Chapter 8

21.3K 1.4K 17
                                    

Viona POV

Selama aku di rumah Anna dan Alex, aku terus saja berpikir. Huh! Alex terus memenuhi pikiranku. Aku masih belum percaya kalau dia mate ku. Tapi ya sudahlah, toh aku juga menyukainya kan? Aku cukup bahagia dengan kondisi seperti ini. Ya, walaupun aku belum mengenalnya lebih jauh.

Astaga! Mommy! Pasti dia cemas memikirkanku sekarang. Kenapa aku sampai lupa? Aku tidak pulang semalam kan? Aku harus bilang apa nanti?

"Anna!" panggilku. Anna sedang duduk di sofa dengan Alex.

"Ada apa, Vio? Apa kau masih sakit?" tanyanya panik.

"Kau kenapa Vio? Katakan padaku!" Alex menatapku cemas.
Alex berjalan mendekat lalu merangkul pinggangku.

"Emm aku baik-baik saja Alex. Aku hanya.." aku diam sejenak tak meneruskan kata-kataku.

"Hanya apa?" katanya cepat.

"Aku hanya.. Aku ingin pulang." suara ku pelankan agar ia tak tersinggung dengan ucapanku.

"Kenapa? Kau tidak nyaman di sini?"

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya takut kalau Mom mencariku." kataku terus terang.

"Tidak. Kau tidak boleh pergi!" katanya tegas.

"Tapi kenapa? Aku hanya ingin pulang. Itu saja."

"Sekali tidak tetap tidak. Aku tak akan mengizinkanmu."

Apa kau bilang? Huh? Kau tak akan membiarkanku? Memangnya kau siapa? Habis sudah kesabaranku.

"Aku hanya ingin pulang. Aku hanya ingin bertemu dengan Mommy ku. Apa itu salah? Memangnya kau siapa huh? Aku tetap akan pergi meskipun kau tak mengizinkanku!" emosiku memuncak.

"Berhenti berkata seperti itu padaku! Kau tanya aku siapa?! Aku mate mu! Aku berhak melarangmu pergi!" bentaknya keras.

Aku tersentak mendengar ucapannya tadi. Baru kali ini ada orang yang membentakku seperti itu. Tak terasa air mataku menetes melewati pipiku.

"Kau seharusnya mengerti keadaanku, Alex!" ucapku masih menangis. Ia terkejut. Begitu pun dengan Anna.

"Kakak! Biarkan Vio pulang." katanya membelaku.

"Kau mau membelanya huh?!" Alex menatap mata Anna tajam. Tiba-tiba matanya berubah menjadi merah. Astaga! Aku takut.

"A-Alex.." ia hanya menggeram kepadaku.

"Vio! Cepat kau pergi ke kamar!"

Aku hanya mengangguk takut. Ada apa sebenarnya? Alex kenapa? Kenapa dia berubah menjadi menyeramkan seperti itu?

Aku cepat-cepat pergi ke kamar. Rasa takut masih menjalar di tubuhku.

"Kakak! Tenangkan dirimu!"

"Aku tidak bisa tenang, Anna! Kau tak mengerti perasaanku! Argghh!!"

"Dia takut padamu, kak! Jangan seperti ini! Dia belum siap untuk tahu!"

"Apa urusanmu?! Biar dia tahu sekarang! Argghh! Aku tak tahan!"

"Kakak! Jangan!"

Seketika itu, pintu terbuka dengan kasar. Alex! Dia begitu menakutkan. Warna bola matanya masih merah seperti tadi. Bahkan lebih pekat.

Tunggu! Dia memiliki taring!!

"Alex! Jangan mendekat! Ku mohon." ia tak mendengarkanku.

"Menjauh dariku!" aku melangkah mundur perlahan-lahan. No! Aku tersudut sekarang!

"Alex! Apa yang akan kau lakukan?!"

"Diam!" bentaknya.

Ia terus memandangi leherku.

"Apa yang kau lakukan?! Jangan! Jangan mendekat!"

"Arrgghhh!!! Ku bilang DIAM!"

Dengan gerakan yang sangat cepat, Alex menggigit leherku. Sakit! Ini benar-benar sakit! Ku rasakan darahku seperti dihisapnya.

"Sa-kit. Lepaskan ak-u." suaraku bergetar menahan sakit. Tubuhku sangat lemas. Aku tak kuat berdiri.

Alex terus saja melakukan itu tanpa menggubrisku. Tiba-tiba yang ku lihat hanya gelap. Aku tak sadarkan diri.

***

Vomentnya ya :)

My Mate Is A VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang