Prolog

33.7K 1.2K 75
                                    

Brak!

"Bangsat! Siapa yang naro permen karet di kursi gue?"

Kelas yang tadinya ramai karena obrolan di masing-masing kubu akhirnya diam. Semua fokus ke arah laki-laki yang baru saja berteriak memaki tadi. Goldie balik mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, mencari-cari siapa yang melengketkan permen karet bekas di kursinya.

"Ngaku woy!"

"Bisa nggak sih lo nggak berisik?"

Satu suara menyela Goldie yang tengah murka. Cowok tinggi itu melihat ke arah orang yang berbicara santai tadi, Gretta Falloxi didapatinya sedang menatapnya risih.

Goldie menatap gadis itu penuh permusuhan, tatapan balik yang diberikan Gretta juga tidak kalah menantang Goldie. Keduanya sudah tidak akur sejak kelas 9. Anehnya mereka selalu sekelas, dengan urutan nomor absen yang selalu Goldie di atas Gretta.

"Gue gak ngomong sama setan." Ucap Goldie nenyindir Gretta. Mood cowok itu benar-benar rusak sekarang.

Emosi Gretta pun naik, sekelas tahu perang dunia ketiga akan segera dimulai saat Gretta berbicara. Gadis itu bangkit berdiri dari bangkunya yang berada di pojok kelas sebelah kiri menghadap Goldie yang berada di pojok sebelah kanan.

"Ngaca lo anak iblis!" Balas Gretta bersikap keren saat mengatakan hal itu kepada musuhnya dengan intonasi yang juga tenang tapi mencekam.

Goldie mendekati Gretta yang masih berdiri di sisi bangkunya. Gretta tetap mengangkat dagunya angkuh, tak takut dengan Goldie, orang paling dibenci guru-guru SMA Brighten karena kenakalan cowok itu.

"Maju lo sini gak takut gue. Dasar banci!" Mulut Gretta pun tidak bisa diam saat Goldie masih berjalan ke arahnya.

Mata cowok itu sudah menunjukkan amarah yang luar biasa, Gretta tetap sama. Angkuh dan tidak akan kalah.

Goldie kini sudah berdiri di hadapan Gretta dengan jarak hanya dua jengkal. Jangan tanya bagaimana kelas mereka menyaksikan adegan harian antara Goldie dan Gretta, mereka sudah bosan tapi tetap penasaran. Kali ini nampaknya Goldie lebih cepat tersulut dan lebih mengerikan dari biasanya. Syukurlah mereka selalu melakukan perang di saat jam kosong seperti sekarang. Di mana bu Damaris tidak hadir karena anaknya sakit.

Gretta menengadah untuk menatap mata cowok itu. Bagaimana tidak, tingginya hanya sampai hidung mancung Goldie dan jarak mereka hanya beberapa inci.

Goldie mencengkram dagu Gretta dan memaksa gadis itu lebih menengadah. Gadis itu mengangkat tangannya, hendak menepis tangan Goldie. Baru saja tangannya menyentuh tangan bagian dalam Goldie, bibir cowok itu sudah lebih dulu menyentuh bibirnya.

Gretta pusing.

Ia mual.

Pikirannya mengambang.

Laki-laki yang paling dibencinya,

Baru saja menciumnya.

Tepat di bibir.

Goldie vs GrettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang