13

826 44 0
                                    

"Lho kok?" Aku mengalihkan pandanganku dari foto di depanku itu.

"Kenapa? Kamu kaget aku pergok?" Dion membalasku dengan nada kesal.

"Bukan, maksud aku...."

Pak Anton ,yang adalah guru Bahasa Indonesia, sudah memasuki kelas. Dion mengangkat jari telunjuknya ke depan mulutnya mengisyaratkan agar aku diam. Soalnya, Pak Anton sensi pada suara ribut. Bisa-bisa dia mengoceh selama 2 jam pelajaran. Bahkan, terakhir kali dia marah, dia mengeluarkan lebih dari sepuluh siswa dari kelasnya dan mengancam tidak akan memeriksa nilai UTS mereka.

Aku ga mau membuat masalah dengan Pak Anton. Jadi, aku menuruti isyarat Dion yang tampaknya marah padaku. Aku akan menjelaskannya nanti.

"ANDRIO!"

Dion menyikutku dengan keras. Aku baru sadar aku sedang dipanggil Pak Anton.

Mampus!

"Rio. Bapak sudah memanggilmu tiga kali. Ini kertas ujian kamu. Untung nilai kamu seratus, kalau tidak, nasibmu hari ini adalah keluar kelas." Pak Anton menyodorkan beberapa lembar kertas yang merupakan kertas ujianku. Aku maju ke depan dan mengambil kertas itu darinya sambil minta maaf. Pak Anton tak mengindahkan permintaan maafku.

Aku pun balik ke tempat dudukku daripada membuat masalah dengannya. Dion hanya diam melihat ke depan. Sungguh berbeda.

Biasanya dia akan cekikikan, soalnya.

Dia bener-bener marah kali ini.

Aku tak sabar menunggu lonceng berbunyi agar bisa menjelaskan yang sebenernya padanya. Maksudnya cerita kalo saat itu, aku hanya hendak menolong Bella. Bukan bercerita kalo aku masih cinta sama Bella.

***
"Beberapa menit setelah lu dan kemudian Bella pamit ke toilet, aku ikut sebenarnya. Aku ingin mencari spot foto lainnya. Malah nemu adegan tv." Dion bercerita sambil mendengus kesal.

Aku terdiam sebentar mendengar cerita Dion. Jadi, dia melihat saat aku menopang tubuh Bella. Pantasan kemarin dia diam-diam saja selama di mobil. Aku bertanya-tanya apakah Karen tahu akan hal ink atau tidak.

"Yon. Bella terpeleset. Jadi ,aku menahannya agar ga jatuh. Ga lebih."

Dion mendengar jawabanku dengan ekspresi yang tak dapat kutebak. Aku yakin sedang terjadi perdebatan dalam dirinya untuk mempercayaiku atau tidak.

Dia menghela nafas panjang. "Kamu jujur sama aku, kamu cinta sama Bella?"

Iya, aku cinta.

Aku seolah ingin meneriakkan kalimat itu sebagai jawaban atas pertanyaan Dion. Tapi, entah kenapa, aku tak bisa mengeluarkan kalimat itu dari mulutku dan malah mengatakan ," tidak lagi." Aku tak mau membuat Dion kecewa padaku. Kami sudah menjadi sahabat sejak lama dan aku tak mau masalah ginian merusak hal itu.

Jawabanku membuat Dion tersenyum kecil, memperlihatkan lesung pipinya yang akan membuat semua cewek bertekuk lutut. "Oke, aku percaya sama lu. Mulai sekarang, jangan dekatin Bella lagi ."

Aku mengangguk cepat tanpa berpikir panjang. Tanpa tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

***
"Bella. Kamu kenapa? Ayok cerita! " Siska terus menginterogasi Bella layaknya Bella adalah tersangka dan dia adalah detektif yang menyelidiki kasus Bella.

Bella bingung apakah ia harus curhat ke Siska kalo saat ini dia sedang bingung akan perasaanya sendiri.

Pertama, dia menyukai Dion, tapi jantungnya malah hanya berdetak kencang saat di samping Rio.

Kedua, saat Rio menolongnya kemarin, Bella bisa merasakan jantungnya hampir meledak karena berdetak terlalu cepat.

Pandangan Rio padanya....

Cinta Seorang Kutu Buku [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang