Air mata Elena seketika meleleh. Kedua kakinya melemah dan tak kuasa menahan beban tubuhnya. Tersungkur. Elena terjatuh dan terduduk di lantai semen itu. Matany memerah dengan air yang tak hentinya mengalir. "Ru...by...Ruby? Ruby?" panggilnya tertahan.
Louis hanya diam di tempatnya. Ia menatap tajam Elena. sungguh Elena tak pernah melihat tatapan seperti itu dari Louis. Seakan melucuti dirinya dan menumpahkan semua dosa yang ia sembunyikan selama ini. Ia seperti iblis terjahat yang pantas dihukum.
Air mata terus meleleh. Memperlihatkan kepingan ingatan yang menyakitkan.
"Aquamarine! Lihat! Aku bisa membuat api yang lebih besar!"
"Aquamarine. Aku menemukan bunga yang cantik ini!"
"Jangan pernah tinggalkan aku, Aquamarine!"
Isakan. Tangisan dan suara Louis kecil menggema di kepala Elena. Membuat air matanya semakin banyak tumpah. "Maafkan aku Ruby. Maafkan aku!" Elena terisak, pilu di hatinya.
"Aku tidak butuh maafmu!"hardik Louis. Elena tercekat. Lagi, kepingan ingatan menyeruak di benaknya.
"Kak Emerald! Kita harus ke ruangan Ruby."ucap Elena kecil.
"Ya, aku tahu. Ruby di ruang sekap bawah bukan?"tanya William kecil yang kala itu memimpin jalan.
"Kak, aku takut!"ucap Caroline kecil memegang ujung baru Elena. Seorang gadis muda yang berumur sama dengan Elena kecil menepuk pundak Caroline pelan.
"Tenanglah! Nanti kita ketahuan!" ucap si gadis yang dipanggil Amethyst. Caroline kecil menatap Amethyst dan mengangguk sambil menutup mulutnya.
Di ujung perbelokan di dekat ruang Ruby, empat anak kecil itu berhenti. William kecil terpaksa memaksa temannya untuk berbalik dan cepat pergi dari sana. Ternyata sang Master sedang berdiri di depan ruangan Ruby.
"Kita harus cepat pergi dari sini." Perintah William kecil.
"Tapi kak!" Elena kecil keberatan. Ia tak ingin meninggalkan Louis.
"Master!" Cukup satu kata dari William kecil langsung membuat tiga temannya pucat pasi. "Ayo!" William kecil mengendap, memimpin jalan menuju pintu keluar dari sangkar mereka. Begitu sampai di luar. Keempat anak kecil itu berlari sekencangnya. Sejauh mungkin walaupun lelah mendera tubuh kecil mereka.
Elena kecil berbalik dalam pelariannya. "Ruby!"panggilnya.
"Maaf Ruby. Maaf!" Elena tak bisa berkata apapun. Rasa bersalah yang ia pikul seketika memecahkan hatinya. Tak ada rasa sesal yang teramat dalam selama hidupnya. Meninggalkan Ruby seorang diri di dalam neraka itu.
"Sudah aku bilang! Aku tak butuh maafmu!" hardik Louis lagi. Ia menarik Elena, memaksa gadis itu berdiri. "Ikut denganku." Louis segera menarik paksa tangan Elena.
"Kemana?" tanya Elena.
"Master!"
Elena ketakutan. Ia berusaha melepaskan tangannya, namun kekuatan Louis sungguh di atas batas dirinya. Nyatanya, laki-laki yang tinggal seorang diri dan menerima hukuman empat temannya telah menjadi seorang laki-laki kuat. Tak mudah untuk dikalahkan oleh penyihir seperti Elena. Dirinya telah jauh berkembang selama penyiksaan dirinya.
Louis membawa Elena ke bandara. Dari kejauhan, nampak Master sedang berbicara dengan sekretarisnya. Elena berusaha lari, namun tenaganya tak ada apa-apanya dibandingkan Louis. Setelah jarak mereka dekat, Elena terdiam. Seakan ia akan menemukan ajalnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLACK WINGS (END) - [REVISI]
Fantasy[ Fantasy - Romance ] Mode: Revisi Elena Dobrev--seorang gadis cantik dan pemberani, mengharuskan dirinya menjadi gadis polos berkacamata. Ia yang terdaftar di sebuah sekolah bangsawan dengan bantuan beasiswa berusaha menghindari segala kekacauan. I...