerjaan.
Selain masalah pekerjaan, hampir setiap hari, sebuah benda persegi panjang pipih yang terus berbunyi nyaring menampilkan sebuah tulisan "Lidya memanggil". Tapi lama kelamaan bunyi itu akan berhenti sendiri.
Dimasa dia hidup dulu, nggak ada benda kayak gitu. Makanya dia bingung apa nama dan bagaimana mengoprasikannya. Semua benda-benda di abad ini benar-benar membuat dia pusing. Eh, dia bahkan nggak tahu abad berapa ini.
Rencananya, hari ini dia akan bertanya kepada anak-anak yang kemarin minta les--tapi nggak jadi--itu bagaimana menggunakan benda-benda modern di rumah ini. Walaupun resikonya, dia mungkin bakal di bilang ketinggalan zaman.
Yang di bilang ketinggalan zaman kan si Calum, bukan gue.
Hehe.
"Lo lumayan juga ya Cal," kata dia pada cermin besar di hadapannya. Dia meraba rambut hitamnya, lalu turun ke pipi dan akhirnya sampai ke tubuh Calum yang atletis. "Walaupun badan gue nggak sebagus ini dulu, tapi gue masih lebih ganteng dari lo."
Tanpa dia duga, tiba-tiba tangannya menjambak keras rambutnya sendiri. Dia yakin, itu bukan dia. Mulutnya terbuka lebar, lalu sebuah suara serak keluar dari sana.
"Khe... luar... lo... dari... tubuh... gue... aaarrrrgh!"
Dia pun melawan gerakan badan yang di duga di kendalikan oleh roh pemilik asli tubuh itu. "Badan ini... sekarang... milik... gue!"
"Siapa lo... hah?" Calum berusaha melepaskan cincin terkutuk di tangannya. Tapi seperti dua orang bertengkar dalam satu tubuh, dia sendiri melawan.
"Lo nggak... perlu tahu!"
Mereka masih terus bergulat seperti dua manusia pada umumnya, cuma bedanya orang ini bergulat sendiri. Calum asli berusaha sangat keras mengeluarkan setan laknat yang memasuki tubuhnya, dengan menjambak-jambakkan rambut sendiri. Walaupun usaha itu tetap sia-sia.
Teng tong!
Suara bel rumah berbunyi. Calum melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore. Roh Calum kembali melancarkan serangan-serangan ke tubuhnya sendiri, seperti; menampar pipi, menutup lubang hidung, dan lainnya. Tapi tetap saja, arwah itu sudah terlalu mendambakan kehidupan. Dia tidak mau kembali terjebak pada cincin itu.
Calum melihat sebuah pemukul baseball di kolong lemari. Tangannya meraih tongkat berat itu dan hampir saja memukulkan nya pada tubuhnya saat pintu kamar di dobrak terbuka.
"OM!" teriak seorang gadis. Calum melihat ke arah pintu dan melihat tiga orang gadis disana.
Roh asli Calum langsung mundur dan membiarkan arwah itu kembali menguasai tubuhnya. Calum nggak bisa membiarkan anak-anak itu lihat apa yang sedang terjadi. Mereka adalah sumber uangnya yang baru, Calum nggak mau mereka ketakutan dan akhirnya nggak jadi les sama dia.
Kasih mereka les yang bener! bisik Calum pada arwah didalam tubuhnya.
"Om, kau nggak apa-apa?" tanya yang berambut paling panjang, dan logat batak. Diantara ketiganya cuma dia yang tampak khawatir, sisanya cuma melihat dia dengan pandangan horor.
***
Lashtonhemwinaf as Lidya 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Calum
Fanfiction[Misteri] [Horor] [Komedi] Di rumah barunya, Calum nggak sengaja menemukan benda yang membuat dia kerasukan arwah yang ngebet ingin hidup kembali. Tiga remaja labil yang awalnya akan menjadi murid Calum ini, mau nggak mau harus membantu Calum mengel...