Rahim yang melahirkan TNI

1.1K 5 0
                                    

Rahim yang Melahirkan TNI

oleh letjen. TNI(Pur) Z A Maulani

Perang Asia Timur Raya-Dai Toa no Senso-pecah diawali dengan serangan armada laut dan udara kekaisaran Jepang ke Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. Jepang terpancing oleh provokasi presiden Franklin Roosevelt yang mengeluarkan perintah untuk melakukn embargo atas seluruh perdagangan antara Amerika Serikat dengan Jepang terhitung mulai bulan Oktober 1941. Sejarah ke mudian mencatat perintah embargo itu tidak lain dalam rangka memancing kemarahan Jepang. Serangan terhadap pangkalan angkatan laut terbesar di Pacifik tersebut ditujukan untuk menghancurkan Armada Amerika Serikat yang ditugasi untuk melakukan blokade terhadap pasokan minyak bumi dari Asia Tenggara ke Jepang, terutama dari ladang-ladang minyak milik Teikoku oil Company di Kalimantan Timur (JM Robert, “History of The World,Oxford University Press,New York, 1992). Dalam tempo kurang dari satu jam “Pacific Fleet” Amerika itu luluh lantak jadi puing. Dengan serangan itu pula “Dai Toa no Senso” dimulai. Armada kekaisaran bergerak sangat cepat. Pada 26 Desember 1941 sebuah flotila telah berada di lepas pantai Miri, kota pertambangan minyak di negeri Serawak. Bala tentara kekaisaran Jepang mendarat di Kalimantan nyaris tanpa perlawanan.Setelah menyerang Davao di Filipina pada tanggal 12 Desember 1941, dua minggu kemudian pada tanggal 26 Desember 1941 Davao jatuh, dan panglima tentara Amerika di Filipina jenderal Mc.Arthur berhasil meloloskan diri melalui Corrigedor ke Australia, dengan kata-kata bersayapnya, “I will Return”.

Dari Filipina pasuan depan balatentara Jepang menyerang ke Tarakan dan Balikpapan dan merebut kedua kota minyak yang jatuh pada 24 Januari 1942. Dari Balikpapan dengan mengikuti jalan setapak pasukan depan balatentara Jepang dengan menggunakan sepeda bergerak dengan cepat ke arah selatan menuju tambang minyak BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) di Murung Pundak, Kalimantan Selatan. Melalui jalan setapak Muara Uya, yang dijadikan sebgai pangkalan bagi pesawat pembom tempur mereka ke Jawa, serta melindungi kapal-kapal perang mereka yang menguasai Laut Jawa. Dengan demikian hubungan antara Kalimantan dengan pulau-pulau lainnya terputus total. Panglima tentara KNIL, Jenderal Ter Poorten, meski demikian tetap sesumbar, “Beter Staande stierven dan knielen leven”, (lebih baik mati berdiri daripada hidup dengan bertekuk lutut). Pertempuran Laut Jawa yang legendaris dan berlangsung selama sebulan itu menutup nasib Hindia Belanda.

Pada 27 Februari 1942, seluruh kekuatan laut Belanda yang tersisa dihabisi oleh Jepang di bawah komando Laksamana Kurita. Sisa armada sekutu yang selamat, Kapal perang HMAS Perth dari angkatan laut Australia dan USS Houston milik Amerika Serikat, melarikan diri ke Australia. Dalam pertempuran laut itu panglima angkatan laut Belanda Laksamana Karel Dorman tewas.

Sebulan sesudah hancurnya armada Sekutu dalam pertempuran Laut Jawa, pada 8 Maret 1942, di Bandung pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada jenderal Imamura, panglima Ryuku-gun ke 16. Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenburg Stachouwer menjadi tawanan perang di Cimahi.

Ryuku-gun ke 16 – Pemerintahan Militer di Jawa

Sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh Tokyo untuk para panglima di wilayah-wilayah pendudukan, Senryo Tochi Yoko (Garis-garis Besar Kebijakan untuk Wilayah Pendudukan), memuat direktif umum tentang politik pendudukan guna mendukung kemenanganperang. Berdasarkan dokumen tersebut Komando Ryuku-gun ke-16 di Jawa dibawah Jenderal Imamura, mengeluarkan sebuah kebijakan operasional yang berjudul “Saran-saran mengenai Status Masa Depan Pulau Jawa”, isi dokumen tersebut antara lain, bahwa “...perlu merebut hati penduduk (Jawa) untuk lebih mampu mengembangkan sumber-sumber daya (untuk mendukung perang)”. Dari isinya tampak dokumen ini disusun oleh staf dari badan intelejen militer Jepang 'Sambobu Tokebetsu-har' yang lebih dikenal dengan nama sandi mereka Beppan. Badan intelejen ini sangat bersimpati dengan bangsa Indonesia, mengingat keberadaan mereka di Hindia Belanda sudah jauh sebelum perang meletus. Merekalah kemudian yang dikenal sangat membantu kaum nasionalis Indonesia, seperti Letnan Yanagawa, Letnan Tsuchiya, Letnan Yomamura, serta seorang muslim Jepang Abdul Hamid Nobuharu Ono.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahim yang melahirkan TNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang